Jurnalis Bilal Abdul Kareem Dimasukan dalam Daftar Serangan Udara Donald Trump

Jurnalis Bilal Abdul Kareem Dimasukan dalam Daftar Serangan Udara Donald Trump

SURIAH (Jurnalislam.com) – Pengacara yang bertindak mewakili wartawan AS yang berbasis di Suriah utara yang dikuasai faksi faksi jihad dan seorang mantan kepala biro Al Jazeera telah mengajukan gugatan terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pejabat senior lainnya yang mereka katakan telah menempatkan mereka pada sebuah “daftar mati (kill list)”.

Kelompok hak asasi manusia Reprieve dan firma hukum Lewis Baach mengajukan kasus tersebut atas nama Bilal Abdul Kareem dan Ahmad Zaidan, seorang mantan kepala biro Islamabad untuk Al Jazeera Arabic, di Pengadilan Distrik AS di Washington pada hari Kamis (30/3/2017).

Gugatan itu menyatakan bahwa para tergugat menempatkan keduanya pada “daftar untuk dibunuh” yang “mengakibatkan mereka menjadi sasaran pembunuhan”.

Abdul Kareem, sesekali menjadi kontributor bagi Middle East Eye (MEE), mengatakan kepada MEE pada hari Jumat (31/3/2017) bahwa “sumber yang terpercaya memberitahu bahwa saya termasuk dalam daftar serangan pesawat tanpa awak (drone) yang lepas landas dari pangkalan udara Incirlik di Turki selatan”.

Incirlik digunakan oleh pasukan AS dalam melakukan serangan udara terhadap faksi faksi jihad dan kelompok bersenjata lain yang berbasis Suriah.

Abdul Kareem dan Zaidan berpendapat bahwa mereka keliru ditempatkan pada daftar oleh pemerintahan mantan presiden Barack Obama sebelumnya.

Tapi pengacara mereka mengatakan mereka percaya administrasi Trump tidak hanya berencana mengejar orang-orang yang ada dalam daftar tetapi juga telah “menghapus pembatasan dan kriteria tertentu yang sebelumnya diterapkan dalam menentukan orang yang akan dimasukkan dalam Daftar Bunuh”.

Gugatan yang baru diajukan itu menyatakan: “Baik Zaidan ataupun [Abdul] Kareem tidak menimbulkan ancaman berkelanjutan, kepada penduduk atau keamanan nasional AS. Baik Zaidan ataupun [Abdul] Kareem bukanlah anggota atau pendukung kelompok tertentu. Memasukkan Zaidan dan [Abdul] Kareem pada daftar mati dalam keadaan ini adalah sewenang-wenang dan berubah-ubah, dan merupakan sebuah penyalahgunaan kebijaksanaan.”

Abdul Kareem tahun lalu menjelaskan kepada MEE bagaimana ia menjauh dari serangan pesawat tak berawak yang diduga menghancurkan kendaraan yang ia tumpangi.

Ia mengatakan ia dan kru sedang syuting di luar ruangan dan sedang menunggu untuk mewawancarai seorang mujahidin Jabhah Nusrah ketika serangan terjadi.

“Saat kita duduk di sana di dalam mobil, tiba-tiba sebuah semuanya menjadi hitam,” kata Abdul Kareem kepada MEE dalam sebuah wawancara yang dilakukan melalui Skype.

“Saya pikir drone tersebut menghantam bumi dan bumi terbelah dan mobil jatuh ke dalam bumi. Tapi yang terjadi adalah bahwa ketika mobil ditabrak, drone terpental ke udara, terbalik dan menuju ke kami dari arah yang berlawanan.”

Menurut gugatan yang diajukan pada hari Kamis tersebut, Abdul Kareem “sedikitnya menghindari upaya pembunuhan dari lima serangan udara terpisah, sedikitnya satu serangan dilakukan oleh pesawat tak berawak” dalam satu tahun terakhir.

Ahmed Zaidan, warga Suriah yang berbasis di Qatar, adalah salah satu jurnalis Al Jazeera Arabic yang paling menonjol. Reportasenya difokuskan pada Taliban dan al-Qaeda dan dia telah melakukan sejumlah wawancara profil tinggi termasuk dengan Syeikh Usamah Bin Laden, mantan pemimpin al-Qaeda yang syahid oleh pasukan khusus AS di Pakistan pada tahun 2011.

Zaidan termasuk dalam presentasi rahasia Badan Keamanan Nasional tentang sebuah program yang disebut “SKYNET”, pada rincian yang dibocorkan oleh mantan kontraktor NSA Edward Snowden tahun 2013 dan dilaporkan oleh situs The Intercept pada tahun 2015. Program ini memasukkan Zaidan dalam daftar sebagai anggota al-Qaeda dan Ikhwanul Muslimin, tuduhan yang disangkal Zaidan.

Dalam sebuah opini untuk Al Jazeera pada tahun 2015, Zaidan mengatakan dia yakin bahwa tuduhan bahwa ia adalah anggota al-Qaeda berasal dari pemerintah Suriah, yang telah menyatakan tuduhan yang sama di televisi negara ketika ia melaporkan mengenai faksi jihad di Idlib

“Ini merupakan upaya untuk membunuh profesionalisme saya, sebagai prekursor untuk pembunuhan politik. Ini tampaknya didorong oleh penipuan intelijen Suriah. Karena itu saya harus bertanya, apakah keamanan nasional rezim Assad lebih penting daripada keamanan nasional Amerika Serikat dan warga Amerika?” dia menulis.

“Saya berhak untuk mengambil tindakan hukum berdasarkan dokumen NSA. Ini adalah dokumen yang tidak adil bagi Amerika, jurnalisme, Al Jazeera, dan saya pribadi.”

Bagikan