Masukan Pemimpin Hamas ke Daftar Teroris Global, Begini Tanggapan Menlu Turki

Masukan Pemimpin Hamas ke Daftar Teroris Global, Begini Tanggapan Menlu Turki

ANKARA (Jurnalislam.com) – Menteri Luar Negeri Turki pada hari Sabtu (3/2/2018) mengkritik keputusan AS untuk menambahkan nama pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dalam daftar terornya.

Berbicara pada sebuah konferensi pers bersama dengan rekannya dari Palestina Riyad al-Maliki di provinsi Antalya selatan, Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa keputusan AS tersebut dinyatakan pada waktu yang “mencurigakan.”

Pada hari Rabu, pemerintah AS menyebut Haniyeh sebagai “tokoh teroris global yang ditunjuk secara khusus” dan memberlakukan serangkaian sanksi terhadapnya.

“Mereka menyatakan keputusan ini pada saat kesatuan di dalam Palestina telah mulai terjalin,” kata Cavusoglu, mengacu pada proses rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas.

Dia mengatakan bahwa Hamas telah berpartisipasi dalam pemilihan tahun 2005, yang diobservasi oleh Majelis Parlemen Dewan Eropa dan dievaluasi secara demokratis dan transparan.

Ismail Haniya Dimasukan Daftar Teroris Global oleh AS, Ini kata Hamas

Sejak saat itu, menteri luar negeri menambahkan, Hamas telah bertindak berdasarkan alasan politik.

Al-Maliki mengungkapkan waktu (momen) keputusan AS menghukum pimpinan Palestina tersebut sebagai “usaha menggagalkan upaya untuk menyelesaikan dan memperbaiki proses rekonsiliasi.”

Dia menekankan bahwa kepemimpinan Palestina akan “mengejar [rekonsiliasi] dengan Ismail Haniyeh sebagai kepala biro politik Gerakan Hamas untuk kepentingan rakyat Palestina.”

Mengenai rencana Washington yang mengumumkan untuk menahan bantuan sebesar $ 65 juta kepada Badan Bantuan dan Usaha PBB (the United Nations Relief and Works Agency-UNRWA) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat, al-Maliki menunjukkan bahwa, keputusan AS bertujuan untuk menekan pemerintah Palestina.

Tokoh Senior Hamas: Donald Trump Sakit Jiwa

Bulan lalu, Washington mengumumkan rencana untuk menahan bantuan sebesar $ 65 juta kepada UNRWA “sampai pertimbangan lebih lanjut.

“Jika AS sangat sensitif terhadap terorisme, seharusnya mereka harus mengurangi dukungan mereka terhadap organisasi teror YPG/PKK. Keputusan ini adalah contoh lain dari standar ganda AS mengenai isu terorisme,” kata Cavusoglu.

PKK – yang diakui sebagai kelompok teror telah mengambil nyawa 40.000 orang dalam upaya teroris 30 tahun melawan Turki.

Bagikan