AFGHANISTAN (jurnalislam.com) – Para pejabat AS, Jerman dan Afghanistan mengatakan pada hari Selasa (5/8/2014) bahwa seorang Jenderal AS tewas dan lebih dari selusin orang lainnya terluka, termasuk diantaranya adalah seorang Jenderal berkebangsaan Jerman, dalam serangan insider terbaru oleh seorang pria yang diyakini adalah tentara Afghanistan, AS.
Pentagon tidak segera merilis identitas Jenderal yang dibunuh tersebut, yang diyakini merupakan pejabat militer AS paling senior yang tewas dalam aksi di Afghanistan sejak perang dimulai pada tahun 2001.
Juru bicara Pentagon Laksamana John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa "banyak yang terluka parah" dan pria bersenjata itu tewas dalam serangan tersebut, yang terjadi pada hari Selasa kemarin (5/8/2014) di Universitas Pertahanan Nasional Marsekal Fahim, sebuah pusat pelatihan di Kabul.
Jenderal AS dan Jerman tersebut sedang melakukan kunjungan rutin, kata Pentagon.
Seorang pejabat AS mengatakan pria bersenjata itu menembaki tentara asing menggunakan senapan mesin ringan. Kementerian Pertahanan Afghanistan menggambarkan dia sebagai "mujahid berseragam tentara.
Militer Jerman mengatakan bahwa Jenderal tersebut merupakan salah satu dari 14 tentara koalisi yang terluka dalam serangan hari Selasa tersebut. Tujuh orang Amerika dan lima tentara Inggris berada di antara yang terluka, kata seorang pejabat Afghanistan.
Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel berbicara melalui telepon dengan Jenderal Joe Dunford, yang memimpin pasukan AS dan internasional di Afghanistan, tentang kejadian itu, kata Kirby. Dia mengatakan penembakan itu sedang diselidiki bersama oleh pihak berwenang Afghanistan dan koalisi militer internasional.
Presiden boneka Afghanistan dengan cepat mengutuk serangan itu, dan mengatakan bahwa para delegasi mengunjungi fasilitas pelatihan tersebut untuk membantu membangun pasukan Afghanistan.
Taliban mengatakan serangan insider mencerminkan kemampuan mereka untuk menyusup ke wilayah musuh.
Pada tahun 2012, puluhan insiden memaksa pasukan internasional mengambil langkah-langkah untuk mengurangi interaksi dengan mitra Afghanistan mereka. Sejak itu, jumlah serangan insider menurun drastis.
Seperti negara-negara Barat lainnya, Amerika Serikat berencana untuk meninggalkan sedikit pasukannya di Afghanistan setelah misi NATO berakhir tahun ini, sebagian untuk mendukung pasukan Afghanistan. Namun para pejabat AS mengatakan bahwa pertama-tama mereka harus menandatangani kontrak pasukan bilateral, yang tidak dapat diselesaikan sampai Afghanistan menyelesaikan sengketa pemilu dan menegaskan terpilihnya presiden baru.
Dalam serangan serupa pada hari Selasa, beberapa orang terluka di provinsi Paktia timur ketika polisi menembaki pasukan internasional dan Afghanistan, kata kepala polisi Zalmay Oryakhil.
Menambah ketegangan, serangan udara NATO yang salah sasaran menghantam sebuah kendaraan yang membawa warga sipil di provinsi Herat barat, pejabat setempat mengatakan, menewaskan empat anggota keluarga yang baru kembali dari pernikahan, termasuk dua orang anak. [ded412/news desk]