WASHINGTON (Jurnalislam.com) – AS menempatkan pos militer di sepanjang perbatasan Turki di Suriah utara, kata Kepala Pertahanan James Mattis pada hari Rabu (21/11/2018).
Turki memiliki kekhawatiran “yang tepat” tentang ancaman teror di Suriah dan AS tidak menepis kekhawatirannya, katanya kepada wartawan di Pentagon.
Kekhawatiran ini berasal dari rezim Bashar al-Assad di Suriah, menurut Mattis.
“Assad, dengan bantuan Rusia dan Iran telah, seperti yang Anda tahu, melakukan pembunuhan di negaranya sendiri. Dan ia merobek negara itu dengan pemerintahannya, jika Anda bahkan dapat menyebutnya begitu. Dan Turki memiliki banyak alasan untuk khawatir, sebagai negara NATO dengan perbatasan di sepanjang Suriah,” kata Mattis.
Untuk memerangi kekhawatiran yang datang dari Suriah, AS akan menempatkan pos di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah, dimana AS dapat memperingatkan Ankara tentang potensi ancaman apa pun.
Baca juga:
-
Wapres: Turki akan Habisi Setiap Ancaman di Perbatasan Suriah
-
Jubir Rusia: Turki Terus Bekerja Keras untuk Penuhi Kesepakatan Idlib
-
Parlemen Turki: Rakyat Suriah akan Putuskan Pengganti Assad
-
Diplomasi Turki Cegah Pembantaian Rezim Assad terhadap Warga Sipil Idlib
“Kami menempatkan di pos pengamatan di Suriah utara, ini adalah perubahan sekarang. Kami menempatkan pos pengamatan di beberapa lokasi di sepanjang perbatasan Suriah,” kata Mattis. “Kami ingin menjadi pihak yang memberi tahu orang Turki dan memperingatkan mereka jika kami melihat sesuatu yang keluar dari area tempat kami beroperasi.”
AS sedang berkonsultasi “erat” dengan militer Turki dan Departemen Luar Negeri, kata kepala pertahanan.
“Kami akan melacak setiap ancaman yang dapat kami temukan terhadap Turki. Itu berarti kami akan berbicara dengan militer Turki di seberang perbatasan,” tambah Mattis.
Kepala pertahanan juga mengatakan pos pengamatan ditempatkan untuk memungkinkan pasukan yang bertempur di Lembah Eufrat Tengah untuk fokus pada penghapusan sisa-sisa kelompok IS (Islamic State).
Lebih dari 300 orang telah kehilangan nyawa mereka dalam serangan teror IS di Turki, di mana kelompok teror itu menargetkan warga sipil dalam serangan bom bunuh diri, roket dan senjata api.