Jaga Kondusifitas Negara, Jadi Alasan HRS Tak Penuhi Panggilan Polisi

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Pengacara Habib Rizieq Syihab (HRS), Kapitra Ampera mengungkapkan alasan kliennya tidak memenuhi panggilan polisi soal tuduhan kasus pornografi. Menurutnya, Habib Rizieq tak mau datang karena menjaga kondusifitas negara.

“Oleh karena ini bukan penegakan hukum, maka Habib Rizieq ingin menahan diri untuk tidak datang,” kata Kapitra dalam konferensi pers di gedung AQL Center, Jakarta Selatan, Selasa (16/05/2017)

“Karena jika Habib Rizieq datang, lalu dipermalukan atas tindakan yang tidak dilakukan, maka dikhawatirkan umat Islam memberikan reaksi yang menimbulkan kegaduhan,” imbuhnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa umat Islam akan menyambut bulan Ramadhan. Maka, Habib Rizieq ingin umat Islam fokus ibadah ramadan.

“Untuk Ramadhan ini Habib Rizieq menahan diri. Advokat diminta ke Saudi untuk membicarakan upaya hukum,” pungkasnya.

 

 

Tidak Ada Dasar Hukum untuk Bubarkan Syiah? Ini Jawaban ANNAS

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Komisioner Komnas HAM, Hafid Abbas pada April 2014 lalu mengatakan, belum ada undang-undang bisa melarang keberadaan Syiah. Pernyataan itu mengacu pada Pasal 28C UUD 45 terkait hak asasi dan anti-diskriminasi.

“Belum ada undang-undang yang membatalkan atau melarang keberadaan Syiah,” kata Hafid dilansir laman Tempo online pada Senin 21 April 2014.

Pasal 28C Ayat (2) sendiri menyebutkan, “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.”

Namun, Anggota Dewan Pakar Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS), Prof. Dr. Asep Warlan membantah pernyataan tersebut. Prof. Asep menegaskan, hukum tidak hanya berupa pasal-pasal dalam Undang-undang.

Untuk membubarkan Syiah, kata dia, ada upaya hukum lain yang bisa ditempuh umat Islam, yaitu dengan memanfaatkan asas ius curia novit yang artinya hakim tidak boleh menolak suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan tidak ada undang-undangnya.

“Jadi tidak usah risau, jika ingin membubarkan Syiah tapi tidak ada dasar hukumnya. Mari kita coba di pengadilan, “ katanya dalam Mudzakaran Nasional II Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Bandung, Ahad (14/5/2017).

Baca juga: Pakar Beberkan Strategi Bendung Gerakan Syiah di Indonesia

Dengan asas tersebut, Asep menambahkan, hakim wajib menemukan hukum atas perkara yang diajukan.

“Ayo kita jelaskan, ini perbuatan Syiah, ini gerakannya, dan ini resikonya. Jika pengadilan tidak memutuskan maka resikonya akan seperti ini dan ahli akan menjelaskan itu,” tegasnya.

Ia mencontohkan keputusan Majelis Hakim dalam persidangan kasus penistaan agama oleh Ahok yang merubah dakwaan pasal 156 tentang penodaan agama menjadi pasal 156a tentang permusuhan atau penodaan terhadap suatu agama.

Baca juga: Pakar Hukum Ungkap Alasan Penahanan Ahok Tak Bisa Ditangguhkan

“Kenapa hakim berani mengubah itu? Kata hakim, yang saya tegakkan bukan UU, yang saya tegakkan adalah keadilan” kata Asep mengutip pernyataan hakim.

“Jadi, untuk menegakkan keadilan tidak berdasarkan pada hukum yang tertulis saja, tapi ada kaidah-kaidah yang tidak tertulis yang menyentuh hakikat keadilan,” pungkas Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Parahyangan itu.

 

Pakar Beberkan Strategi Bendung Gerakan Syiah di Indonesia

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Anggota Dewan Pakar Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat, Prof. Dr. Asep Warlan memaparkan empat strategi untuk membendung gerakan Syiah di Indonesia. Menurutnya, saat ini Syiah telah mencampuri urusan pengambilan kebijakan dalam bidang politik, pendidikan, kebudayaan, ekonomi, bahkan dunia hiburan.

Kondisi itu, kata dia, disebabkan oleh demokrasi liberal yang dianut pemerintahan ini yang melonggarkan Syiah memasuki lembaga-lembaga vital tersebut.

“Secara konspetual, ada empat strategi yang harus dijalankan, yang pertama yaitu pendekatan kultural,” katanya dalam Mudzakarah Nasional II ANNAS di Bandung, Ahad (14/5/2017).

Prof. Asep menjelaskan, pendekatan kultural adalah pendekatan bersifat persuasif yang akan memudahkan setiap orang untuk melakukannya.

“Meyakinkan, memahamkan betapa bahayanya akidah Syiah, apa konsekwensi jika Syiah dibiarkan, dll. Ini adalah pendekatan persuasif, edukatif yang bisa dijalankan semua pihak tanpa harus melembaga,” jelasnya.

Kedua, pendekatan politik. Pendekatan ini didasarkan pada keprihatinan ANNAS terhadap longgarnya kualifikasi dari partai politik kepada kader-kadernya. Oleh sebab itu, ANNAS membuat buku pedoman tentang kriteria calon pemimpin yang harus dipilih oleh umat.

“Kami di ANNAS memberikan semacam arahan, pedoman bahwa kalau ada calon yang berafiliasi atau pro Syiah itu jangan dipilih,” tegasnya.

Ketiga, pendekatan ekonomi. “Kita juga membangun kesadaran para agniya bahwa masyarakat kita itu perlu dibantu ekonominya. Saya kira ini akan efektif, sebab Syiah selalu memberi iming-iming sembako, beasiswa, bantuan pembangunan dalam penyebarannya,” tambah Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Parahyangan itu .

Terakhir, tekanan public (public pressure). Menurut Prof. Asep, kekalahan Ahok dalam pilkada DKI adalah pukulan memalukan bagi para pendukungnya. Sebab, selain petahana, Ahok juga dibekingi langsung oleh negara dan para konglomerat. Kekuatan yang luar biasa itu akhirnya dikalahkan oleh perjuangan umat Islam.

“Jadi public pressure menjadi sangat penting dalam konteks ini,” katanya.

UBN: Kebangkitan Islam Dimulai dari Indonesia

GRESIK (Jurnalislam.com) – Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) mengatakan, kebangkitan Islam di dunia akan dimulai dari Indonesia. Akhlak mulia yang ditunjukkan umat Islam dalam Aksi Bela Islam 1, 2, 3, dan Aksi Simpatik 55 menjadi salah satu alasannya.

“Itu ciri khas Islam yang ingin kita tampilkan di seluruh dunia, ahklakul karimah, tawakkal kepada Allah, tetap menjaga keamanan dan ketertiban menjaga persatuan, maka kita akan tetap kuat ke depan,” katanya dalam Tabligh Akbar di Gresik, Ahad (14/5/2017).

Baca juga: Netizen Sindir Keberpihakan Polisi, Tagar #DimanaTito Jadi Trending Topik

Kendati demikian, kata dia, umat Islam harus tetap sabar menghadapi ujian dari Allah SWT berupa ketidakadilan penguasa dalam kasus penistaan agama oleh Ahok. UBN mengajak umat Islam untuk memulai revolusi dari diri sendiri guna meraih keadilan Allah SWT.

“Harap sabar, kalau doa kita dikabulkan Allah SWT, Allah sendiri yang akan turunkan keadilannya. Itulah revolusi yang sesungguhnya. Tidak perlu revolusi berdarah,” ujarnya.

Baca juga: Pakar Hukum Ungkap Alasan Penahanan Ahok Tak Bisa Ditangguhkan

“Kalau Allah menurunkan keadilannya lewat para penegak keadilan dan setiap kita berlaku adil pada diri sendiri, maka Allah pasti menolong tentaranya dan mengangkat hamba-hambanya,” pungkasnya.

Kontributor: Husain, Gresik

 

Bertajuk ‘Hijrah’, Muslimah Exhibition LDK UMMI Unikom Diikuti Ratusan Mahasiswi

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Lembaga Dakwah Kampus, Ukhuwah Mahasiswa Muslim Igi (LDK UMMI) Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung menggelar agenda Muslimah Exhibition (ME) di Auditorium Kampus Unikom Bandung, Jalan Dipatiukur, Sabtu (13/5/17).

Agenda yang bertajuk “Menjadi Penolong Agama Allah Sebagai Wujud Hijrah” ini diikuti lebih dari 200 peserta yang berasal dari berbagai kampus di kota Bandung.

“Acara kali ini diikuti oleh 200 orang lebih peserta, dari perwakilan berbagai kampus di kota Bandung,” jelas Departemen An-nisa UMMI Unikom, Wulan Kristina.

Dalam kegiatan ini peserta diajak untuk mengkaji Islam secara menyeluruh. Tidak hanya mengkaji, peserta juga diajak untuk mendakwahkannya kembali.

“Kita mengajak kepada mahasiswi khususnya untuk mempelajari atau mengkaji Islam secara menyeluruh, kita juga berharap agar mahasiswi mau mendakwahkan Islam juga ketengah-tengah masyarakat,” ujar Wulan.

Mahasiswi keturunan Tiongkok ini menilai, mahasiswi hari ini masih banyak yang apatis terhadap kondisi umat bahkan ketika Islam dihinakan banyak pemuda dan mahasiswa yang tinggal diam dan seolah menutup mata dan telinga.

Ratusan mahasiswi dari berbagai kampus di Bandung antusias ikuti ME UMMI Unikom, Sabtu (13/5/2017). Foto: Saifal

“Saya melihat mahasiswi hari ini masih banyak yang apatis terhadap kondisi umat saat ini, bahkan ketika Islam banyak mendapat fitnah dari para pembencinya, pemuda dan mahasiswa muslim masih banyak yang menutup mata dan telinga sekan tidak mau tahu. Padahal berdakwah dan menolong agama Allah adalah tugas seluruh umat Islam,” jelas Wulan.

Wulan berharap, setelah kegiatan ME mahasiswi lebih peduli dan mau mempelajari serta mendakwahkan Islam di tengah-tengah masyarakat.

“Kita berharap Mahasiswi mau mengkaji Islam secara menyeluruh dan mau mendakwahkannya kembali,” tutur Wulan.

Dijelaskan oleh Indira S. Rahmawati, selaku dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, maksud dari hijrah adalah berpindahnya seseorang dari satu keadaan pada keadaan lain. Sedangkan hijrah yang dimaksud di sini salah satu contohnya ketika seorang akhwat (perempuan) awalnya tidak memakai jilbab kini memakai jilbab.

“Hijrah itu berpindahnya seseorang dari satu keadaan menuju keadaan lain yang lebih baik, salah satu contohnya ketika seorang akhwat belum memakai kerudung dan akhirnya memakai kerudung, itu merupakan salah satu contohnya hijrah,” kata Indira.

Ia juga berharap mahasiswi mau mempelajari dan mendakwahkan Islam sebagai bentuk hijrah yang hakiki. “Kita berharap Mahasiswi mau mengkaji Islam secara menyeluruh dan mau mendakwahkannya kembali, itulah hijrah yang sesungguhnya,” tutupnya.

Kontributor: Saifal, Bandung

Prof. Dr. Didin Hafidhuddin: Syiah Itu Troublemaker

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin menilai, Syiah adalah ajaran pembuat masalah (troublemaker) karena ajaran ini didasarkan pada kebencian dan kedengkian.

“Ajaran mereka ini didasarkan pada kebencian terhadap para sahabat Nabi, kepada imam-imam hadist. Dan kebencian mereka ini adalah penyakit yang terus ditularkan kepada para pengikutnya. Sehingga Syiah ini dimana-mana selalu menjadi troublemaker, pembuat masalah, bukan kedamaian,” paparnya dalam Mudzakarah Nasional II ANNAS di Bandung, Ahad (14/5/2017).

Baca juga: Wagub Jabar : MUI Harus Lindungi Akidah Umat dari Bahaya Syiah

Ia mengungkapkan fakta-fakta sejarah yang membuktikan Syiah selalu menjadi pemicu konflik peradaban. Jatuhnya Baghdad kepada Tatar yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 656 H atau 1258 M tidak lepas dari pengkhianatan tokoh Syiah, yaitu Muayududdin Muhammad yang menyebabkan ratusan ribu nyawa kaum muslimin hilang.

Pada tahun 638 H, Kyai Didin melanjutkan, Syiah juga bersekongkol dengan tentara Salib dalam merebut Palestina, ditambah pembantaian umat Islam di Suriah, Irak dan pengkhianatan-pengkhiantan Syiah kepada umat Islam lainnya.

Baca juga: ANNAS: ‘Kita Tidak Akan Pernah Berhenti Berjuang Sampai Syiah Enyah dari Republik Ini’

“Oleh karena itu, tidak ada kata lain selain pemerintah harus mengambil sikap tegas bahwa Syiah ini adalah aliran yang membahayakan,” tegasnya.

Oleh sebab itu, mantan Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) itu meminta pemerintah untuk tidak memberikan ruang gerak kepada Syiah dimana pun dan dalam bentuk apapun.

“Maka di forum ini saya sampaikan kepada pemerintah untuk mengambil sikap tegas terhadap Syiah, karena watak ajaran ini adalah troublemaker,” pungkasnya.

Soal Demo Malam Hari, Pengamat: Polisi Tidak Fair

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Pengamat politik Universitas Parahyangan, Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf menyayangkan sikap aparat kepolisian yang tidak tegas kepada aksi pendukung Ahok. Seperti diketahui, dalam sepekan ini pendukung Ahok di beberapa kota menggelar aksi bakar lilin di luar aturan jam untuk berunjuk rasa yaitu lewat jam 18.00.

“Tapi ketika yang melakukan itu umat Islam pasti dibubarkan paksa dengan gas airmata, ini kan enggak adil,” katanya kepada wartawan di Hotel Grand Asrilia Kota Bandung, Ahad (14/5/2017).

Menurut Asep, sikap kepolisian itulah yang membuat umat Islam merasa didiskriminasi. “Tidak fair,” tegasnya.

Dalam aksinya, tak sedikit massa pendukung Ahok terlibat bentrok dengan aparat, mengotori Taman Kota, bahkan melecehkan adzan seperti yang terjadi di Palembang. Akan tetapi kepolisian seperti tak berdaya melarangnya.

“Ini aja yang sebenarnya belum bisa diterima. Sangat jelas, nyata dan sangat mudah ditafsirkan arahnya kemana,” pungkasnya.

TGB: Umat Islam Harus Mencontoh Langkah Rasulullah Membangun Madinah

MAGELANG (Jurnalislam.com) – Gubenur Nusa Tenggara Barat (NTB), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Madji M.A mengatakan, kemenangan umat Islam akan diraih jika mencontoh langkah Rasulullah SAW ketika membangun Madinah.

Yang pertama, yaitu menjadikan masjid sebagai sentral semua kegiatan umat. “Rasulullah ketika hijrah ke Madinah pertama kali yang beliau lakukan adalah mendirikan masjid. Dalam hal ini masjid sebagai pusat pengendalian segala permasalahan masyarakat,” terangnya dalam Safari Dakwah di Masjid Ittihad, Magelang, Ahad(14/5/2017).

Kedua adalah membuka pasar. TGB menjelaskan, umat Islam harus memperkuat perekonomian agar tercipta masyarakat Islam yang mandiri.

Terakhir, umat Islam harus memperkuat ukhuwah Islamiyah meskipun berbeda organisasi dan kelompok.

“Sebagaimana Rasulullah tetap menyebut kaum muslimin dengan nama kelompok masing-masing, dengan demikian berarti Islam mengakui adanya kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, asal mereka bersaudara,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, TGB Muhammad Madji menggelar safari dakwahnya di beberapa kota di Jawa Tengah sejak 12 Mei hingga 14 Mei 2017. Sebelumnya, TGB telah mengunjungi Yogyakarta dan Sleman.

ANNAS: ‘Kita Tidak Akan Pernah Berhenti Berjuang Sampai Syiah Enyah dari Republik Ini’

BANDUNG (Jurnalislam.com) – Ketua Umum Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) KH Athian Ali Dai, Lc, MA menegaskan tekadnya untuk terus berjuang untuk menyelamatkan bangsa ini dari ajaran sesat Syiah.

“Kita tidak akan pernah berhenti apalagi mundur satu langkah pun untuk menghadapi Syiah. Kita tidak akan pernah berhenti sampai Syiah enyah dari Republik ini,” katanya dalam penutupan Mudzakarah ANNAS ke-2 di Hotel Grand Asrila Kota Bandung, Ahad (14/5/2017).

“Mereka atau kita yang binasa,” tegasnya seraya mengatakan, lebih baik mati berkalang tanah daripada diam kesucian agama Islam dihina oleh Syiah.

Oleh sebab itu, ia berharap umat Islam tidak berhenti menanamkan semangat juang dalam membela agamanya.

 

26 Peserta Antusias Ikuti Pelatihan Jurnalistik Jurnalislam.com di Surabaya

SURABAYA (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 26 peserta mengikuti pelatihan jurnalistik yang diadakan Jurnalislam.com di Gedung Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI), Jl. Mayangkara No.21, Kota Surabaya. Kegiatan berlangsung selama dua hari, Sabtu – Ahad (13-14/5/2017).

“Tujuan pelatihan adalah untuk mencetak seorang jurnalis muslim yang handal dan profesional. Jurnalis muslim handal maksudnya seorang jurnalis muslim harus kuat secara fisik dan mental,” kata ketua panitia, Bramantyo selaku perwakilan Jurnalislam.com biro Jawa Timur.

Lebih lanjut Bramantyo menjelaskan, seorang jurnalis muslim juga harus kuat secara spiritual. “Karena dengan mental spiritual yang kuat, seorang jurnalis muslim akan siap ditugaskan di segala medan,” jelasnya.

Kegiatan diisi oleh dengan dua materi inti, yaitu Cara Meliput dan Menulis Berita oleh Redaktur Pelaksana Jurnalislam.com, dan Motivasi Seorang Jurnalis Muslim oleh wartawan senior, Cholis Akbar (Cak Lis) dari Hidayatullah.com.

Cak Lis memaparkan materi

Dalam paparannya, Cak Lis memotivasi peserta untuk gemar menulis sebagai salah satu ladang memperjuangkan Islam. “Jika ingin banyak tahu tentang dunia, membacalah. Jika ingin berjuang membela Islam, menulislah,” katanya.

Tak hanya itu, Cak Lis juga memotivasi peserta perempuan yang ingin berjuang dalam kancah media untuk tidak patah semangat dengan keterbatasanya.

“Jangan berhenti membela Islam meskipun harus menulis di balik dapur,” Redpel Hidayatullah.com itu.

Rencananya, pelatihan serupa akan terus diselenggarakan Jurnal Islam di kota-kota lainnya untuk mencari bibit-bibit baru jurnalis muslim yang tangguh dan profesional.

Reporter: Bahry (Peserta Pelatihan)