IDLIB (Jurnalislam.com) – Turki telah berusaha menghindari serangan terhadap Idlib dengan memanfaatkan janji yang dibuat melalui jalur diplomatik Astana untuk mempertahankan gencatan senjata yang bertahan lama. Pasukannya berbasis di daerah perbatasan Idlib sejak Mei, serta di Suriah Afrin dan Al Bab setelah operasi militer terhadap pasukan Kurdi di utara Suriah.
Selama beberapa bulan terakhir, Turki, yang berbatasan dengan Idlib, telah berusaha untuk menyelaraskan kelompok-kelompok oposisi bersenjata di provinsi ini dengan komandonya. Faksi-faksi kunci di provinsi itu mengumumkan bulan lalu pembentukan koalisi baru dengan sekitar 70.000 pejuang.
Baca juga: 14 Kelompok Oposisi Moderat dan HTS Siap Pertahankan Idlib
Tetapi sekarang Turki harus bekerja “lebih keras” untuk membubarkan Hayat Tahrir al Sham (HTS), kata Marwan Kabalan, direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Arab (the Arab Center for Research and Policy Studies), lansir Aljazeera Rabu (19/9/2018)
“Masalah ini [kelompok-kelompok jihadis] akan selalu tetap menjadi bom dalam perjanjian ini karena Rusia dan rezim akan selalu menggunakan kehadiran kelompok-kelompok jihadis ini sebagai alasan untuk menerapkan lebih banyak tekanan pada Turki,” katanya.
Koalisi pejuang moderat Turki mengecualikan Hayat Tahrir al-Sham, yang mengontrol sekitar 60 persen dari provinsi, dan dua kelompok “radikal” kecil lainnya, Kabalan menjelaskan.
Tidak jelas bagaimana para pejuang ini akan bereaksi terhadap kondisi kesepakatan melucuti senjata dan bergerak lebih jauh ke utara, yang telah menimbulkan ketakutan baru di antara penduduk Idlib yang mengatakan faksi-faksi tertentu mungkin tidak mau melepaskan kendali atas zona baru dan menyerahkan senjata mereka.
“Kami masih bingung. Kami tidak yakin bagaimana perjanjian ini akan berjalan,” kata Hikmat al-Alis, 25 tahun, kepada Al Jazeera dari kota Ariha.
Baca juga: Kekhawatiran Warga Idlib Ditengah Kerapuhan Perjanjian Ankara dan Moskow
“Dengan HTS diminta untuk tetap berada di luar zona baru, apakah ini berarti dimulainya pertempuran baru?”
Kekhawatiran Hayat Tahrir al-Sham meluncurkan serangan ke rezim dari daerah perbatasan juga membuat warga sipil mempertimbangkan konsekuensi dari pertikaian oposisi.
Menurut Kabalan, Turki berusaha membujuk “kelompok-kelompok jihadis” untuk mematuhi perjanjian tersebut, mengancam setiap serangan balik dapat mengakibatkan operasi militer.
Jika kelompok-kelompok ini tidak mematuhi, maka kesepakatan Turki-Rusia dapat meninggalkan HTS, yang sebelumnya bernama Jabhat Fath al Sham, dan menghadapi konsekuensi dari serangan koalisi.
“Itu berarti oposisi moderat yang sejalan dengan Turki akan memaksa HTS untuk mematuhi ketentuan perjanjian,” kata Kabalan, memperingatkan “pertumpahan darah” lainnya bisa terjadi.
Kesepakatan itu juga mungkin terputus jika ada pergeseran kekuasaan, rezim Assad digantikan.
Kehadiran militer Amerika Serikat di timur laut Suriah, yang mendukung pasukan Kurdi, dapat menimbulkan ancaman bagi pasukan rezim Assad.
“Rusia yakin AS akan menyerang rezim jika sejumlah besar korban sipil muncul,” kata Kabalan.
Kekhawatiran akan potensi serangan kimia sangat tinggi, yang menyebabkan warga Idlib menciptakan masker gas dari cangkir.
Baca juga: Rezim Assad, Rusia dan Iran Persiapkan Serangan Besar ke Idlib
“Kami khawatir penggunaan senjata kimia paling banyak, yang bisa melanggar perjanjian rapuh [baru],” Rayyan Abdulrahman, 28, mengatakan kepada Al Jazeera dari kota Idlib.
AS telah memperingatkan rezim Syiah Suriah terhadap penggunaan senjata kimia dan mengancam respons militer lainnya.
Pada bulan April, Washington dan sekutunya menanggapi dugaan penggunaan senjata kimia oleh rezim pemerintah Suriah terhadap oposisi di kota Douma dengan rentetan serangan rudal.
Tetapi Rusia telah berulang kali menolak klaim ini, dan baru-baru ini menuduh bahwa justru oposisi lah yang sedang bersiap-siap untuk melakukan serangan kimia di Idlib guna memancing tanggapan dari Barat.
Pada tahap perang ini, ada kepentingan Rusia untuk mempertahankan proses Astana dalam upaya mendorong solusi politik yang sejalan dengan tujuan-tujuannya, menjaga kekuasaan Assad.
“Selama Rusia membutuhkan Turki di Suriah, mereka akan mencoba untuk menghormati perjanjian ini,” kata Kabalan.
One thought on “Pengamat: Kelompok Jihadis akan Dijadikan Alasan Rezim Assad untuk Serang Idlib”