Desak Pemerintah Trump Peduli Rohingya, Muslim AS Unjuk Rasa di Depan Gedung Putih

Desak Pemerintah Trump Peduli Rohingya, Muslim AS Unjuk Rasa di Depan Gedung Putih

WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Ratusan orang berkumpul di depan Gedung Putih pada hari Ahad (29/10/2017) untuk memprotes pembantaian oleh militer Myanmar yang sedang berlangsung yang menargetkan minoritas Muslim Rohingya di Myanmar, World Bulletin melaporkan.

Organisasi hak asasi manusia dan advokasi Muslim terbesar di negara itu, Council on American-Islamic Relations (CAIR), Masyarakat Islam Amerika Utara (Islamic Society of North America-ISNA), Masyarakat Muslim Amerika (Muslim American Society-MAS) dan banyak lainnya membawa keluhan mereka ke ibukota negara.

Perwakilan masyarakat sipil dari berbagai latar belakang itu meminta pihak berwenang Myanmar untuk mengakhiri pertumpahan darah dan mendesak pemerintah Trump untuk bertindak lebih efektif dalam penganiayaan di negara bagian Rakhine serta menggunakan pengaruhnya terhadap pemerintah Myanmar.

Sejak 25 Agustus, 603.000 Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Myanmar di Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB.

Senator AS: Ribuan Anak Dibantai dan Ribuan Wanita Diperkosa di Rohingya, Donald Trump Bisu

Para pengungsi melarikan diri dari operasi militer Budha Myanmar dan gerombolan Buddhis yang membunuhi pria, wanita dan anak-anak, memperkosa, menyiksa, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya.

“Jika ini bukan genosida, saya tidak tahu apa itu,” kata Oussama Jammal, Sekretaris Jenderal Dewan Organisasi Muslim AS (the US Council of Muslim Organizations-USCMO), mengingat definisi genosida PBB.

PBB telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan, penyiksaan – termasuk bayi dan anak kecil – mutilasi, pemukulan brutal, dan penghilangan yang dilakukan oleh petugas keamanan. Dalam sebuah laporan, penyidik ​​PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut dapat dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Presiden Pusat ADAMS, Seyid Mukher menekankan bahwa Muslim Amerika harus mendesak pemerintah A.S. untuk bertindak melawan kekerasan tersebut.

“Genosida ini terjadi di Negara Bagian Rakhine kemarin, juga terjadi hari ini tapi tidak boleh terjadi lagi besok,” tambahnya, berkomentar bahwa penganiayaan terhadap muslim Rohingya telah berlangsung selama beberapa dekade.

Para pendemo meneriakkan protes terhadap otoritas Myanmar, membawa spanduk bertuliskan “Hentikan genosida di Rakhine sekarang” dan “Selamatkan saudara dan saudari kita di Myanmar”. Acara berakhir tanpa konflik.

Sebagai tambahan, Deparment of State pada hari Ahad mengatakan bahwa delegasi AS yang dipimpin oleh Asisten Sekretaris Menteri Luar Negeri, Simon Henshaw akan mengadakan pertemuan baik di Burma (Myanmar) maupun Bangladesh untuk membahas kekerasan yang sedang berlangsung di Negara Bagian Rakhine dan untuk memperbaiki penyampaian bantuan kemanusiaan bagi pengungsi di Burma, Bangladesh, dan wilayah sekitar.

Pertemuan akan diadakan antara 29 Oktober dan 4 November. “Delegasi akan bertemu dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas tanggapan AS dan internasional terhadap krisis yang sedang berlangsung dan untuk mengeksplorasi solusi yang tahan lama,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Mujahidin Taliban di Kunduz: ‘In Syaa Allah Besok Kita Rebut Gedung Putih’

Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dalam tindakan keras Myanmar.

Muslim Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok etnis yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat sejak ratusan orang tewas dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Bagikan