Kamis, 1 Muharram 1447 / 26 Juni 2025
Search for:
  • Beranda
  • Berita
    NasionalInternasionalFeature
  • Artikel
    AnalisaKolomOpini
  • Khazanah
    IslamasterIslamophobiaKomunitasMuallafPesantrenHikmah
  • Syariah
    AqidahEkonomiFiqhAkhlaqSiyasah
  • Jejak Islam
    Jejak Islam BangsaJejak Islam Dunia
  • Muslimah
  • Keluarga
  • Jurnalislam TV
  • InfoGrafik

Tolong Bocah Tergantung di Balkon, Pemuda Muslim Mali Dijuluki Spiderman Perancis

04 Jun 2018 05:39:55
Tolong Bocah Tergantung di Balkon, Pemuda Muslim Mali Dijuluki Spiderman Perancis

PARIS (Jurnalislam.com) – Seorang pria Muslim berusia 22 tahun dari Mali bernama Mamoudou Gassama telah menjadi pahlawan terbaru di Perancis, World Bulletin melaporkan Ahad (3/6/2018).

Mamoudou Gassama
Mamoudou Gassama

Dia tinggal di Perancis sebagai imigran gelap selama berbulan-bulan, tetapi seperti sudah ditakdirkan, dia sekarang dianggap sebagai pahlawan paling berani setelah memanjat gedung tinggi di Paris untuk menyelamatkan anak berusia 2 tahun yang tergantung di balkon.

Meskipun ada banyak orang yang menyaksikan adegan itu, mereka hanya bisa menonton. Tuan Mamoudou saat itu juga melihat kejadian tersebut dan sama-sama menunggu petugas pemadam kebakaran tiba. Namun ia melakukan tindakan yang berbeda dalam waktu singkat untuk menyelamatkan nyawa anak tersebut.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi penghormatan karena keberaniannya termasuk memberinya kesempatan kerja dalam dinas Kebakaran dan juga kewarganegaraan Prancis.

Tindakan heroiknya membuatnya mendapatkan gelar, “Paris Spiderman” di berbagai media sosial.

Kategori : Internasional

Tags : muslim eropa paris perancis

Terjun Langsung ke NTT, Fauzi Baadila Ajak Masyarakat Peduli Warga Pelosok

03 Jun 2018 17:32:29
Terjun Langsung ke NTT, Fauzi Baadila Ajak Masyarakat Peduli Warga Pelosok

Anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang juga wartawan Jurnalislam.com, Ally M Abduh berkesempatan membersamai Kapal Ramadhan Aksi Cepat Tanggap (ACT) berlayar menuju desa terpencil di Indonesia Timur. Berikut liputannya

ALOR NTT (Jurnalislam.com)- Aktor ternama Fauzi Baadila terlihat hadir dalam aksi penyaluran donasi bahan pokok Kapal Ramadhan ACT di Desa Marry, Pulau Pura, Kabupaten Alor, Ahad (3/6/2018). Ia mengaku tergugah setelah melihat langsung implementasi bantuan kemanusiaan di lapangan.

“Orang- orang kota harus tahu kalau di pelosok tuh gak senyaman dan semakmur di kota. Jadi rasa kepeduliaannya harus lebih tinggi lagi, biar orang-orang yang di tepian negeri ini bisa ngerasain hal yang Insya Allah sama, paling tidak mereka gak kekurangan lah,” kata dia kepada Islam News Agency (INA), kantor berita yang diinisiasi JITU di sela-sela kegiatan penyaluran bantuan, Ahad (3/6/2018).

Bang Oji, sapaannya, menambahkan, selain untuk meningkatkan kesadaran pribadi dan masyarakat tentang keadaan saudara-saudara di pelosok negeri, kehadirannya juga untuk menjawab keraguan masyarakat yang telah berdonasi.

“Nah disini gue ngeliat sendiri, ngalamin sendiri, terus juga ngasih tau juga ke temen-temen yang udah peduli ‘Nyampe Bos, aman bos, tenang’,” ujarnya sambil berkelakar.

Pemeran utama film 212 The Power of Love itu, mengaku sudah dua kali ikut terlibat langsung ke daerah implementasi bersama Aksi Cepat Tanggap.

“Ini kedua kali, sebelumnya di perbatasan Turki-Suriah. Dua kali gua ngikutin kegiatan ACT, wah gua gak nyangka, bahkan melebihi perkiraan gua,” ungkapnya.

Fauzi tiba di Pelabuhan Kalabahi pada hari Sabtu (2/6/2018). Dia ditemani salah seorang tim Kapal Ramadhan yang berangkat langsung dari Jakarta menuju Bandara Mali, Pulau Alor.

Reporter: Ally Muhammad Abduh

Kategori : Nasional

Tags : ACT catatan perjalanan fauzi baadila jitu kapal ramadhan kapal ramadhan act

Cerita Ramadhan dari Geladak Kapal, 72 Jam Menembus Indonesia Timur

03 Jun 2018 17:23:50
Cerita Ramadhan dari Geladak Kapal, 72 Jam Menembus Indonesia Timur

Anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang juga wartawan Jurnalislam.com, Ally M Abduh berkesempatan membersamai Kapal Ramadhan Aksi Cepat Tanggap (ACT) berlayar menuju desa terpencil di Indonesia Timur. Berikut liputannya:

ALOR – Kapal Ramadhan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sudah berlayar tiga hari atau 72 jam sejak Kamis (31/5/2018) bertolak dari pelabuhan Garongkong, Sulsel.

Kapal yang membawa 10 ribu paket bantuan pangan ini telah berlabuh di pelabuhan Labuhan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT pada Jumat (1/6/2018).

Di sana kapal menurunkan 3.700 paket bantuan pangan untuk disalurkan ke tiga kabupaten, di antaranya Kabupaten Maumere, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Sebelas orang relawan diterjunkan untuk mengawal bantuan sampai ke tempat tujuan.

Butuh waktu 25 jam untuk sampai ke pelabuhan Labuan Bajo dari pelabuhan Garongkong. Sepanjang perjalanan para relawan menghabiskan waktunya dengan berbagai kegiatan. Mulai dari perkenalan, penyuluhan program sampai pemetaan kondisi daerah tujuan.

Sahur pertama di Kapal Innerie II sangat berkesan bagi para relawan terlebih bagi Achmad Suhadi. Pria 30 tahun asal Serang adalah salah salah satu relawan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) cabang Banten. Pria satu anak itu baru pertama kali mengikuti aksi penyaluran donasi ke pelosok Indonesia. Hadi, sapaannya, pergi bersama temannya sesama relawan MRI.

“Saya ingin jadi manusia yang lebih bermanfaat lagi,” kata dia kepada Islam News Agency (INA) yang turut serta dalam Kapal Ramadhan ini.

Hadi mengaku beruntung bisa terpilih menjadi bagian dari Kapal Ramadhan. Dia mengungkapkan, dari 150 relawan MRI yang mendaftar hanya dua orang yang lolos seleksi.

Demikian juga bagi Achmad Farudi, nama lengkap Rudi, merupakan salah seorang relawan yang bergabung dalam misi kemanusiaan ini. Dia bersama dua orang rekannya berasal dari Bali, dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI).

Bagi remaja 18 tahun ini, menjadi relawan adalah panggilan jiwa. “Kami bertiga dari Bali, berbekal niat untuk membantu sesama, ingin menjadi relawan, bergabung bersama ACT,” tuturnya kepada INA, kantor berita yang diinisiasi JITU ini.

Meski belasan jam terombang-ambing di atas laut, namun Rudi tetap semangat mengantarkan bantuan hingga ke tujuan. “Sudah biasa membantu. Sewaktu Bali ada erupsi Gunung Agung, saya juga bersama tim MRI ikut membantu korban erupsi,” ucapnya seolah menyiratkan dalam setiap pekerjaan baik pun selalu ada tantangan.

Semangat serupa juga ditunjukkan salah seorang relawan dokter dari Universitas Indonesia (UI), Refitia, 25. Pemilik nama lengkap Refitia Inayah Putri itu termotivasi ikut dalam misi ini lantaran melihat akses kesehatan warga NTT yang masih minim.

“Karena alasan tersebut kami berharap pelayanan kesehatan dapat menyentuh masyarakat di daerah terpencil. Jadi, mereka dapat memanfaatkan layanan kesehatan ini untuk berobat,” tutur dokter gigi itu.

Ia pun berharap, warga yang tadinya kesulitan mengakses layanan kesehatan, bisa segera berobat dengan kehadiran Kapal Ramadan ini.

Kebersamaan mereka telah dipisahkan oleh tugas. Ahmad Suhadi ditugaskan sebagai implementer ke daerah Maumere, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur, Refitia turun di Pelabuhan Kalabahi untuk memberin layanan kesehatan di Pulau Pura, Kabupaten Alor. Sementara Achmad Farudi harus ikut menuju tujuan akhir Kapal Ramadhan di Kupang.

Kapal Ramadhan merupakan program yang baru diluncurkan ACT tahun ini. Kapal ini membawa 10 ribu paket bantuan pangan untuk didistribusikan ke beberapa pulau di NTT.

 

Kapal Ramadhan memulai perjalanannya dari Dermaga Garongkong, Makasar, pada Kamis (31/5). Kapal ini telah singgah di Labuan Bajo pada Jumat (1/6) untuk menurunkan 3.700 paket bantuan pangan. Bantuan ini disalurkan ke Kabupaten Maumere, Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.

 

Kapal Ramadhan kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Kalabahi. Di wilayah ini didistribusikan 3.871 paket bantuan pangan. 2.413 paket bantuan pangan disalurkan ke Alor Daratan dan Pulau Buaya, 1.195 paket didistribusikan ke Pulau Pantar, dan 263 paket lainnya ke Pulau Pura. Sisa paket bantuan pangan akan didistribusikan di tujuan akhir Kapal Ramadhan, yakni Kupang.

Reporter: Ally Muhammad Abduh

Kategori : Nasional

Tags : ACT catatan perjalanan indonesia timur jitu kapal ramadhan kapal ramadhan act ntt relawan

Kehangatan Penduduk Alor Sambut Kapal Ramadhan ACT

03 Jun 2018 17:17:44
Kehangatan Penduduk Alor Sambut Kapal Ramadhan ACT

Anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang juga wartawan Jurnalislam.com, Ally M Abduh berkesempatan membersamai Kapal Ramadhan Aksi Cepat Tanggap (ACT) berlayar menuju desa terpencil di Indonesia Timur. Berikut liputannya:

ALOR NTT (Jurnalislam.com) – Setelah menempuh perjalanan hampir 40 jam dari Pelabuhan Labuan Bajo, Kapal Ramadhan ACT akhirnya merapat di Pelabuhan Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu (2/6/2018).

Puluhan truk telah menunggu di dermaga untuk mengangkut 3.871 paket bantuan yang akan disalurkan ke 8 kecamatan yang dibagi di tiga titik implementasi.

Lokasi pertama di Pulau Buaya. Sebanyak 2.413 paket bantuan akan disalurkan di 17 desa yang terdapat di lokasi ini. Lokasi kedua di Pulau Antar. Disini, 1.195 paket akan disalurkan ke 15 desa di 5 kecamatan. Terakhir di Pulau Pura dengan 263 paket untuk 4 desa.

Ahad (3/6/2018) tim berangkat menuju daerah implementasi di kampung Timoabang, Desa Marru, Pulau Pura, Kabupaten Alor. Butuh waktu 30 menit menggunakan perahu kecil bermuatan 10 orang untuk tiba di desa ini dari pelabuhan Dalolong. Sebuah pelabuhan kecil di daerah Kalabahi.

Setibanya di pulau berpenduduk minoritas muslim itu, tim relawan disambut hangat penduduk setempat. Dari mulai anak-anak, tua muda semua bergotong royong memikul paket bantuan yang dikumpulkan di ruang kelas Madrasah Islam Swasta (MIS) Daruasalam Timoabang, satu-satunya sekolah Islam setingkat SD di pulau itu.

“Alhamdulillah kita senang dan bersyukur dengan adanya bantuan ini, baru pertama kali ini ada bantuan semacam ini. Kami sangat-sangat berterimakasih,” kata sesepuh Kampung Timoabang, Haji Lewa Iman kepada Islamic News Agency (INA), kantor berita yang diinisiasi Jurnalis Islam Bersatu (JITU).

Dia berharap bantuan tersebut dilakukan secara kontinyu. Haji Lewa mengaku sangat mengapresiasi upaya ACT di bulan suci Ramadhan ini untuk menyalurkan donasi ke masyarakat muslim khususnya di daerah-daerah terpencil.

“Mudah-mudahan kegiatan ini dicatat oleh Allah Subhanahu wa taala sebagai amal shaleh, apalagi ini kan bulan Ramadhan, bulan berkah,” tuturnya.

Selain memberikan bantuan bahan pokok, tim Kapal Ramdhan ACT juga mebuka posko layanan kesehatan gratis bagi warga muslim di Pulau Pura, Pulau Buaya dan Pulau Antar.

Seperti diungkapkan Dr Rizal Alimin dari Global Medical Action (GMA) yang juga ketum Tim Dokter Kapal Ramadhan, penduduk di daerah implementasi rata-rata mengeluhkan soal penyakit kulit.

“Seperti di daerah lainnya juga, daerah pinggiran pantai akan sering bersentuhan dengan penyakit kulit, batuk pilek, dan kita akan mempersiapkan semuanya,” ujar dr Rizal.

Kapal Ramadhan adalah produk filantropi program ramadhan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT). Program digulirkan untuk menggugah kepedulian sosial masyarakat di momen istimewa tahunan ini, sebagai perhatian atas problem akut kemiskinan di sebagian wilayah Indonesia.

Reporter: Ally Muhammad Abduh

Kategori : Nasional

Tags : ACT alor indonesia timur kapal ramadhan kapal ramadhan act ntt

Hidup Melarat ala Perumus Pancasila

03 Jun 2018 14:23:48
Hidup Melarat ala Perumus Pancasila

Oleh : Rizki Lesus*

*Penulis buku Perjuangan yang Dilupakan, Founder Jejak Islam untuk Bangsa (JIB)

Rumah itu masih berstatus sewa, ketika sang penghuninya, Haji Agus Salim wafat sepenggal November 1954. Salah satu dari 9 perumus Pancasila, anggota dewan Volksraad, diplomat kesohor, Menteri Luar Negeri era revolusi itu wafat dengan – masih – bersatus sebagai ‘kontraktor’ alias pengontrak rumah.

Baru setelah itu, beberapa tahun kemudian, anak-anaknya patungan membeli rumah kontrakannya yang bertempat di Jalan Gereja Theresia (kini Jl. Agus Salim no 72) Jakarta.

Begitu kesederhanaan Haji Agus Salim dikisahkan sang cucu, Agustanzil Sjahroezah dalam Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik (2013: hal.114). Entah berapa kali, tokoh Partai Islam terbesar saat itu hidup nomaden, berpindah-pindah dari satu gang ke gang lainnya di berbagai kota.

Sangat jarang kita dengar, petinggi partai di negeri ini masih mengontrak rumah, pinda-pindah bahkan hampir tiap bulan. Padahal, mungkin di luar sana, seorang ayah tidur dengan anaknya di atas gerobak beratap langit.

Di dalam gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang pada perkampungan di sudut kota, di tempat becek, di kawasan kumuh, di sanalah Agus Salim dan istrinya, Zainatun Nahar mengisi hari-hari mereka.

Di Jakarta, sejoli ini pernah menikmati masa-masa indah di daerah Tanah Abang, Karet, Petamburan, Jatinegara, di gang-gang Kernolong, Tuapekong, gang Listrik dan masih banyak lagi.

Khusus gang listrik, menjadi kenangan tersendiri bagi sejoli ini. Di gang Listrik, justru Haji Agus Salim dan Zainatun Nahar hidup tanpa listrik gara-gara tak sanggup membayar iuran listrik. Anak keempat Salim, Adek, mengingatnya dulu ia harus membersihkan bola lampu setiap sore. (Kustiniyati Mochtar: 1984).

“Rumah kampung dengan meja kursi sangat sederhana,” tambah muridnya yang juga diplomat, Mohammad Roem dalam Bunga Rampai dari Sejarah, mengenang. Pernah pula, kasur gulung, ruang makan, dapur, dan ruang tamu kontrakan Haji Agus Salim bersatu dalam satu ruangan besar.

Jangan tanya ada atau tidak uang belanja, atau sembako di dalam lemari. Nasi goreng kecap mentega menjadi favorit ketika keluarga ini sedang tak ada makanan.

Tak heran, dalam Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik, ketua delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati, Willem Schermerhorn bilang,” Ia hanya mempunyai satu kelemahan : selama hidupnya melarat!”

Frasa selama hidupnya melarat ini artinya sangat jelas. Sebelum, saat, hingga pasca menjabat sebagai Menteri, atau jabatan lainnya, ia tetap melarat, dan tetap mengontrak rumah hingga akhir hayatnya.

Bisa dibayangkan kini, ada seorang menteri yang tidak punya rumah? Anggota Dewan yang kekurangan bahan makanan? Seorang yang menolak menjadi ketua partai besar ? Seorang diplomat kelas dunia yang tidak bisa bayar listrik?

Kisah kesederhanaan – atau kemelaratan – ini tak hanya dirasakan Haji Agus Salim. Perumus Pancasila lainnya, Mohammad Hata pun mengalami masa-masa senja yang tak jauh berbeda.

Ramadhan KH dalam Bang Ali, Demi Jakarta 1966 – 1967 mengisahkan bagaimana Ali Sadikin, gubernur legendaris Jakarta ini terenyuh melihat kondisi Bung Hatta yang tak mampu membayar iuran air hingga pajak.

“Begitu sederhananya hidup pemimpin kita pada waktu itu,” kata Bang Ali terharu. Bahkan, hingga akhir hayatnya, keinginan bung Hatta untuk membeli sepatu bally tak juga terpenuhi.

Wakil Presiden Indonesia pertama ini menabung, sampai-sampai beliau menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya. Namun apadaya, tabungan beliau tak cukup karena kebutuhan rumah tangganya. Sepatu bally tinggallah kenangan.

Perumus Pancasila lainnya, KH Wahid Hasyim merupakan sosok yang sangat bersahaja. Saat orang-orang bertanya ketika dirinya tak lagi menjabat sebagai menteri, ia menjawab:

“Tak usah kecewa! Saya toh bisa duduk di rumah. Saya mempunyai banyak kursi dan bangku panjang, tinggal pilih saja,” katanya mengundang gelak tawa orang –orang di sekitarnya. (Saifudin Zuhri : 2013).

Di saat masyarakat hidup sulit, katanya, tak elok jika para pemimpinnya hidup dengan mewah dan bersenang-senang. Karenanya, ia turut merasakan kesulitan serupa. Suatu kebiasaannya adalah berpuasa sunnah, bahkan dalam kondisi sesibuk apapun di mana pun.

Saifudin Zuhri mencatat, saat mereka menginap di suatu hotel, ia lupa menyiapkan sahur. Di atas meja ada sebutir telur rebus dari sisa santapan sahur kemarin dan segelas teh bagian Saifuddin Zuhri ketika sore.

“Dengan sebutir telur dan segelas teh itulah KH Wahid Hasyim bersahur,” kenang Saifudin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren. Sambil menyelesaikan sebutir telur yang satu-satunya untuk sahur itu KH Wahid Hasyim mengingatkan agar jangan sampai hidup menampakkan kemewahan di saat kondisi masyarakat sedang sulit.

”Kita berlapar-lapar supaya tidak melupakan nasib kaum lapar,”pesannya.

Tokoh perumus Pancasila lainnya, Prof. KH Abdul Kahar Muzakkir, tokoh Muhammadiyah yang pernah juga menjadi anggota Dewan Konstituante bahkan hingga pengujung senjanya, masih tinggal di rumah warisan ayahnya, Haji Muzakkir.

Mitsuo Nakamura mencatat bahwa kendaraan Abdul Kahar Muzakkir hanyalah sebuah skuter bekas pemberian mahasiswanya, yang sering kali mogok. Sebagai alternatif, ia kadang menggenjot sepeda, naik becak atau andong menempuh perjalanan sepanjang lima atau enam kilometer dari rumahnya mengajar di UII atau ke kantor PB Muhammadiyah di Yogyakarta. (Mitsuo Nakamura: 1996).

Ironi memang, tapi itulah mereka, para pendiri bangsa ini. Pantas saja, Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) – DPR kini – pertama, Kasman Singodimedjo melihat kondisi gurunya, Haji Agus Salim, dengan lirih berkata, “Leiden is lijden,” memimpin itu menderita!

Memang, mereka bukanlah Pembina, pengarah, atau apapun jabatan yang melekat terkait dasar negara ini. Namun mereka menyusun pondasi bangsa ini dengan penuh ketulusan, mungkin tanpa berpikir-pikir apakah anggaran sekian bisakah kami membina masyarakat?

Mereka membina nilai-nilai kebangsaan dengan keteladanan. Mungkin saja, balasan materi yang diterima saat itu minim, atau bahkan harus merogoh kocek pribadi, “Leiden is lijden,” memimpin itu menderita!

Mereka yang memilih jalan becek dan sunyi, berjalan kaki dengan tongkatnya dibanding gemerlap karpet merah dan mobil –mobil dan rumah mewah, gemerlap jantung kota lainnya.

Kemiskinan tak membuat mereka berhenti berbuat. Kesungguhan mengalahkan keber-ada-an, dan sejarah telah mencatatnya.

Kita tentu rindu sosok seperti mereka, bukan tentang melaratnya mereka, tapi tentang ruang kesederhanaan, kepekaan nurani, yang masa kini mungkin semakin sulit kita ditemukan.

 

 

 

 

 

Kategori : Opini

Tags : 1 juni 1945 22 juni 1945 agus salim bpip pancasila perumus pancasila piagam jakarta

Ini 3 Tahapan Mendidik Anak Menurut Rasulullah

03 Jun 2018 14:01:59
Ini 3 Tahapan Mendidik Anak Menurut Rasulullah

SUKOHARJO (Jurnalislam.com)- Penulis buku serial Akhir Zaman, Simo Boyolali, ustaz Abu Fatiah Al Adnani mengatakan, dalam Islam, ada tiga fase perkembangan anak bagi orang tua yang ingin membesarkan anak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah.

 

“Yang pertama adalah anak usia 1 sampai 7 tahun, di fase pertama ini kita harus menjadikan anak kita sebagai raja, jadi kita harus melayani dia, mau nyarikan susu, makanan, mainan, apapun itu, kita harus menganggapnya sebagai raja,” katanya saat memberi materi dalam kajian Tabligh Akbar bertajuk ‘Pemuda Akhir Zaman’ di Masjid Istiqomah, Krajan, Mojolaban, Sukoharjo, Sabtu, (2/5/2018).

 

Fase yang kedua, kata ustaz Abu Fatiah, adalah anak di usia 8 sampai 14 tahun. Saat usia seperti ini, anak sudah harus diperlakukan seperti tawanan.

 

“Kita sudah harus tegas kepada anak, dalam fase ini kita harus benar benar menjaganya, jadi anak harus taat kepada komandannya yaitu ayahnya, dan diusia ini kita sudah mengajarkan anak shalat dan kata Rosululloh boleh dipukul saat usianya 10 tahun,” papar ustaz Abu Fatiah.

 

Lebih lanjut, menurut ustaz Abu Fatiah adalah fase dimana orang tua menjadikan anaknya sebagai seorang sahabat, yakni di usia 15 sampai 21 tahun.

 

“Nah di fase ini kita udah nggak bisa marahin dia, karena kalau kita marahin dia akan lawan, kita pukul anak menangkis, jadi kita harus banyak bermusywarah dengannya, sebagaimana kita menggangapnya sebagai seorang sahabat,” imbuhnya.

 

Terakhir ustaz Fatiah berpesan bahwa generasi muda mempunyai peran yang sangat besar dalam dakwah Rosululloh, sebab, katanya, selama 23 tahun berdakwah, rosululloh dikelilingi oleh para pemuda hingga akhirnya ratusan ribu umat manusia memeluk agama Islam

Kategori : Komunitas Muslimah

Tags : abu fatiah abu fatiah al adnani mendidik anak

Saudi Ancam Operasi Militer ke Qatar Jika

02 Jun 2018 09:39:23
Saudi Ancam Operasi Militer ke Qatar Jika

RIYADH (Jurnalislam.com) – Arab Saudi, salah satu negara yang memblokade Qatar, telah mengeluarkan ancaman perasi militer terhadap tetangga Teluknya tersebut jika mengakuisisi sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia, harian Prancis Le Monde melaporkan pada Jumat (01/6/2018).

Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden Emmanuel Macron dari Perancis, Raja Saudi Salman menyatakan “keprihatinan mendalamnya” dengan pembicaraan yang sedang berlangsung antara Moskow dan Doha untuk penjualan sistem senjata anti-pesawat canggih.

Raja Saudi, yang meminta Prancis meningkatkan tekanannya pada Qatar, mengatakan dia khawatir tentang konsekuensi dari akuisisi Doha terhadap the mobile surface-to-air missile system yang katanya mengancam kepentingan keamanan Saudi.

Qatar Tandatangani Kesepakatan Militer dengan NATO

“[Dalam situasi seperti ini], Kerajaan akan siap untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menghilangkan sistem pertahanan ini, termasuk tindakan militer,” kata Raja Salman seperti dikutip dalam surat itu, yang kontennya diperoleh Le Monde melalui sumber yang dekat dengan Istana Elysee.

Pada bulan Januari, duta besar Qatar untuk Rusia mengatakan pembicaraan untuk akuisisi sistem pertahanan udara berada “pada tahap lanjut.”

Ini terjadi setelah penandatanganan perjanjian kerjasama militer dan teknis antara kedua negara pada Oktober 2017 untuk kerja sama lebih lanjut di bidang pertahanan selama kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu ke negara Teluk tersebut.

Pada tanggal 5 Juni 2017, Arab Saudi – bersama negara-negara sesama Dewan Kerjasama Teluk (GCC) Bahrain dan Uni Emirat Arab, serta Mesir – memberlakukan blokade laut, udara dan darat terhadap Qatar, seraya menuduh negara itu mendukung “terorisme” dan mendestabilisasi wilayah tersebut. Tuduhan tersebut secara konsisten ditolak Doha.

Di antara daftar tuntutan untuk penyelesaian krisis, kuartet negara pemblokir meminta jaringan media Al-Jazeera dan pangkalan militer Turki ditutup.

Pada bulan Oktober, saat kunjungan Raja Salman ke Moskow, kerajaan menandatangani perjanjian awal untuk membeli sistem S-400.

Ditanya apakah penentangan Saudi terhadap kesepakatan dengan Qatar akan mempengaruhi perhitungan Moskow, Pavel Felgenhauer, seorang analis pertahanan yang berbasis di Rusia, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa bukan ini alasannya.

Giliran Qatar Beli Sistem Rudal S-400 pada Rusia

“Rusia selama beberapa tahun telah mencoba membangun semacam hubungan perdagangan dengan Arab Saudi tetapi tidak benar-benar berhasil,” kata Felgenhauer.

“Arab Saudi telah jelas mengikat tali politik untuk setiap kesepakatan yang mungkin dengan membeli senjata Rusia … bahwa Rusia harus mengurangi kerja samanya dengan Iran terutama dan mungkin memodifikasi posisinya di Suriah,” tambahnya.

“Qatar tidak mengikat tali semacam itu [dan] Rusia tidak akan secara militer mencoba terlibat dalam apa pun yang terjadi di Teluk … dalam hal apapun rudal anti-pesawat ini, jika mereka pernah muncul di Qatar, ini tidak akan ada dalam waktu segera. “

Kategori : Internasional

Tags : arab saudi Qatar

Pasukan Israel Bunuh Tim Medis Palestina Saat Aksi Unjuk Rasa

02 Jun 2018 09:31:24
Pasukan Israel Bunuh Tim Medis Palestina Saat Aksi Unjuk Rasa

GAZA (Jurnalislam.com) – Seorang paramedis sukarelawan Palestina tewas oleh pasukan penjajah Israel pada hari Jumat (01/6/2018) di perbatasan Gaza, sedangkan puluhan lainnya juga terluka oleh peluru tajam di tengah demonstrasi massa memperjuangkan “hak Palestina untuk kembali.”

Dalam pernyataan tertulis, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan Razan Ashraf Najjar, 21 tahun, seorang paramedis perempuan ditembak mati oleh pasukan Israel saat sedang menyembuhkan para demonstran yang terluka di Khan Yunis pada hari Jumat.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qidra mengungkapkan dalam pernyataan tertulisnya bahwa lebih dari 100 orang juga terluka oleh kekuatan yang tidak proporsional. Empat puluh orang terluka oleh peluru tajam.

Turki Kecam Veto AS atas Resolusi Dewan Keamanan PBB

Ketegangan meningkat di wilayah Palestina sejak Desember lalu, ketika Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pada tanggal 14 Mei, AS memindahkan kedutaan Israelnya dari Tel Aviv ke Yerusalem, menarik kecaman dari seluruh dunia Arab dan Muslim dan semakin melancarkan hasrat di wilayah Palestina.

Sejak 30 Maret, sedikitnya 118 warga Palestina telah tewas – dan ribuan lainnya terluka – oleh tembakan tentara Israel di Jalur Gaza timur.

Kategori : Internasional

Tags : palestina yerusalem

Turki Kecam Veto AS atas Resolusi Dewan Keamanan PBB

02 Jun 2018 09:23:31
Turki Kecam Veto AS atas Resolusi Dewan Keamanan PBB

ANKARA (Jurnalislam.com) – Juru bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin pada hari Sabtu (2/6/2018) mengkritik AS karena memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan perlindungan Palestina.

“Tidak mengherankan bahwa pemerintah AS memveto resolusi untuk perlindungan rakyat Palestina,” kata Kalin di Twitter, lansir Anadolu Agency.

“Ini menegaskan sekali lagi bahwa mereka berpihak pada yang kuat, bukan yang benar.

“Warga Palestina dan Yerusalem tidak sendirian. Kami akan terus mendukung perjuangan mereka,” tambahnya.

Pada 18 Mei, Kuwait menyerahkan rancangan resolusi di Dewan Keamanan PBB yang mengutuk kekerasan Israel dan menyerukan “perlindungan terhadap rakyat Palestina” di Gaza dan Tepi Barat.

DK Turki Kembali Nyatakan Dukungannya pada Palestina di Semua Forum Internasional

Sepuluh negara memberikan suara mendukung, sementara Inggris, Polandia, Belanda dan Ethiopia abstain.

Resolusi, yang direvisi tiga kali dan dikatakan telah “diperas”, sebelumnya menyerukan perlindungan internasional untuk rakyat Palestina.

Draf tersebut pada akhirnya disepakati untuk menyerukan “pertimbangan langkah-langkah untuk menjamin keselamatan dan perlindungan penduduk sipil Palestina di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk di Jalur Gaza.”

Berbicara sebelum pemungutan suara, Nikki Haley, duta besar PBB AS, mengatakan resolusi yang disampaikan Kuwait kepada Dewan Keamanan PBB adalah sepihak dan tidak menyebutkan Hamas.

Kategori : Internasional

Tags : AS palestina pbb turki yerusalem

Aktivis Belanda Dukung Kebebasan Gaza

02 Jun 2018 09:13:32
Aktivis Belanda Dukung Kebebasan Gaza

AMSTERDAM (Jurnalislam.com) – Aktivis di ibukota Belanda, Amsterdam, pada hari Jumat (01/6/2018) mendukung parade perahu yang memprotes blokade Israel selama satu dasawarsa di Gaza.

Diselenggarakan oleh the Netherlands Gaza Flotilla Coalition, beberapa orang berkumpul di dermaga Mauritskade.

Para aktivis melambai-lambaikan bendera Palestina, meneriakkan slogan-slogan, dan membagikan brosur yang menggambarkan tujuan armada dan masalah kemanusiaan di Gaza.

Di antara empat kapal dari armada di Amsterdam yang berlayar ke Gaza, salah satunya dijuluki “Al-Awda” (The Return), yang berangkat dari Norwegia.

Kapal-kapal itu diharapkan tiba di Rotterdam pada akhir pekan.

Sebagai bagian dari kampanye tahun ini yang diluncurkan oleh International Freedom Flotilla Coalition (FFC), kapal itu, bersama dengan lima kapal lainnya, telah berlayar ke Jalur Gaza sejak 15 Mei, bersamaan dengan peringatan ke-70 pendirian Israel – sebuah peristiwa yang oleh warga Palestina disebut sebagai “Nakba” atau “Malapetaka.”

OKI Gelar Pertemuan Darurat Hari Ini, Bahas Pembantaian di Gaza

Hingga akhir 2016, 1,3 juta warga Gaza bergantung pada bantuan internasional untuk dapat bertahan hidup, sementara hampir separuh keluarga di Gaza tidak memiliki akses untuk mengamankan pasokan makanan, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.

Armada tersebut juga bertujuan untuk menegaskan kembali bahwa warga Palestina yang dipindahkan dari rumah mereka pada tahun 1948 memiliki hak untuk kembali.

Pada 30 Maret, warga Palestina memulai aksi enam pekan “Great Return March” di sepanjang perbatasan timur Gaza dengan Israel demi menuntut hak untuk kembali ke kota dan desa mereka di Palestina yang bersejarah.

Sejak itu, sedikitnya 118 demonstran Palestina telah menjadi martir – dan ribuan lainnya terluka – oleh tembakan tentara Israel di dekat pagar perbatasan Gaza-Israel.

Kapal diharapkan tiba di Jalur Gaza pada awal Juli.

Kategori : Internasional

Tags : Freedom Flotilla Gaza palestina

Navigasi pos

Pos-pos lama
Pos-pos baru
Dukung Kami

Opini

Bencana Kelaparan Gaza: Tanggung Jawab Seluruh Kaum Muslim

Bencana Kelaparan Gaza: Tanggung Jawab Seluruh Kaum Muslim

11 Jun 2025 19:16:29
Layakkah Lagu Viral Menjadi Media Literasi Anak Sekolah Dasar

Layakkah Lagu Viral Menjadi Media Literasi Anak Sekolah Dasar

3 Mei 2025 11:14:59
Guru Honorer Pilar Pendidikan yang Terabaikan

Guru Honorer Pilar Pendidikan yang Terabaikan

26 Nov 2024 10:16:03
Pelajaran Penting dari Persatuan Umat secara Nasional

Pelajaran Penting dari Persatuan Umat secara Nasional

10 Nov 2024 06:10:30

Internasional

Serangan Militer AS Dinilai Hanya Menunda Program Nuklir Iran, Trump Geram pada Bocoran Intelijen

Serangan Militer AS Dinilai Hanya Menunda Program Nuklir Iran, Trump Geram pada Bocoran Intelijen

25 Jun 2025 13:14:53
Tujuh Tentara Israel Tewas di Gaza Selatan, Kendaraan Tempur Terbakar Akibat Ledakan

Tujuh Tentara Israel Tewas di Gaza Selatan, Kendaraan Tempur Terbakar Akibat Ledakan

25 Jun 2025 13:13:11
Al-Qassam Rilis Video Baru Operasi “Batu Daud”, Klaim Tewaskan Puluhan Tentara Israel di Khan Yunis

Al-Qassam Rilis Video Baru Operasi “Batu Daud”, Klaim Tewaskan Puluhan Tentara Israel di Khan Yunis

25 Jun 2025 13:11:32
Warga Teheran Mulai Kembali, Ketegangan Masih Bayangi Pasca Gencatan Senjata

Warga Teheran Mulai Kembali, Ketegangan Masih Bayangi Pasca Gencatan Senjata

24 Jun 2025 22:31:04

jurnalislam.com

  • Iklan
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Dukung Kami

INFOGRAFIK

 
 
 
 

Alamat Redaksi

Boulevard Raya No 16 Blok A 1 No 16 Taman Cilegon Indah (TCI), Cilegon, Banten
+62 813-1029-0583

Info Iklan :
+62 821-2000-0527
marketing@jurnalislam.com

Kirim tulisan :
redaksi.jurnalislam@gmail.com
newsroom@jurnalislam.com

COPYRIGHT © 2025 JURNALISLAM.COM, ALL RIGHT RESERVED