PERANCIS (Jurnalislam.com) – Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris telah meningkatkan tekanan terhadap rezim pemerintah Suriah dengan menjanjikan reaksi keras terhadap dugaan serangan gas terhadap Douma, kota terakhir yang masih dipegang oleh oposisi di bekas benteng mereka di Ghouta Timur.
Perancis pada hari Selasa (10/4/2018) memperingatkan akan membalas dendam terhadap Assad jika senjata kimia terbukti melewati “batas garis merah” di Douma, lansir Aljazeera.
Berbicara kepada radio Europe 1, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa intelijen berbagi data dengan Trump “menegaskan penggunaan senjata kimia.”
Waspadai Serangan AS ke Suriah, Pasukan Assad dan Angkatan Laut Rusia Siaga 1
Pada hari Senin, duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan pada pertemuan mendadak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa Washington siap untuk “menanggapi” serangan tersebut tanpa menghiraukan apakah Dewan Keamanan bertindak atau tidak.
Sementara itu, Theresa May, perdana menteri Inggris, mengatakan bahwa pemerintah Suriah “dan para pendukungnya, termasuk Rusia, harus dimintai pertanggungjawaban” jika terbukti bertanggung jawab menjatuhkan senjata kimia pada warga Douma.
Presiden Perancis: Kami akan Intervensi Militer ke Ghouta, Serang Suriah
Namun juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov memperingatkan bahwa “membuat kesimpulan seperti itu adalah salah dan berbahaya”, dengan menunjukkan bahwa oposisi bisa saja melancarkan serangan itu untuk melemparkan kesalahan pada Damaskus.
Sergey Lavrov, menteri luar negeri Rusia, membantah dengan mengatakan spesialis Rusia tidak menemukan jejak serangan kimia terhadap Douma.
Sejak 18 Februari, serangan rezim Syiah Nushairiyah Suriah terhadap Ghouta telah menewaskan lebih dari 1.600 warga sipil.