Trump Perlahan-lahan Pulangkan Pasukannya ke Rumah

Trump Perlahan-lahan Pulangkan Pasukannya ke Rumah

NEW YORK (Jurnalislam.com) – Presiden AS Donald Trump telah sepakat untuk mengizinkan sekitar empat bulan bagi militer AS untuk menarik pasukannya keluar dari Suriah, New York Times melaporkan pada hari Senin (31/12/2018), mengutip pejabat pemerintah.

Laporan itu muncul setelah Trump tweeted bahwa “kami perlahan-lahan mengirim pasukan kami kembali ke rumah,” sebelum awalnya berpesan untuk penarikan cepat.

Trump secara tak terduga mengumumkan penarikan pasukan pada 19 Desember, dan media AS, mengutip pejabat militer, melaporkan penarikan akan dilakukan dalam 30 hari.

Tetapi pada hari Senin, New York Times melaporkan bahwa Trump secara pribadi mengatakan kepada Paul J LaCamera, komandan pasukan AS di Irak dan Suriah, pekan lalu bahwa ia mendapat waktu beberapa bulan untuk menarik sekitar 2.000 tentara AS keluar.

Para pejabat militer menolak permintaan New York Times untuk menentukan kapan keberangkatan pulang akan dilakukan. Surat kabar itu mencatat masalah keamanan dan para pejabat sadar bahwa Trump dapat berubah pikiran kapan saja.

Pada hari Ahad, Senator AS Lindsey Graham mengatakan Trump telah setuju untuk memperlambat jadwal. Graham mengatakan kepada wartawan bahwa ia “akan meminta [Trump] untuk duduk bersama para jenderalnya dan mempertimbangkan kembali bagaimana melakukan ini.”

Baca juga: 

Trump awalnya mengatakan Islamic State (IS) telah dikalahkan penuh, tetapi ia agak mengurangi klaimnya, dan mengatakan sekarang bahwa IS “tinggal sisa-sisa”.

Keputusan Trump untuk menarik pasukan AS keluar dari Suriah telah membuat marah banyak politisi, termasuk mereka yang berada di dalam Partai Republik sendiri, serta pejabat Pentagon. Menteri Pertahanan James Mattis tiba-tiba mengundurkan diri setelah pengumuman itu, dan Brett McGurk, utusan utama AS dalam perang melawan IS, mengumumkan akan meninggalkan jabatannya lebih awal dari yang diperkirakan karena keputusan itu.

Kritik tidak hanya memperingatkan kebangkitan IS, tetapi khawatir bahwa penarikan itu adalah pengkhianatan pasukan Kurdi yang didukung AS di Suriah dan membuat mereka rentan terhadap serangan dari pasukan Turki. Turki menganggap Unit Perlindungan Rakyat Kurdi yang didukung AS, yang sekarang mengendalikan hampir 30 persen dari Suriah, sebagai sebuah kelompok teroris yang terkait dengan pertempuran di dalam perbatasannya sendiri.

Para kritikus juga berpendapat penarikan AS akan membuat Iran dan Rusia yang telah mendukung pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, semakin berani.

Penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, akan melakukan perjalanan ke Israel dan Turki pada awal Januari untuk membahas penarikan pasukan AS dari Suriah secara “sengaja dan terkoordinasi”. Bolton juga akan membahas peningkatan kerja sama dengan militer Turki dan mitra lainnya.

Juru bicara Bolton, Garrett Marquis, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa Bolton akan bergabung di Turki bersama Joseph Dunford, ketua Kepala Staf Gabungan, dan James Jeffrey, sekretaris perwakilan khusus negara untuk keterlibatan Suriah.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Perdana Menteri zionis Benjamin Netanyahu bersumpah pada hari Selasa (1/1/2019) untuk terus bekerja sama atas rezim Suriah dan dalam menghadapi Iran di Timur Tengah.

Dalam komentar publik pertamanya tentang keputusan Trump untuk menarik pasukan, Pompeo mengatakan “sama sekali tidak mengubah apa pun yang sedang dikerjakan pemerintah ini bersama Israel” dan bahwa operasi untuk militer di Suriah akan terus berlanjut.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.