Pertempuran Kembali Meletus di Perbatasan Myanmar – China, Puluhan Tewas

Pertempuran Kembali Meletus di Perbatasan Myanmar – China, Puluhan Tewas

MYANMAR (Jurnalislam.com) – Pertempuran yang berkecamuk di perbatasan Myanmar dengan China kembali menghilangkan puluhan nyawa, militer dan sumber-sumber resmi mengatakan pada hari Rabu (13/03/2017). Besarnya jumlah korban tewas memukul proses perdamaian pemerintah yang memang rapuh, World Bulletin melaporkan.

Ribuan orang sejak itu meninggalkan Laukkai dan melarikan diri ke China untuk mengungsi dari pertempuran senjata susulan juga serangan dan tembakan artileri.

Sumber-sumber militer mengatakan 28 warga sipil dan polisi tewas, sementara komandan di kantor kepala melaporkan sedikitnya 46 pasukan oposisi juga tewas.

Pasukan “menemukan 17 mayat dan merebut 27 senjata” antara 06-14 Maret, katanya dalam sebuah pernyataan.

Tiga gerilyawan tewas pada hari Rabu selama serangan militer di mana “beberapa perwira militer dan tentara Myanmar peringkat lebih rendah lainnya tewas dan terluka,” tambahnya.

Sebuah sumber militer yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan jumlah tersebut menambah 26 pasukan oposisi yang dikatakan pemerintah Myanmar telah tewas dalam sebuah pernyataan pada tanggal 6 Maret.

Media pemerintah melaporkan pada hari Selasa bahwa “puluhan tentara Myanmar” juga tewas dalam bentrokan yang meningkat.

Pertumpahan darah mengancam menggagalkan upaya pemimpin de facto Suu Kyi untuk menyegel kesepakatan damai dengan etnis minoritas Myanmar, beberapa di antaranya telah memperjuangkan negara selama beberapa dekade.

PBB mengatakan sedikitnya 50.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Negara bagian Shan dan Kachin sejak September untuk melarikan diri dari beberapa kekerasan terburuk di wilayah perbatasan Myanmar yang bergolak selama beberapa dekade.

Pembicaraan damai putaran kedua yang awalnya dijadwalkan akhir Februari kini telah mundur kembali ke bulan Mei.

Bentrokan di wilayah Kokang bulan ini juga telah meningkatkan ketegangan dengan Beijing, yang khawatir bahwa kerusuhan mematikan akan terjadi di perbatasannya seperti yang terjadi pada tahun 2015.

Orang-orang dari Kokang memiliki ikatan yang kuat dengan tetangga raksasa Myanmar, dimana penduduk setempatnya berbicara dengan dialek Cina dan yuan adalah mata uang umum mereka.

Pengamat percaya Beijing juga memegang kekuasaan yang signifikan atas para pejuang etnis dan telah memancing untuk meningkatkan peran kunci dalam proses perdamaian pemerintah.

Pekan lalu China menyerukan gencatan senjata segera dan pejabat pekan ini dilaporkan telah mengadakan pembicaraan dengan kelompok pejuang untuk menenangkan pertempuran.

Bagikan