Qatar Beli 24 Jet Tempur pada Inggris

Qatar Beli 24 Jet Tempur pada Inggris

DOHA (Jurnalislam.com) – Qatar telah menandatangani kesepakatan untuk membeli 24 jet tempur Typhoon dari Inggris, kesepakatan pertahanan kedua yang ditandatangani oleh Doha dalam perselisihan diplomatiknya yang panjang dengan tetangganya di Teluk.

Kepala pertahanan Qatar Khalid bin Mohammed al-Attiyah dan mitranya dari Inggris Michael Fallon menandatangani “pernyataan rencana (statement of intent)” agar Inggris dapat menjual pesawat tersebut, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh London dan media sosial.

“Ini akan menjadi kontrak pertahanan utama yang pertama dengan Qatar, salah satu mitra strategis Inggris,” kata Fallon. “Ini adalah momen penting dalam hubungan pertahanan kita dan dasar untuk kerjasama pertahanan yang lebih erat antara kedua negara kita.

“Kami juga berharap bahwa ini akan membantu meningkatkan keamanan di wilayah ini, di semua sekutu Teluk.”

Eurofighter Typhoon adalah proyek gabungan antara kelompok pertahanan Inggris BAE Systems, Airbus Prancis, dan Finmeccanica dari Italia.

Biaya kesepakatan pesawat terbang tidak disebutkan.

Pada tahun 2014 BAE setuju untuk memasok 72 jet Typhoon kepada Arab Saudi dalam kesepakatan senilai $ 6 miliar.

Duta Besar Inggris untuk Qatar, Ajay Sharma, mengatakan di Twitter, kesepakatan tersebut merupakan “langkah besar” dalam hubungan pertahanan antara kedua negara. Perkembangan tersebut juga dikonfirmasi oleh kantor berita resmi Qatar News pada hari Ahad (17/9/2017).

Pada bulan Juni tahun ini, diumumkan bahwa Qatar setuju untuk membeli jet F-15 dari AS dalam kesepakatan $ 12 miliar. Dan pada 2016, Qatar setuju untuk membeli 24 jet tempur Dassault Rafale dari Prancis dalam sebuah kesepakatan senilai $ 8 miliar.

Penjualan senjata tersebut terjadi setelah Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar pada 5 Juni, menuduhnya mendukung “ekstremisme” dan memiliki hubungan dengan saingannya Iran.

Qatar telah berulang kali membantah tuduhan tersebut, mengklaim bahwa perselisihan tersebut merupakan serangan terhadap kedaulatannya.

Krisis telah menempatkan wilayah ini pada batas dan mendorong Turki untuk mengirim pasukan ke Doha sebagai tanda dukungan.

Walaupun kedua pihak yang berselisih mengesampingkan penggunaan kekuatan, beberapa warga biasa Qatar mengatakan bahwa mereka khawatir tentang kemungkinan tindakan militer.

Amir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah, mediator utama dalam perselisihan Teluk, mengatakan awal bulan ini aksi militer telah “dihentikan”.

Dalam sebuah pernyataan bersama, negara-negara pemblokir menyatakan penyesalan mereka atas komentar Amir Kuwait tersebut. “Pilihan militer tidak pernah dan tidak akan [digunakan] dalam situasi apapun,” katanya.

Bagikan