Tanggapi Serangan Layang-layang Hamas, PM Zionis Siapkan Skenario Militer

Tanggapi Serangan Layang-layang Hamas, PM Zionis Siapkan Skenario Militer

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Perdana Menteri zionis Benjamin Netanyahu pada hari Selasa (17/7/2018) mengatakan bahwa Israel siap untuk “skenario apa pun” di Jalur Gaza yang diblokade, dalam pernyataan resmi, lansir Anadolu Agency.

“Kami berada di tengah-tengah pertempuran dan saya dapat memberi tahu Anda bahwa tentara [Israel] siap untuk skenario apa pun,” kata Netanyahu mengatakan selama inspeksi militer dengan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman.

Ditanya apakah ketegangan yang sedang berlangsung di sepanjang pagar perbatasan Gaza-Israel mungkin diselesaikan secara non-militer, ia menambahkan: “Saya percaya kita mengambil langkah yang tepat.”

Sementara itu, harian Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pejabat Mesir telah meminta Hamas untuk menghentikan aktivis warga Palestina di Gaza yang menerbangkan layang-layang dan balon pembakar ke wilayah pertanian Israel.

Militer Israel Hadapi Layang-layang Hamas dengan Pesawat Tempur

Menurut surat kabar itu, Hamas menanggapi permintaan Mesir dengan mengatakan bahwa mereka “sudah menyampaikan ketidakmampuannya untuk mengakhiri tindakan tersebut.”

Dalam beberapa pekan terakhir, aktivis di Gaza telah menerbangkan layang-layang dan balon pembakar ke wilayah Israel sebagai bagian dari demonstrasi yang sedang berlangsung di sepanjang pagar keamanan.

Sejak demonstrasi pertama kali dimulai pada 30 Maret, lebih dari 130 demonstran Palestina telah terbunuh – dan ribuan lainnya terluka – oleh tembakan brutal pasukan penjajah Israel.

Baca kuga: Serangan Layang-layang Warga Gaza pada Lahan Pertanian, Rugikan Israel Us$ 2, 5 Juta

Para pengunjuk rasa menuntut “hak untuk kembali” ke rumah dan desa mereka di Palestina yang bersejarah sejak mereka diusir pada tahun 1948 untuk memberi jalan bagi negara baru Israel.

Mereka juga menuntut diakhirinya blokade 11 tahun Israel di Jalur Gaza, yang telah memusnahkan ekonomi daerah terkepung itu dan mencabut komoditas pokok bagi sekitar dua juta penduduknya.

Bagikan