WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Senator AS telah memilih untuk merekomendasikan agar AS berhenti mendukung perang yang dipimpin Saudi-UAE di Yaman, secara langsung menantang Arab Saudi dan Presiden Donald Trump dalam hal pembantaian kolumnis Jamal Khashoggi.
Senator juga menyetujui resolusi tidak mengikat yang mengatakan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi.
Voting bipartisan pada hari Kamis (13/12/2018) tersebut dilakukan dua bulan setelah pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul dan setelah Trump meragukan siapa yang harus disalahkan. Para pejabat intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed sedikitnya pasti mengetahui rencana itu, tetapi Trump berulang kali memuji kerajaan.
Khashoggi terbunuh pada 2 Oktober setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul untuk mendapatkan dokumen yang dibutuhkan bagi rencana pernikahannya.
Baca juga:
-
Senat AS Terkait Kasus Khashoggi: Sangat Menjijikan Semua yang Disokong Amerika
-
Senator AS: Pangeran Bin Salman ‘Terlibat’ dalam Pembunuhan Khashoggi
-
Demi AS dan Israel, Trump Tetap Bela Arab Saudi Meski MBS Bunuh Khashoggi
-
IRC: Kematian Khashoggi Bisa Memicu Perdamaian di Yaman
-
3 Tahun Perang di Yaman, Akhirnya Syiah Houthi dan Arab Saudi Ingin Perundingan Damai
Setelah mengeluarkan pernyataan yang kontradiktif selama beberapa hari, Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi terbunuh di dalam konsulat dan tubuhnya dipotong-potong. Kerajaan itu berulang kali mengatakan bahwa Pangeran Muhammad tidak memiliki pengetahuan tentang pembunuhan itu, yang menurut Turki diperintahkan dari tingkat tertinggi kepemimpinan Saudi.
Merasa frustasi dengan putra mahkota dan Gedung Putih mendorong beberapa senator Partai Republik untuk mendukung resolusi Yaman. Resolusi itu menjadi sebuah teguran bagi sekutu lama AS, Arab Saudi. Pihak lain sudah khawatir dengan kebrutalan perang Yaman. Hasil pemungutan suara pada resolusi Yaman adalah 56-41 sehingga DPR tidak akan mungkin mempertimbangkan resolusi.
Rosiland Jordan, reporter Al Jazeera, melaporkan dari US Capitol di Washington, DC, mengatakan pemungutan suara itu simbolis dan mengirim pesan kepada administrasi Trump bahwa kontrol kebijakan luar negeri Gedung Putih tidak lagi akan dibiarkan.
Sama’a al-Hamdani, seorang analis Yaman dari Georgetown University, menambahkan bahwa pemungutan suara adalah “sebuah pesan untuk mengatakan bahwa rakyat Amerika telah menjangkau para senator mereka mengatakan tidak ingin menjadi bagian dari perang ini atau bertanggung jawab atas kehidupan dan penderitaan manusia di Yaman.”