Serangan Udara Israel, 1,9 Juta Pengungsi di Gaza Terjebak Tanpa Tempat Aman

Serangan Udara Israel, 1,9 Juta Pengungsi di Gaza Terjebak Tanpa Tempat Aman

GAZA (jurnalislam.com)- Pada Selasa (12/12/2023), Israel masih terus melakukan pengeboman di Gaza, yang membuat para relawan kemanusiaan khawatir wilayah yang terkepung itu akan dilanda penyakit dan kelaparan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan tekanan diplomatik terhadap Israel untuk mendorong perlindungan terhadap warga sipil.

Pertempuran sengit pun terjadi pada hari Selasa, Hamas mengatakan bentrokan terjadi di Gaza tengah dan para saksi melaporkan serangan mematikan Israel terjadi di selatan wilayah tersebut.

Serangan pada hari Senin menargetkan kota utama di selatan Gaza, yaitu Khan Younis, yang kini menjadi pusat pertempuran. Pertempuran juga terjadi di Rafah, sebuah kota di perbatasan dengan Mesir, tempat puluhan ribu orang mengungsi mencari perlindungan.

“Hamas berada di ambang kehancuran, IDF telah mengambil alih benteng terakhirnya,” klaim Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Senin malam.

Perang yang dimulai sejak 7 Oktober itu telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan sedikitnya 18.200 orang warga sipil, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, sebagaimana laporan Kementerian Kesehatan Palestina.

Panglima militer Israel, Herzi Halevi, mengunjungi pusat Khan Younis pada hari Senin, di mana ia menyatakan bahwa pasukannya telah mengambil alih wilayah utara Jalur Gaza, pintu masuk di bagian selatan Jalur Gaza, dan juga jalur bawah tanah.

PBB memperkirakan 1,9 juta dari 2,4 juta penduduk wilayah tersebut telah menjadi pengungsi akibat serangan Israel, setengah dari mereka adalah anak-anak.

Pemboman besar-besaran di wilayah selatan Gaza oleh Israel menyebabkan pengungsi terdesak dan tidak dapat pergi ke mana pun. Padahal sebelumnya, pihak Israel yang menginstruksikan penduduk untuk mengungsi mencari keselamatan di wilayah tersebut.

Warga Kota Gaza, Umm Mohammed al-Jabri, telah kehilangan tujuh anaknya dalam serangan udara di Rafah setelah mereka melarikan diri dari Kota Gaza untuk mengungsi,

“Saya punya empat anak lagi,” kata Jabri, 56 tahun. “Tadi malam mereka mengebom rumah tempat kami berada dan menghancurkannya. Mereka mengatakan Rafah adalah tempat yang aman.” Namun menurutnya, “Tidak ada satupun tempat yang aman”.

Sumber: alarabiya

Reporter: Samsul

Bagikan