Erdogan: Operasi Militer Turki berlanjut Hingga Irak Utara dan Suriah Utara

Erdogan: Operasi Militer Turki berlanjut Hingga Irak Utara dan Suriah Utara

ANKARA (Jurnalislam.com) – Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan perang Turki melawan terorisme akan berlanjut di Turki timur serta gunung Qandil di Irak utara dan Suriah utara.

Di hadapan parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di ibukota Ankara pada hari Selasa (24/4/2018), Erdogan menyoroti tekad Turki dalam perjuangannya melawan kelompok teror PKK.

“Kami tidak akan keluar dari [pegunungan tenggara] Cudi, Gabar, Bestler-Dereler, Tendurek, dan Qandil,” kata Erdogan, lansir Anadolu Agency.

“Kami akan terus melakukan apa yang diperlukan untuk ketenangan negara kami. Kami juga akan melakukan apa yang diperlukan di bagian utara Suriah.”

Liga Arab Serukan Ankara Hentikan Operasi Militer di Suriah, Begini Kata Turki

Serangan udara pada target PKK di Irak utara telah dilakukan secara teratur sejak Juli 2015, ketika PKK melanjutkan operasi bersenjata mereka. Kelompok teror PKK memiliki basis utama di Wilayah Mt. Qandil, dekat perbatasan Iran.

PKK terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki dan Uni Eropa. Dalam operasi terornya melawan Turki, yang telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade, lebih dari 40.000 orang telah tewas, termasuk wanita dan anak-anak.

Erdogan juga mengatakan bahwa 4.272 teroris PKK/PYD telah dinetralkan di wilayah Afrin Suriah, 258 di Turki, 353 di Irak utara sejak dimulainya Operasi Olive Branch pada 20 Januari.

Turki Segera Lancarkan Operasi Militer ke Manbij Jika

Turki meluncurkan Operation Olive Branch pada 20 Januari untuk membersihkan kelompok teroris YPG dari Afrin di Suriah barat laut di tengah meningkatnya ancaman dari kawasan itu.

Pada 18 Maret, pasukan yang didukung Turki yaitu FSA membebaskan pusat kota Afrin, yang telah menjadi tempat persembunyian utama bagi YPG sejak 2012.

Menurut Staf Umum Turki, operasi tersebut bertujuan untuk membangun keamanan dan stabilitas di sepanjang perbatasan Turki dan wilayah Timur Tengah serta untuk melindungi warga Suriah dari penindasan dan kekejaman teroris.

Erdogan juga membela keadaan darurat Turki yang diperpanjang pada hari Rabu untuk ketujuh kalinya.

“Dalam proses ini, lingkungan menemukan ketenangan. Mereka menuntut keadaan darurat dicabut di lingkungan yang tenang seperti itu,” katanya.

“Kenapa? Karena permainan mereka akan dikalahkan; karena alasan ini, kami tidak akan membiarkan mereka membatalkan perintah (keadaan darurat).”

Turki Perpanjang Keadaan Darurat untuk Ketujuh Kalinya

Turki mengumumkan keadaan darurat untuk pertama kalinya pada 20 Juli 2016, menyusul kudeta Fetullah Terrorist Organization (FETO) yang dikalahkan.

FETO dan pemimpinnya di AS, Fetullah Gulen mengatur kudeta yang akhirnya kalah pada 15 Juli 2016, yang menewaskan 250 orang dan hampir 2.200 orang lainnya juga terluka.

Ankara menuduh FETO berada di belakang operasi jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi institusi Turki, khususnya militer, polisi, dan peradilan.

Bagikan