Media Sosial Disebut Jangkau Edukasi Akhlak untuk Gen Z

Media Sosial Disebut Jangkau Edukasi Akhlak untuk Gen Z

JAKARTA(Jurnalislam.com) – Menyampaikan modul pelatihan akhlak melalui media sosial, seperti TikTok, bisa menjadi pilihan untuk menjangkau anak-anak muda atau generasi Z. Apalagi, jika dikaitkan dengan bonus demografi 2030 dengan zaman digital yang tak terelakkan.

“Khawatir modul nanti tidak terbaca oleh mereka, kecuali kita transformasikan ke dalam TikTok,” ujar Prof Dr H Abdul Mujib MAg MSi, Guru Besar Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat Focus Group Discussion (FGD), Ahad (12/09).

FGD yang digelar Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) itu bertema Penguatan Literasi Metodologi Penyusunan Buku Pedoman dan Modul Training.

Prof Mujib menjadi narasumber pada diskusi itu bersama Dr (c) Hj Badriyah Fahyumi Lc MA dan Prof Dr H Fahrurrozi Dahlan MA (Guru Besar Ilmu Komunikasi dan Dakwah UIN Mataram).

Terkait dengan penyusunan buku pedoman dan training PDPAB, Mujib mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendiagnosis kebutuhan. Dia mencontohkan, Revolusi 4.0 dan Society 5.0 di Jepang.

Menurut dia, isi modul harus bisa memprediksi masa depan yang merupakan milik generasi Z.

“Akhlak nanti bisa masuk ke zaman online ini, bonus demografi tahun 2030,” kata dia.

Mujib pun menguraikan problem dalam pemahaham akhlak. Masalah pertama, makna karakter atau akhlak dipersempit menjadi hanya persoalan sopan santun.

Mujib pun mengungkapkan, banyak orang punya kepribadian atau personalitas tapu tidak berkarakter atau berakhlak.

“Kepribadian tidak terkait baik buruk,” kata dia.

Masalah lainnya adalah akhlak dilihat dari satu dimensi, bukan multidimensi, yakni agama, sosial, psikologis. Problem terakir yang dia ungkapkan, akhlak dipahami hanya kognitif, belum masuk pada ranah afektif dan motorik.

Dalam penyusunan buku pedoman dan modul training, langkah pertama mengidentifikasi masalah yang muncul terkait akhlak bangsa. Setelah itu menyusun skala prioritas masalah. Kemudian menentukan input dan proses.

“Produk merupakan hasil yang sifatnya internal, outcomenya lebih luas. Bisa jadi bangsa lain belajar tentang wasatiyah,” kata dia.

Diskusi yang dimoderatori Sekretaris PDPAB KH Nurul Badruttamam MA itu dibuka Ketua PDPAB MUI Dr KH Masyhuril Khamis MM.

Menurut Masyhuril, ada beberapa segmen yang menjadi sasaran buku pedoman dan modul training.

Segmen tersebut di antaranya, remaja, termasuk milenial, kemudian perkantoran, badan atau lembaga, polik, majelis taklim, dan segemen lainnya. (mui)

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.