Guru Honorer Pilar Pendidikan yang Terabaikan

Guru Honorer Pilar Pendidikan yang Terabaikan

Oleh: Bahry Bahruddin, S.T.

Hari ini, 25 November 2024, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional. Sebuah momentum untuk menghargai jasa para pahlawan tanpa tanda jasa yang mencurahkan hidupnya demi mencerdaskan generasi bangsa. Namun, di balik perayaan ini, ada cerita haru yang sering kali luput dari perhatian.

Di Sukabumi, seorang guru honorer harus menyambi menjadi pemulung untuk menyambung hidup. Ia menjadi guru honorer selama puluhan tahun bukanlah perjalanan mudah. Ia hanya menerima gaji sebesar Rp300.000 per bulan jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Kisah serupa datang dari pelosok Nusa Tenggara Timur, di mana seorang guru berjalan kaki sejauh tiga kilometer setiap hari untuk mengajar. Namun, gaji yang diterimanya hanya Rp20.000 per bulan, bahkan kadang terlambat dibayarkan.

Ironi Kesejahteraan Guru Honorer

Guru honorer, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), adalah tulang punggung pendidikan nasional. Namun, nasib mereka sangat memprihatinkan. Menurut survei terbaru Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan GREAT Edunesia Dompet Dhuafa, 74 persen guru honorer digaji di bawah Rp2 juta per bulan, jauh di bawah upah minimum kabupaten/kota (UMK). Sebagian bahkan hanya menerima Rp200.000 hingga Rp300.000 per bulan, seperti dilaporkan CNN Indonesia.

Tidak adanya peraturan yang secara tegas mengatur gaji guru honorer membuat mereka terus berada dalam lingkaran ketidakpastian. Berbeda dengan pegawai negeri sipil (PNS) yang memiliki regulasi jelas terkait gaji dan tunjangan, guru honorer harus bertahan dengan penghasilan yang sangat minim.

Tak hanya itu, minimnya penghasilan dari pekerjaan utama sebagai guru dan tambahan dari pekerjaan sampingan, menjadikan berutang sebagai salah satu jalan untuk menutupi kebutuhan hidup.

Hasil survei juga menunjukkan 79,8 persen guru honorer mengaku memiliki utang. Pun ketika dalam kondisi terdesak oleh suatu kebutuhan, tercatat 56,5 persen guru mengaku pernah menjual atau menggadaikan barang berharga yang dimilikinya.

Janji Perubahan untuk Guru Honorer

Dalam kampanye, Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjanjikan pengangkatan guru honorer menjadi ASN secepatnya. Janji ini diharapkan menjadi solusi untuk memberikan status yang jelas dan kesejahteraan yang layak bagi para tenaga pengajar honorer.

Namun, untuk saat ini, janji tersebut masih dalam tahap harapan. Pemerintah diharapkan segera merealisasikan komitmen ini, mengingat betapa pentingnya peran guru dalam mencetak masa depan bangsa. Tanpa kesejahteraan yang memadai, sulit bagi mereka untuk memberikan yang terbaik bagi generasi muda.

Selamat Hari Guru: Guru Hebat, Indonesia Kuat

Hari Guru Nasional 2024 adalah pengingat bahwa perjuangan guru honorer belum selesai. Mereka terus mendidik dengan cinta dan dedikasi, meski menghadapi berbagai keterbatasan.

Kesejahteraan guru adalah investasi masa depan. Saatnya pemerintah, masyarakat, dan kita semua bersama-sama memperjuangkan hak mereka. Selamat Hari Guru 2024. Kepada semua guru honorer di seluruh Indonesia, terima kasih atas pengorbanan dan kerja keras kalian. Guru Hebat, Indonesia Kuat!

Bagikan