PAPUA (Jurnalislam.com) – Pangdam Jaya Mayjen TNI Agus Sutomo mengungkapkan banyak bandara perintis di Papua digunakan untuk memperlancar keluar masuknya para misionaris.
"Kita sering menyamar ke sana menjadi Babinsa malah diusir, seperti orang asing di negeri sendiri. Biasanya bandara perintis itu buat para misionaris, ini tak boleh dibiarkan," katanya seperti mediaumat.com kutip dari rmol.co, Sabtu (22/11).
Dalam memberikan kuliah umum di Universitas Bung Karno (UBK), Jum’at (21/11) tersebut, Agus juga menyatakan Indonesia yang kaya sumber daya alam menjadi proxy war negara-negara besar yang saat ini tengah krisis energi, pangan dan air.
"Semua negara ingin kuasai sumber daya alam di Indonesia. Malah sekarang sebagian besar sumber energi kita dikuasai asing," bebernya.
Agus pun membeberkan kekecewaannya soal PT Freeport di Papua yang 90 persen dikuasai asing, bahkan mau diperpanjang sampai tahun 2040. Tak hanya itu, di Bumi Cenderawasih juga banyak ditemukan bandara perintis yang dikuasai pihak asing.
Dia menambahkan, proxy war sudah melucuti satu persatu pulau terluar Indonesia. Menurut Agus, seharusnya kasus Timor Timur, dan Sipadan-Ligitian dapat menjadi pelajaran bagi pemerintah agar tidak terulang di kemudian hari.
"Sipadan dan Ligitan itu sekarang jadi pulau wisata termahal di dunia. Kalau mau ke sana harus booking enam bulan sebelumnya," jelas Agus.
Reklamasi pantai Indonesia oleh negara tetangga, penolakan nama kapal Usman-Harun, penyadapan telepon pejabat oleh intelijen Australia adalah deretan panjang proxy war yang sedang dihadapi Indonesia.
"Negara-negara di sekitar khatulistiwa seperti Indonesia sekarang jadi rebutan. Tak hanya dari sumber daya alam, tapi dari bidang budaya, sosial, dan politik mau dikuasai," katanya.
"Sekarang sudah lampu kuning, kita bisa tertawa bahagia sekarang, tapi nanti punya kita tidak ada lagi. Ini salah satu tantangan generasi muda yang makin berat," demikian kata Agus . [elnury/mediaumat]