DAMASKUS (jurnalislam.com)- Israel melancarkan serangan udara ke daerah dekat istana presiden Suriah di Damaskus pada Jumat dini hari (2/5/2025), yang dinilai sebagai “peringatan” keras terhadap pemerintahan baru Presiden Ahmed Al-Sharaa.
Menurut laporan dari situs Al-Araby Al-Jadeed, target serangan merupakan area yang sebelumnya dikuasai oleh Divisi Keempat rezim Bashar al-Assad. Serangan terjadi di kawasan Gunung Rabweh, barat daya Damaskus.
Meskipun tidak ada korban jiwa atau kerusakan besar yang dilaporkan, serangan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan sektarian di Suriah selatan antara kelompok bersenjata Sunni dan komunitas Druze.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang di Gaza, bersama Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, menyatakan bahwa serangan ini adalah pesan langsung kepada pemerintah Suriah.
“Ini adalah pesan yang jelas kepada rezim Suriah. Kami tidak akan membiarkan pengerahan pasukan di selatan Damaskus atau ancaman apa pun terhadap komunitas Druze,” tegas mereka dalam sebuah pernyataan bersama.
Sumber lokal menyebutkan bahwa pesawat tempur Israel berada di wilayah udara Damaskus selama lebih dari 72 jam.
Israel terus memosisikan diri sebagai pelindung komunitas Druze di Suriah dan menuntut demiliterisasi wilayah selatan negara itu, tempat dimana komunitas tersebut banyak tinggal setelah jatuhnya rezim Assad. Namun sebagian besar warga Druze tetap menolak tawaran itu dan menyatakan kesetiaan kepada Suriah.
Ketegangan meningkat setelah beredarnya video palsu yang menunjukkan seorang ulama Druze menghina Nabi Muhammad, yang kemudian memicu bentrokan sektarian berdarah. Mahasiswa Druze diserang di Universitas Homs, dan kelompok bersenjata berusaha menyerbu kawasan Jaramana di pinggiran Damaskus, yang dihuni mayoritas Druze.
Bentrokan yang terjadi menewaskan puluhan orang, dengan jumlah korban yang belum diketahui pasti karena adanya laporan warga yang hilang.
Sementara itu, pemerintah Suriah mencoba meredakan konflik, meski beberapa kelompok bersenjata yang terlibat diyakini memiliki keterkaitan dengan pemerintah. Di Provinsi Suweida yang dihuni mayoritas Druze, milisi lokal Pria Bermartabat dilaporkan mencapai kesepakatan dengan Kementerian Dalam Negeri Suriah untuk memulihkan keamanan.
Namun, pemimpin spiritual Druze, Sheikh Hikmat al-Hijri, menolak semua bentuk kerja sama dengan pemerintah dan menyebut rezim saat ini sebagai ekstremis. Ia juga meminta perlindungan internasional, menyatakan bahwa komunitas Druze tengah menghadapi “serangan genosida”.
Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani menolak seruan untuk intervensi asing, sementara Qatar mengutuk keras pemboman Israel di Damaskus.
Situasi di Suweida pada Jumat dilaporkan mulai kondusif setelah pasukan keamanan dikerahkan dan kelompok bersenjata bersedia menarik diri dari beberapa titik konflik. (Bahry)
Sumber: TNA