Serangan Mortir Iran Hantam Warga Sipil Pakistan di Perbatasan

Serangan Mortir Iran Hantam Warga Sipil Pakistan di Perbatasan

KARACHI (Jurnalislam.com) – Pakistan mengklaim bahwa sebuah mortir yang ditembakkan oleh penjaga perbatasan Iran pada hari Sabtu (27/5/2017) pagi menewaskan seorang warga sipil Pakistan.

Mortir tersebut meledakkan sebuah kendaraan yang bergerak, membunuh pengemudinya di distrik Panjgur yang terpencil, yang berbatasan dengan negara tetangga Iran, Bashir Bungalzai, seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada wartawan, lansir Anadolu Agency.

Insiden tersebut terjadi sepekan setelah penjaga perbatasan Iran menembakkan lima peluru mortir ke sisi perbatasan Pakistan, meskipun tidak ada korban yang dilaporkan.

“Kami telah mengajukan protes keras kepada pejabat perbatasan Iran atas insiden tersebut, dan menginformasikan pemerintah federal dan provinsi tentang pelanggaran itu,” kata pejabat tersebut.

Pakistan telah berulang kali menuduh Iran melepaskan tembakan dan menargetkan warga sipil dalam beberapa bulan terakhir.

Teheran menyalahkan Islamabad karena tidak bertindak melawan kelompok militan garis keras Sunni Jaish-e-Adl (Tentara Keadilan), yang diduga melakukan serangan dari perbatasan Pakistan.

Sebuah pertemuan antara dua pejabat perbatasan akan diadakan pada hari Ahad untuk membahas pelanggaran terbaru, kata Bungalzai.

Awal bulan ini, kedua belah pihak telah membentuk sebuah komisi gabungan dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dan Menteri Dalam Negeri Pakistan Chaudhry Nisar Ali Khan di Islamabad, beberapa hari setelah 10 penjaga perbatasan Iran ditembak mati oleh pejuang di sepanjang perbatasan.

Pembentukan komisi tersebut terjadi beberapa hari setelah kepala militer Iran mengancam untuk membom tempat persembunyian pejuang, yang diduga dilindungi oleh tetangganya yang bersenjata nuklir.

Ancaman tersebut menyebabkan Pakistan memanggil duta besar Iran di Islamabad untuk mengajukan sebuah protes atas pernyataan tersebut, dengan mengatakan bahwa komentar tersebut bertentangan dengan “semangat hubungan antara kedua negara”.

Bagikan