Berita Terkini

Gerombolan Budhis Myanmar Lempari Batu ke Seorang Muslim Rohingya Hingga Tewas

MYANMAR (Jurnalislam.com) – Segerombolan ekstremis Budhis melempari seorang pria Muslim Rohingya sampai tewas dan melukai enam lainnya di negara bagian Rakhine bagian barat negara itu, kata pemerintah Selasa malam, lansir Anadolu Agency Rabu (5/7/2017).

Ketujuh orang tersebut diserang setelah meninggalkan kamp pemindahan mereka di pinggiran ibukota negara bagian Sittwe untuk memberikan sebuah pernyataan dalam kasus pengadilan pidana.

Mereka didampingi dua petugas polisi saat kunjungan pengadilan. Kemudian, mereka mengunjungi sebuah dermaga untuk mendiskusikan pembelian kapal nelayan dan diserang, menurut sebuah pernyataan dari Kantor Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.

“Di dermaga kapal, ketegangan meningkat,” laporan Global New Light of Myanmar melaporkan. “Mereka diserang oleh beberapa orang dengan batu bata.”

Tidak jelas apakah petugas polisi hadir saat serangan tersebut terjadi.

Kantor Suu Kyi mengatakan Maung Nu, 55, tewas saat gerombolan sekitar 100 orang Buddha Rakhine melempari kendaraan yang dinaiki orang-orang Rohingya tersebut.

Dua dari enam orang yang terluka dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis intensif, pernyataan tersebut menambahkan, dan empat lainnya luka-luka.

Muslim Rohingya di Rakhine yang tertindas secara efektif ditolak kewarganegaraannya dengan undang-undang kewarganegaraan 1982 yang diundangkan oleh Ne Win, seorang militer yang melakukan kudeta dan yang kepemimpinannya pada 1962-1988 melihat penerapan kebijakan Islamophobia.

Ribuan dari muslim Rohingya berlindung di kamp-kamp pengungsian sejak kekerasan komunal melanda negara bagian Rakhine pada pertengahan 2012.

Negara bagian ini menampung sekitar 1,2 juta orang muslim Rohingya, yang telah lama diberi label “Bengali” – sebuah istilah yang menunjukkan bahwa mereka adalah imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh – dan ditolak kewarganegaraannya padahal mereka telah tinggal disana dari generasi ke generasi.

Dandim 1608 Bima: “Ulama Tak Boleh Dimusuhi, karena Kemerdekaan Berkat Peran Mereka”

BIMA (Jurnalislam.com) – Komandan Kodim 1608 Bima, Letnan Kolonel Yudil Hendro menegaskan, Indonesia tidak boleh lupa dengan perjuangan ulama dalam meraih kemerdekaan. Andil ulama dan umat Islam dalam mengusir penjajah tercatat dalam berbagai buku sejarah.

Yudil mengatakan, dengan catatan sejarah tersebut maka prajurit harus dekat dengan ulama. Pernyataan Yudil dilontarkan menyusul kondisi Indonesia yang “cenderung” bertolakbelakang dengan para ulama.

Yudhil juga menyampaikan beberapa point terkait itu, yang juga merupakan perintah panglima:

1. Menindaklanjuti perintah panglima TNI, bahwa prajurit harus dekat dengan ulama

2. Merefleksi kembali perjuangan ulama dalam merebut kemerdekaan Indonesia yang tercermin dari asal muasalnya Pancasila.

3. Menumbuhkan semangat berdakwah dan kebersamaan dalam membangun karakter masyarakat Bima agar dapat mengurangi konflik yang saat ini sering terjadi

“Maka ulama tidak boleh di diskriminasi, tidak boleh dimusuhi oleh kita. Karena kemerdekaan Indonesia diwarnai oleh Al-Quran,” katanya dalam acara halal bihalal Kodim 1608 Bima bersama ulama dan aktivis Islam di aula kantor Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bima, Mpunda, Kota Bima, Rabu (5/7/2017).

Oleh sebab itu, ia mengajak tiap-tiap lapisan masyarakat untuk tetap menjaga keutuhan NKRI, Islam, beserta para ulama.

“Maka kita harus kompak bersatu untuk menjaga keutuhan Islam dan NKRI,” tegasnya.

Lebih dari itu, ia berpesan kepada umat Islam serta ormas Islam untuk tetap berdakwah dan mengintensifkannya.

Ada kesalahan teknis pemberitaan pada berita beberapa hari lalu, ditulis sebelumnya bahwa, “pemerintah diminta untuk tidak memusuhi ulama. Pernyataan Yudil dilontarkan menyusul kondisi Indonesia yang ‘cenderung’ bertolakbelakang dengan para ulama”, setelah diklarifikasi tim Jurnis terkait pernyataan diatas, ternyata Yudil tidak menyatakan seperti itu.

Diblokade Arab cs, Qatar Tingkatkan Produksi Gas Sebesar 30 Persen

DOHA (Jurnalislam.com)Qatar Petroleum yang dikelola negara mengatakan pihaknya berencana meningkatkan produksi gas alam hingga 30 persen selama beberapa tahun ke depan.

Saad Sherida al-Kaabi, CEO perusahaan tersebut, mengatakan kepada wartawan Aljazeera pada hari Selasa (4/7/2017) bahwa Qatar Petroleum bermaksud meningkatkan produksi dari 77 juta ton gas alam menjadi 100 juta ton per tahun pada tahun 2024.

Pengumuman tersebut disampaikan setelah perusahaan tersebut mengatakan pada bulan April bahwa pihaknya meningkatkan produksi North Field (Lapangan Utara), yang mereka kelola bersama Iran di lepas pantai utara negara bagian Teluk tersebut.

“Volume tambahan baru akan diamankan dengan menggandakan ukuran proyek gas baru di sektor selatan North Field, yang telah diumumkan Qatar Petroleum pada April lalu,” ujar sebuah pernyataan dari perusahaan tersebut.

Pengumuman bulan April tersebut mengakhiri larangan pengembangan lapangan yang mereka berlakukan sendiri sejak diumumkan pada tahun 2005 demi memberi waktu kepada Doha untuk mempelajari dampaknya terhadap waduk akibat kenaikan output yang cepat.

Qatar sudah menjadi eksportir gas alam cair (liquefied natural gas-LNG) terbesar di dunia. Qatar memiliki beberapa bidang di perairan teritorialnya.

Pasar LNG sedang mengalami perubahan besar saat banjir pasokan baru terbesar yang pernah terjadi melanda pasar, dengan volume terutama berasal dari AS dan Australia.

Gas telah membantu mengubah Qatar menjadi salah satu negara terkaya di dunia, mendorong kenaikannya menjadi pemain regional utama dan membantu mendanai proyek infrastruktur besar seperti Piala Dunia 2022, yang akan diselenggarakan oleh Qatar.

Bahas Krisis Qatar, Amir Kuwait dan Menlu Oman Adakan Pembicaraan Tertutup

KOTA KUWAIT (Jurnalislam.com) – Amir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah pada hari Selasa (4/7/2017) mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Oman Yousuf bin Alawi di Kuwait City.

Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Pangeran Mahkota Kuwait Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Jaber al-Sabah dan Menteri Luar Negeri Sheikh Sabah al-Khalid al-Hamad al-Sabah, menurut kantor berita resmi Kuwait KUNA.

Kantor berita itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang apa yang dibahas pada pertemuan tersebut, lansir Anadolu Agency.

Kunjungan Bin Alawi ke Kuwait terjadi satu hari setelah Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammad bin Abdulrahman al-Thani menyerahkan tanggapan negaranya terhadap daftar tuntutan yang dibuat oleh empat negara Arab – yang awal bulan lalu memberlakukan embargo terhadap Qatar – kepada pejabat Kuwait.

Kuwait sekarang diharapkan untuk menyampaikan tanggapan tersebut, yang belum diungkapkan, ke empat negara Arab sebelum tengah malam Selasa.

Pada tanggal 5 Juni, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, menuduh Doha mencampuri urusan dalam negeri mereka dan mendukung kelompok teroris.

Keempat negara tersebut kemudian mempresentasikan daftar tuntutan untuk Qatar, termasuk penutupan penyiar media pan-Arab Al Jazeera, yang mereka katakan harus dipenuhi sebelum embargo dicabut.

Keempat negara bagian tersebut memberi Doha tenggat waktu 10 hari – yang berakhir pada hari Ahad kemarin – untuk memenuhi tuntutan mereka.

Pada hari Ahad, keempat negara sepakat untuk memperpanjang tenggat waktu 48 jam lagi sampai Selasa.

Selama 6 Hari Pertempuran di Mosul, 213 Warga Sipil Terbunuh

BAGHDAD (Jurnalislam.com) – Sejumlah warga sipil terbunuh pada akhir Juni di tengah operasi militer Irak yang sedang berlangsung yang bertujuan merebut kembali kota Mosul di utara dari kelompok Islamic State (IS), menurut seorang sumber polisi setempat.

Berbicara kepada Anadolu Agency, Selasa (4/7/2017) Mohamed Zubaidi, seorang perwira polisi federal Irak, mengatakan bahwa 213 warga sipil telah terbunuh dalam periode dari 24 sampai 30 Juni dalam pertempuran di distrik Kota Tua Mosul di barat.

“Jumlah korban tewas sipil sulit ditentukan. Banyak anak kehilangan nyawa mereka sebelum pasukan Irak dapat memberikan bantuan kemanusiaan,” kata Zubaidi.

“Sejumlah wanita menderita akibat luka-luka yang mereka alami – dan banyak orang tua telah meninggal – karena kurangnya pasokan medis,” tambahnya.

Mustafa Saadun, yang mengepalai Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Irak, sebuah LSM, mengatakan bahwa warga sipil “menanggung beban bentrokan yang sedang berlangsung di dalam dan sekitar distrik Kota Tua”.

“Bentrokan ini telah menyebabkan puluhan warga sipil tewas dan terluka. Puluhan hancur di bawah reruntuhan bangunan yang roboh. Daerah ini menyaksikan bencana kemanusiaan,” katanya.

Saadun menambahkan: “Dalam satu setengah bulan, lebih dari 700 warga sipil telah terbunuh – dan 1.250 lainnya terluka – di distrik Zenjili, Al-Shifa dan Kota Tua.”

Pada hari Sabtu, Letnan Jenderal Polisi Federal Raed Jawdat mengatakan pasukan Irak telah “merebut kembali” distrik Al-Shifa dari pasukan IS, kubu terakhir IS di Mosul.

Militer Irak tetap terlibat dalam operasi luas – yang dimulai pada Oktober lalu – untuk merebut kembali seluruh kota Mosul, yang diduduki IS pada pertengahan 2014.

Rusia Ingin Kuasai Zona De-eskalasi Suriah

ASTANA (Jurnalislam.com) – Rusia kemungkinan menempatkan militernya untuk menguasai perbatasan zona de-eskalasi yang direncanakan di Suriah dalam waktu dua sampai tiga pekan setelah menyelesaikan kesepakatan dengan Turki dan Iran, juru runding Rusia Alexander Lavrentyev mengatakan pada hari Selasa (4/7/2017) lansir Al Arabiya Nes Channel.

Moskow berharap bisa menandatangani dokumen akhir dengan Ankara dan Teheran pada hari Rabu, katanya kepada wartawan setelah serangkaian pertemuan di ibukota Kazakhstan, Astana.

Rusia dan Iran, yang mendukung rezim Syiah Bashar Assad, sedangkan Turki mendukung kelompok oposisi, pada prinsipnya sepakat untuk menciptakan empat “zona de-eskalasi” di Suriah dalam sebuah putaran perundingan sebelumnya di bulan Mei, namun menunda rencana Pertemuan Juni di mana mereka seharusnya membahas rinciannya.

Sejak kesepakatan Mei diumumkan, kubu oposisi di provinsi Idlib (banteng mujahidin) di barat laut Suriah sebagian besar tenang.

Namun pertempuran terus berlanjut di garis depan lain di Suriah barat, termasuk Ghouta Timur Damaskus dan kota barat daya Deraa, di mana pasukan rezim Assad dan sekutu mereka berusaha mendorong posisi para pejuang.

Lavrentyev mengatakan kepada wartawan bahwa Moskow dan mitranya masih membahas peta terperinci dan kondisi lain yang terkait dengan zona Idlib dan selatan, sementara perbatasan dua zona lainnya, di provinsi Homs dan dekat Damaskus, telah disepakati.

“Secara keseluruhan, (kesepakatan) mengatur kehadiran polisi militer Rusia di zona penyangga, tapi sekali lagi masalah ini belum disepakati,” katanya.

“Bergantung pada saat dokumen di zona aman ditandatangani, saya pikir kita harus mengharapkan tindakan konkret mengenai penerapan kekuatan dalam 2-3 pekan.”

Langgar Perjanjian, Jet Tempur Assad Gempur Pemukiman Sipil di Kota Douma

DAMASKUS (Jurnalislam.com) – Pesawat tempur rezim Nushairiyah Assad pada hari Selasa (4/7/2017) menyerang kota Douma di sebelah timur ibukota Damaskus, yang terletak di salah satu dari beberapa zona de-eskalasi, menurut seorang pejabat pertahanan sipil pro-oposisi Suriah.

Berbicara kepada Anadolu Agency, Firas al-Halli dari pasukan pertahanan sipil Helm Putih Suriah mengatakan bahwa pesawat tempur rezim Syiah tersebut menargetkan bagian pemukiman kota.

Menurut al-Halli, satu wanita dan satu anak terbunuh dalam serangan tersebut, sementara warga sipil lain yang tidak diketahui jumlahnya mengalami cedera.

Selama lima tahun terakhir, Douma – rumah bagi sekitar 200.000 orang – masih dikepung oleh kelompok teroris asing milisi Syiah internasional yang bersekutu dengan rezim Assad.

Selama perundingan damai yang diadakan di Astana pada awal Mei, Douma ditunjuk sebagai bagian dari jaringan zona de-eskalasi dimana tindakan agresi dilarang secara eksplisit.

Pada hari Selasa, sebuah perundingan perdamaian putaran kelima dimulai di ibu kota Kazakhstan.

Putaran pertama perundingan damai diadakan di Astana pada 23 Januari dan 24 setelah gencatan senjata dicapai pada 30 Desember.

Pembicaraan Astana diperantarai oleh Turki, yang mendukung oposisi Suriah, bersama dengan Rusia dan Iran, yang mendukung rezim Assad.

Suriah telah terkunci dalam perang global sejak awal 2011, ketika rezim Assad menindak keras pengunjuk rasa dengan keganasan militer yang tak terduga.

Sejak itu, ratusan ribu orang terbunuh dalam konflik tersebut dan lebih dari 10 juta orang mengungsi, menurut pejabat PBB.

Kapal Komersial Turki Ditembaki Kapal Penjaga Pantai Yunani

TURKI (Jurnalislam.com) – Kementerian Luar Negeri Turki mengecam keras Yunani atas sebuah insiden yang melibatkan sebuah kapal penjaga pantai Yunani yang menembaki sebuah kapal komersial Turki pada hari Senin (3/7/2017), lansir Anadolu Agency.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, kementerian tersebut mengatakan bahwa kapal Turki M / V ACT yang membawa kargo kering berlayar dari pelabuhan Iskenderun di Turki selatan ke pelabuhan Izmit di barat laut Turki saat diserang oleh kapal penjaga pantai Yunani.

“Kami sangat mengutuk tindakan pemerintah Yunani yang tidak terukur dalam insiden yang menjijikkan ini,” kata pernyataan tersebut.

Tidak ada alasan untuk melepaskan tembakan ke kapal tak bersenjata yang berlayar dari satu pelabuhan Turki ke pelabuhan lain, tambahnya.

Pernyataan tersebut mengatakan bahwa satu-satunya yang melegakan adalah bahwa tidak ada yang terbunuh atau terluka dalam insiden tersebut.

Kapal komersial yang diserang tersebut kemudian berlabuh di pelabuhan Marmaris di barat daya Turki setelah dikawal oleh tiga kapal penjaga pantai Turki dan sebuah kapal penyerang.

Korban Tewas Akibat Ledakan Truk Tanker di Pakistan Meningkat jadi 205 Orang

PAKISTAN (Jurnalislam.com) – Korban tewas akibat ledakan kuat truk tanker minyak di Pakistan timur akhir bulan lalu telah meningkat menjadi sedikitnya 205 orang, kata pejabat pemerintah, saat lebih banyak korban yang tewas karena luka mereka.

Truk pengangkut bahan bakar terbalik di jalan raya utama yang menghubungkan Karachi dengan Lahore pada 25 Juni. Truk itu meledak beberapa menit kemudian saat penduduk dari desa terdekat berkumpul untuk mengambil bahan bakar dari kendaraan tersebut.

“Korban tewas akibat insiden kebakaran kapal tanker sekarang 205 setelah banyak lagi orang yang terluka,” kata pejabat senior pemerintah daerah Rao Tasleem di Bahawalpur, kota terdekat, kepada kantor berita AFP, Senin (3/7/2017).

Seorang dokter di Rumah Sakit Victoria Bahawalpur, Asim Bukhari, menetapkan jumlah korban 206 setelah kematian baru Senin malam, meski belum dikonfirmasi oleh pejabat otoritas pemerintah.

Setelah ledakan tersebut, pejabat setempat menyatakan korban tewas sedikitnya 153 orang.

Warga setempat mengatakan bahwa beberapa orang yang terluka dalam insiden tersebut kehilangan nyawa karena tidak tersedianya unit luka bakar di rumah sakit terdekat dan puluhan lainnya diangkut ke rumah sakit Multan dan rumah sakit di ibukota negara bagian Lahore untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Sebanyak 125 korban tak dikenal telah dikubur setelah pemakaman massal di lokasi kebakaran karena tubuh mereka hangus dan tidak bisa dikenali lagi.

Juru bicara polisi motorway Imran Shah mengatakan bahwa penyelidikan pemerintah terhadap insiden tersebut telah menemukan sedikitnya lima petugas polisi bersalah karena menyembunyikan informasi.

Menurut penyelidikan awal, sebatang rokok diduga menyebabkan kebakaran besar.

Analis mengatakan reaksi orang banyak – mengais bahan bakar – tidak mengherankan, mengingat masalah kekurangan bahan bakar dan kemiskinan.

“Jika Anda pergi ke daerah-daerah di Bahawalpur, tingkat kemiskinan di sini meningkat hingga 65 persen,” Sabir Shah, seorang wartawan di GEO TV di Lahore, mengatakan kepada Al Jazeera bulan lalu.

“Dengan kondisi seperti ini, bagaimana Anda bisa mengharapkan orang untuk tidak mengumpulkan bahan bakar bagi mereka sendiri? Bensin ini digunakan sebagai bahan bakar memasak oleh banyak orang di ladang terdekat.”

Tragedi tersebut menjelang Idul Fitri, perayaan umat Islam menandai akhir bulan suci Ramadhan.

Pakistan memiliki catatan buruk tentang kecelakaan lalu lintas fatal karena jalan yang buruk, kendaraan yang rusak parah dan mengemudi dengan sembrono.

Terkait Isu Qatar, Mesir Kembali Tangkap Anak dan Menantu Dr Yusuf al Qaradawi

KAIRO (Jurnalislam.com) – Sebuah pengadilan pada hari Ahad menahan kembali anak perempuan dan menantu Dr Yusuf Al-Qaradawi yang memimpin International Union of Muslim Scholars yang berbasis di Qatar, kata sebuah sumber pengadilan.

Ula Al-Qaradawi dan suaminya, Hisyam Halet, akan dibebaskan setelah ditahan selama 15 hari, karena dituduh sebagai “anggota organisasi ilegal [Ikhwanul Muslimin]” dan “merencanakan tindakan teroris melawan keamanan institusi publik”.

Qatar Tolak Keras Daftar Individu dan Lembaga Teroris yang Dituduhkan Arab

Pengacara keluarga Ahmad Ebu Ala Madi mengatakan kepada Anadolu Agency, Senin (3/7/2017) bahwa pasangan tersebut ditangkap pada tanggal 23 Juni di dekat Sahel Al Shamali di pantai utara Mesir saat merayakan Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan Ramadan.

Arab Saudi, Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab bulan lalu dalam sebuah pernyataan bersama menuduh 59 orang dan 12 badan amal di Qatar “terkait dengan teror”, media setempat melaporkan.

Arab Tuduh Qatar Danai Lembaga Teroris, Erdogan: Tidak Mungkin, Saya Kenal Yayasan Itu!

Daftar tersebut termasuk tetua Syeikh Yusuf al-Qaradawi dan Abdullah bin Khalid, mantan menteri dalam negeri Qatar.

Qatar membalas dalam sebuah pernyataan hari Jumat lalu yang menggambarkan tuduhan tersebut sebagai “tidak berdasar” dan “fitnah”.