Israel Perluas Operasi Militer, Warga Gaza Tengah Dipaksa Mengungsi

Israel Perluas Operasi Militer, Warga Gaza Tengah Dipaksa Mengungsi

GAZA (jurnalislam.com)– Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut perintah militer Israel yang memaksa warga dan pengungsi di wilayah Deir el-Balah untuk mengungsi ke selatan sebagai “pukulan telak lainnya” terhadap upaya kemanusiaan di Jalur Gaza yang telah porak-poranda akibat perang.

Dalam pernyataan resminya pada Ahad (20/7/2025), OCHA memperingatkan bahwa perintah evakuasi massal yang dikeluarkan militer Israel semakin melemahkan “jalur kehidupan yang sudah rapuh” bagi warga sipil Gaza.

“Lokasi-lokasi ini seperti halnya semua lokasi sipil harus dilindungi, terlepas dari perintah pengungsian,” tegas OCHA, seraya menambahkan bahwa kerusakan terhadap fasilitas kesehatan, infrastruktur air, dan gudang bantuan “akan mengakibatkan konsekuensi yang mengancam jiwa.”

Pada Ahad pagi, tentara Israel memerintahkan warga Gaza tengah untuk segera mengungsi karena akan dilakukan operasi militer. Ribuan keluarga pun terlihat meninggalkan rumah mereka dengan membawa barang seadanya, bergerak menuju wilayah selatan.

Menurut OCHA, sekitar 50.000 hingga 80.000 orang berada di wilayah yang terkena dampak saat perintah evakuasi diumumkan. PBB menyatakan bahwa staf kemanusiaan masih tetap berada di wilayah tersebut dan koordinat lokasi mereka telah dibagikan kepada pihak-pihak terkait untuk menjamin keselamatan.

OCHA menyatakan bahwa hampir seluruh penduduk Gaza kini telah mengungsi setidaknya satu kali sejak perang dimulai, menyusul serangkaian perintah evakuasi yang dikeluarkan militer Israel. Selain kehilangan tempat tinggal, mereka juga menghadapi kekurangan pangan yang semakin parah.

Perintah terbaru ini berarti 87,8 persen wilayah Gaza kini berada di bawah perintah evakuasi atau zona militer Israel.

“Sebanyak 2,1 juta warga sipil kini terjepit di 12 persen wilayah Jalur Gaza yang terfragmentasi, di mana layanan-layanan vital telah lumpuh,” ujar OCHA.

Perintah tersebut juga dinilai sangat membatasi kemampuan PBB dan mitra kemanusiaannya untuk bergerak dengan aman dan efektif di lapangan, sehingga menghambat distribusi bantuan saat sangat dibutuhkan.

Di hari yang sama, pemerintah Israel mencabut izin tinggal kepala kantor OCHA di negara itu, Jonathan Whittall, yang selama ini dikenal vokal dalam mengkritik kondisi kemanusiaan di Gaza.

Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan di Gaza, sedikitnya 58.895 warga Palestina sebagian besar adalah warga sipil telah tewas sejak agresi Israel dimulai. (Bahry)

Sumber: TNA

Bagikan