Ahed Tamimi, Ikon Perlawanan Palestina Dibebaskan dari Penjara Israel

Ahed Tamimi, Ikon Perlawanan Palestina Dibebaskan dari Penjara Israel

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Aktivis remaja Palestina Ahed Tamimi telah dibebaskan dari penjara Israel setelah menyelesaikan hukuman delapan bulan dalam kasus yang memicu kecaman internasional.

Tamimi menangis ketika orang-orang dengan emosional menyambutnya di desa Nabi Saleh pada hari Ahad (29/7/2018).

Dia dibebaskan bersama ibunya, Nariman, yang juga menjalani hukuman delapan bulan.

Di depan kerumunan, Tamimi berterima kasih kepada para aktivis dan media atas dukungan mereka selama masa tahanannya.

“Ini adalah saat yang sangat membahagiakan bagi saya,” ayah Tamimi, Bassem, mengatakan kepada Al Jazeera sebelum putrinya dibebaskan. “Kami sangat merindukan mereka. Tapi saya juga khawatir karena pendudukan [Israel] terus berlanjut dan masih ada dalam hidup kami.”

Namun kebahagiaan Bassem dibayangi oleh hati yang berat, karena putranya yang berusia 21 tahun, Waed, masih tetap berada dalam tahanan Israel sejak ditangkap dalam penggerebekan malam di rumahnya pada bulan Mei.

Konferensi pers dijadwalkan di desa pada jam 4 sore (13: 00GMT) hari Ahad.

Dua Seniman Itali Lukis Ahed Tamimi sebagai Ikon Perlawanan Palestina

Tamimi dan ibunya ditangkap oleh pasukan penjajah Israel pada bulan Desember 2017 setelah viralnya sebuah video yang menunjukkan wanita muda, yang saat itu berusia 16 tahun, memukul dan menampar dua tentara bersenjata Israel di luar rumahnya di Nabi Saleh.

Pada saat itu, gadis remaja tersebut bereaksi terhadap berita bahwa sepupunya yang berusia 15 tahun, Mohammed, ditembak di muka oleh pasukan Israel dengan peluru baja berlapis karet sebelumnya pada hari itu, menyebabkannya berada dalam kondisi kritis.

Penangkapan Ahed Tamimi membangkitkan kecaman internasional dan sekali lagi menyorot perlakuan Israel terhadap warga Palestina, terutama pada pemudanya.

Tamimi didakwa atas 12 dakwaan di pengadilan militer Israel Ofer di Ramallah dua pekan setelah penangkapannya. Pada bulan Maret, Tamimi dan ibunya menerima perjanjian pembelaan yang akan mengharuskan mereka menjalani hukuman delapan bulan di penjara, sebagai imbalan untuk mengaku bersalah atas beberapa tuduhan.

Pasukan penjajah zionis memulai serangan terhadap Nabi Saleh setelah video itu menjadi viral, menangkapi warga dan menembaki saudara Ahed yang berumur 21 tahun, Izz al-Din Tamimi dalam serangan di desa itu bulan lalu.

Diadili dalam Pengadilan Militer Zionis, Pejabat PBB Desak Israel Bebaskan Ahed Tamimi

Sepupu Tamimi, Mohammed, yang belum sembuh dari luka-lukanya, juga telah ditahan oleh pasukan Israel dua kali sejak pasukan Israel menembak remaja itu di wajahnya.

Menurut bibi Tamimi, Manal, yang juga seorang aktivis terkemuka di desa itu, 15 warga Nabi Saleh masih berada dalam tahanan Israel, empat di antaranya adalah anak di bawah umur.

Sementara itu, Bassem mengatakan dia khawatir tentang keselamatan putrinya setelah pembebasannya, mengatakan bahwa dia telah diancam oleh politisi sayap kanan Israel dan para pemukim illegal Yahudi.

Awal tahun ini, penduduk Nabi Saleh terkejut dengan grafiti Ibrani yang tersebar di sekitar desa, beberapa di antaranya bertuliskan “Kematian bagi Ahed Tamimi” dan “Tidak ada tempat di dunia ini bagi Ahed Tamimi.” Penduduk percaya itu adalah tindakan pemukim illegal Israel dari pemukiman Halamish, yang dibangun di atas tanah Palestina, Nabi Saleh.

Dalam insiden lain, para pemukim dari Halamish berdemonstrasi di jalan yang membelah desa dengan pemukiman, membawa peti mati sambil meneriakkan “Kematian bagi Ahed Tamimi.”

Manal, yang dua putranya Mohammad, 19, dan Osama, 23, masih ditahan di tahanan Israel sejak penangkapan mereka Januari lalu, mengatakan dia juga khawatir tentang bagaimana Tamimi akan mengatasi pengalamannya di penjara Israel.

“Kami khawatir tentang pengalaman yang dia alami,” kata Manal. “Pada akhirnya, Ahed adalah seorang anak dan apa yang dia lalui sangat sulit. Saya pikir dia akan membutuhkan waktu untuk menjadi anak kecil lagi.”

Manal mengatakan, pemenjaraan Ahed telah “membuat nama Nabi Saleh dan nama Tamimi menjadi viral.”

Namun, ia berharap dengan pembebasan Tamimi dunia internasional beralih dari membicarakan Nabi Saleh menjadi membahas pengalaman orang Palestina di penjara Israel.

“Sekarang seluruh dunia tahu tentang apa yang terjadi di sini [di Nabi Saleh],” katanya kepada Al Jazeera. “Tapi yang penting sekarang adalah Ahed memberi tahu seluruh dunia tentang pengalaman dan perlakuan para wanita dan anak-anak [Palestina] di penjara Israel.”

Menurut Dawoud Yusef, koordinator advokasi untuk kelompok hak asasi tahanan Palestina, Addameer, wanita Palestina mengalami penganiayaan berat di penjara Israel, mencatat bahwa penjaga Israel “umumnya melakukan pelecehan seksual terhadap tahanan wanita, baik secara verbal maupun fisik.”

Heboh, Ahed Tamimi Dilecehkan Secara Seksual saat Diinterogasi

Wanita Palestina juga menghadapi bentuk-bentuk pengabaian ekstrim di penjara, contohnya, otoritas penjara Israel menolak untuk memberikan “produk sanitasi yang diperlukan” tahanan wanita Palestina, kata Yusef.

Dalam kasus anak-anak perempuan yang ditahan di penjara Israel, “hal-hal yang menonjol adalah efek mental dari pelanggaran seperti itu, dikombinasikan dengan rasa malu atas seluruh cobaan,” tambah Yusef.

Menurut Addameer, dari 5.900 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel pada 1 Juni, 60 adalah perempuan dan 291 anak di bawah umur – 49 di antaranya berusia di bawah 16 tahun.

Bagikan