Protes Terhadap Busana Muslim di Bali dilandasi Islamphobia

Wakil Sekjen Pelajar Islam Indonesia Helmy Al-Djufri menilai aksi kelompok Hindu menentang pemakaian busana muslim bagi petugas tol di Bali didasari kebencian terhadap Islam dan simbol-simbolnya.

“Sebenarnya mereka didasari oleh Islamophobia, tapi mereka mencover persoalan ini dengan isu-isu adat, kata pria yang mendalami dinamika sosial Islam di Bali saat berbincang dengan kiblat.net, di Jakarta, Kamis (17/6).

Lanjut Helmy, kelompok yang melakukan protes busana Muslim bagi pegawai tol berasal dari kalangan intelektual Hindu, bukan masyarakat awam.

“Mereka berasal dari kalangan yang faham tentang agama, orang-orang yang faham tentang persinggungan ideologi. Untuk orang awam pendekatannya melalui isu ketertiban di ruang publik. Intinya mereka tidak suka dengan Islam sebenarnya, tapi, isu SARA-nya tidak dinampakan,” bebernya.

Helmy berpendapat, di Bali, jilbab dan simbol-simbol islam umumnya memang dipandang sebagai hal yang tabu jika berada di ruang publik.

Menurut Helmy, sentimen anti-Islam bukan kali ini saja terjadi di Bali. Pada kesempatan sosialisasi hotel syariah yang dilakukan menteri pariwisata, mereka juga menolak.

“Mereka mengatakan tidak mau ada hal-hal yang berbau syariah di Bali,” tuturnya.

Sikap alergi dengan simbol-simbol Islam, juga dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya faktor ekonomi. Menurut Helmy, dalam kehidupan sosial akar rumput, umumnya orang Islam di Bali maju secara ekonomi. Kalangan Islam banyak yang memiliki bisnis lebih menjanjikan. Berbeda dengan masyarakat Hindu umumnya, yang kebanyakan menggeluti perdagangan perlengkapan upacara.

“Ada kecemburuan sosial yang tinggi ke orang-orang islam, jadi semakin tinggi pula sentimen terhadap simbol-simbol Islam,” ujarnya.

Apalagi, di Bali, solidaritas umat Islam umumnya tinggi. Hal itu bisa terlihat seperti pada pembangunan masjid. Umat Islam umumnya bergotong royong membantu pembangunan, seperti mewaqafkan tanah dan menyumbangkan uang. Sedangkan di masyarakat Hindu Bali tidak demikian. Sehingga mereka cemburu jika melihat perkembangan masjid.

“Jika banyak simbol Islam di Bali, mereka seperti merasa dijajah oleh Islam dan Jawa,” terangnya

Namun, sejauh ini mereka umumnya memprotes tidak langsung kepada umat Islam, tetapi baru sebatas kepada pejabat setempat.

Seperti diketahui sebelumnya, Aliansi Hindu Bali memprotes kebijakan PT Jasa Marga Bali Tol yang menghimbau petugas gerbang Tol Bali Mandara memakai busanah Muslim selama Ramadhan tahun ini. Protes itu dilayangkan lantaran hal tersebut dinilai menimbulkan kecurigaan.

Aliansi Hindu Bali yang terdiri dari Cakrawahyu, Yayasan Satu Hati Ngrestiti Bali, Yayasan Jaringan Hindu Nusantara dan Pusat Kooordinasi Hindu Nusantara tersebut menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor PT Jasa Marga Bali Tol. Mereka memprotes dan mendesak agar imbauan tersebut dicabut.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.