Mengenal Sosok Pemimpin Tertinggi Taliban, Mullah Hibatullah Akhundzada

Mengenal Sosok Pemimpin Tertinggi Taliban, Mullah Hibatullah Akhundzada

Oleh:Rulian  Haryadi (Founder Boomboxzine)

Tepat 15 Agustus 2021 sebuah berkah daulah dari Allah turun di langit Afghanistan. Gema tahmid, tasbih, dan takbir membasahi bibir para mujahiddin setelah masuk kota Kabul. Intruksi yang luar biasa Islami dengan sejuk damai para mujahiddin seketika bersujud kepada Allah atas futuh Kabul (penaklukkan kota Kabul). Kemenangan Taliban meroket menjadi top chart perbincangan dunia dan sebentar lagi menghiasi obrolan kopi diantara manusia setelah hari ini (futuh Kabul).

 

Pertanyaan pertama yang terlintas pasti siapakah pemimpin Taliban sekarang? Mengingat sejak invasi Amerika datang 2001 manusia yang diamanahi menjadi Amir Taliban pastilah orang yang siap kehilangan nyawanya. Mullah Mohammed Omar wafat pada 2013 dan digantikan oleh sahabatnya Akhtar Mohammed Mansour ketika nyantri di Darul Uloom Haqqania Pakistan pimpinan Sami ul-Haq. Namun Akhtar Mansour pun tidak lama karena sejak Obama menjabat konsentrasi pembrangusan Taliban dan Al-Qaeda benar-benar gencar. Alhasil Akhtar Mansour pun syahid insyaAllah oleh serangan drone pada Mei 2016. Lalu siapa yang meneruskan perjuangan Taliban yang gagah dan telah berhasil mengembalikan Imarah Islam Afghanistan? Yup. Ia adalah Hibatullah Akhundzada.

 

Mawlawi Hibatullah Akhundzada lahir pada 1961 di kamung Panjwayi Provinsi Kandahar. Ia berkesukuan Noorzai dan ayahanda Hibatullah bernama Mullah Mohammed Akhund adalah seorang ulama terkemuka di lingkungannya. Hibatullah bukan seorang anak dari keluarga berada.

 

Pada invasi Soviet 1979 Hibatullah dan keluarganya berpindah ke Quetta dan melanjutkan studi madrasahnya di kamp yang di buat di Sarnan. Sebagaimana Abdul Salam Zaeef, Mullah Mohammad Omar, dan kawan-kawannya tidak terlalu menonjol di front saat kecamuk agresi Soviet. Para mujahiddin muda ini memfokuskan dirinya pada jihad dan mengaji di madrasah. Latar belakang ini yang nantinya bakal disebut sebagai Taliban. Bahkan Abdul Salam Zaeef menyebutkan bahwa Taliban sudah ada sejak awal perang Soviet-Afghan namun mereka tidak bernafsu sebagaimana para sesepuh mereka.

 

Setelah futuh Kabul tahun 1996 ia menjabat sebagai Kementerian Kebajikan dan Penindasan Kejahatan di Provinsi Farah. Namun tidak lama Mawlawi Hibatullah Akhundzada dipindahkan oleh Amirul Mukminin Mullah Mohammed Omar untuk mengurus santri disebuah madrasa besutan Mullah Mohammed Omar, konon santrinya mencapai 100.000 santri penghafal Quran. Seusai mengurusi madrasah ia juga di amanahi sebagai ketua Pengadilan Syariah Imarah Islam Afghanistan. Hibatullah ditunjuk memang karena dirinya layak untuk memutuskan banyak perkara dan tak heran bahwa ia memang sudah dikenal sebagai ulama yang sering menuntaskan problem umat. Tak heran juga bahwa Mullah Mohammed Omar, Osama bin Laden, dan Akhtar Mansour sering berkonsul dan meminta merumuskan fatwa-fatwa.

 

Sejak porak poranda Imarah Islam Afghanistan pada 2001 atas dalih melindungi Osama bin Laden. Hibatullah melepas jabatannya dan mulai beramal Islam secara underground bersama para pejabat Imarah Islam Afghanistan. Namun sejak syahidnya Akhtar Mansour dewan tinggi Taliban musyawarah menentukan Amir Taliban dan ternyata surat dari mendiang Akhtar Mansour menyatakan eksplisit bahwa ia nama yang di usulkan untuk memimpin perjuangan Taliban pada 2016. Hal itu juga diperkuat oleh Yaqoob dan Sirajuddin Haqqani akan bekerja sebagai wakilnya.

 

Permainan gerakan Hibatullah sangat hati-hati dan teliti. Taliban benar-benar ditujukan pada gerakan yang seefisien mungkin untuk memberi efek politik yang kuat. Abdurrahman putra dari Hibatullah syahid dalam I’tisyadiyah (bom bunuh diri) di pangkalan militer Afghanistan di Gereshk Provinsi Helmand. Dalam hal I’tisyadiyah Hibatullah paling banyak melibatkan kerabat keluarganya untuk melancarkan aksi-aksinya.

 

Perumusahan perjanjian Doha pada 29 Februari 2020 yang di wakili oleh Mullah Abdul Ghani Baradar dan Zalmay Khalilzad mewakili Amerika. Perjanjian ini menjadi puncak bargaining Taliban di kancah internasional. Dimana pemerintah Afghanistan tidak ditunjuk melainkan Amerika sendiri yang berhadapan dengan Taliban. Hibatullah benar-benar telah memainkan politik tingkat tinggi dan dengan kedalaman ilmunya terlihat batas-batas syari pada perjanjian itu disebutkan bahwa Taliban harus memutuskan hubungan dengan seluruh gerakan ekstrim, tidak melatih, dan menggalang dana untuk hal-hal tersebut. Perjanjian tersebut tidak melarang pengembangan alutsista dan penyebaran dakwah Islam keseluruh dunia. Persis seperti Rasulullah dijerat dalam perjanjian hudaibiyah yang seolah merepotkan kaum Muslimin namun Rasulullah malah melebarkan sayap dakwah dan delegasinya ke Romawi, Bahrain, Mesir, dan Persia.

 

Kesuksesan Taliban yang hari ini 15 Agustus 2021 resmi membuka Kabul dan wilayah 100% di kuasai Taliban. Beberapa hari sebelum futuhat tersebut Hibatullah mengintruksikan para mujahiddin untuk tidak mengangkat senjata saat prosesi futuhat Kabul. Hal ini menambah jelas betapa dalam ilmu Hibatullah tentang sunnah dan politik kekinian. Karena penaklukkan dengan brutal akan menyisakan oposisi yang abadi bagi pemerintahan kelak dan juga sunnah Nabi ketika menaklukkan Makkah benar-benar dengan damai dan intruksi yang jelas “Barang siapa yang masuk ke rumahnya maka dia aman”. (

Referensi :

  • Abdul Salam Zaeef, My Life With The Taliban, (New York : Collumbia University Press 2010)
  • Ahmed Rashid, Militant Islam, Oil and Fundamentalism in Central Asia, (USA : Yale Press 2010)
  • Thomas Barfield, Afghanistan A Cultural and Political Hostory, (New Jersey : Princenton University Press)
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.