Jumlah Korban Tewas Pesawat Jatuh di Kuba Menjadi 111 Orang

HAVANA (Jurnalislam.com) – Jumlah korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jumat (18/5/2018) di Kuba meningkat menjadi 111 saat salah satu dari tiga orang yang selamat, Grettel Landrove Font yang berusia 23 tahun, meninggal di rumah sakit, Anadolu Agency melaporkan Selasa (22/5/2018).

Menurut laporan media negara Kuba, Font, seorang penari flamenco dan juga mahasiswa teknik, menyerah pada luka-lukanya di sebuah rumah sakit di Havana.

Dua orang lainnya yang selamat – Mailen Diaz berusia 19 tahun dan Emiley Sanchez 39 tahun – masih berada dalam kondisi kritis, kata sumber-sumber rumah sakit.

Pesawat Tempur Rusia jatuh di Suriah, 39 Tentara Tewas Seketika

Boeing 737, yang dalam perjalanan ke Holguin dengan 114 penumpang dan awak pesawat – jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Havana, Jose Marti, pada hari Jumat.

Penyebab kecelakaan masih belum diketahui namun komisi khusus telah mulai melakukan penyelidikan.

16 Tewas Saat Pasukan Afghanistan Menjinakan Bom di Kandahar

AFGHANISTAN (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 16 orang tewas di Afghanistan selatan ketika militer Afghanistan berusaha membuang satu wadah yang penuh bahan peledak di kota Kandahar, kata para pejabat, Selasa (22/5/2018).

Nematullah Barak, kepala rumah sakit Mirwais di Kandahar, mengatakan angka terbaru “menunjukkan 16 orang tewas dan 38 orang yang terluka dibawa ke rumah sakit.”

“Kami masih memiliki dua ambulans di lokasi itu karena mungkin ada lebih banyak orang di bawah reruntuhan,” katanya kepada kantor berita AFP.

Daoud Ahmadi, juru bicara gubernur provinsi, membenarkan jumlah korban tewas dan mengatakan empat pasukan militer termasuk di antara mereka yang tewas.

Sedikitnya lima anak kecil terluka dalam ledakan itu, katanya.

Kembali Perluas Wilayahnya, Kini Distrik Ajristan Direbut Taliban

Dia juga mengatakan lusinan toko dan rumah-rumah di sekitarnya hancur atau rusak, dan jumlah korban tewas bisa meningkat.

Abdul Saleh, 29 tahun, yang terluka dalam ledakan itu, mengatakan terdengar suara “sangat keras, seperti guntur kuat.”

Dia mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia pingsan dan kemudian terbangun di tempat tidur rumah sakit.

Ada beberapa kebingungan tentang penyebab ledakan, yang menghasilkan awan debu dan asap besar ke udara.

Para pejabat awalnya mengatakan ledakan itu disebabkan oleh bom yang dikemas ke dalam minibus tetapi kemudian mengatakan bahwa bahan peledak itu berada di dua kontainer yang disimpan di area bengkel mekanik.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

Ledakan itu dengan cepat dikutuk oleh Presiden Ashraf Ghani, yang memuji para perwira “pemberani” yang menyertainya.

Di tempat lain di Afghanistan, Taliban melancarkan gelombang serangan pada Senin di provinsi Ghazni timur, menewaskan sedikitnya 14 polisi, termasuk seorang kepala polisi distrik dan komandan unit cadangan, menurut anggota dewan provinsi Hassan Reza Yusoufi.

Tank-tank Israel Gempur Posisi Hamas di Gaza

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Tank-tank Israel menembaki posisi Hamas di Jalur Gaza selatan pada hari Selasa (22/5/2018), menurut militer, lansir World Bulletin.

“Sebuah tank menargetkan pos pengamatan Hamas di Jalur Gaza selatan,” kata tentara dalam sebuah pernyataan.

Tidak ada laporan korban cedera.

Militer zionis berdalih serangan itu terjadi setelah sekelompok tersangka menyeberang ke perbatasan Israel dan membakar pos militer.

Aneh, Israel yang Bantai Warga Gaza, AS Malah Salahkan Hamas

Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Jalur Gaza setelah tentara Israel menewaskan lebih dari 110 warga Palestina selama aksi anti-pendudukan di sepanjang perbatasan Gaza sejak akhir Maret.

Sementara itu pasukan Israel juga menahan 11 warga Palestina dalam serangan tengah malam di Tepi Barat yang diduduki.

Warga Palestina tersebut ditangkap karena “dicurigai terlibat dalam kegiatan teroris populer,” kata tentara dalam pernyataan, tanpa merinci.

Menurut angka resmi Palestina, sekitar 6.500 warga Palestina saat ini ditahan di penjara Israel, termasuk 62 wanita dan sekitar 350 anak di bawah umur.

Militer Israel sering melakukan operasi penangkapan di Tepi Barat yang diduduki dengan dalih mencari orang-orang Palestina yang “dicari.”

Romo Syafii: Saya Seperti Berjuang Sendirian

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU Terorisme, ‘Romo’ Muhammad Syafii menyatakan RUU Terorisme yang tengah dibahas oleh DPR tinggal menyisakam satu poin saja, yakni soal definisi terorisme.

“Saya informasikan bahwa RUU yang sedang dibahas ini menyisakan satu poin soal definisi,” kata Romo Syafii dalam serial diskusi bertajuk bertajuk “Terorisme Politik dan Sekuritisasi Kebijakan” yang digelar Pushami di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Menurutnya, definisi terorisme yang diinginkan pihak pemerintah, sama halnya dengan tindak kriminal biasa. Sehingga tarik ulur antara keingina pemirintah yang awalnya tidak ingin ada definisi sama sekali dengan pihak DPR yang menghendaki ada batasan yang jelas terkait definisi terorisme menyebabkan rapat seringkali berakhir di jalan buntu (deadlock).

Dilanjutkannya, pemerintah yang pada dasarnya tidak setuju ada definisi kemudian mengajukan rancangan definisi terorisme versinya sendiri. Tetapi di dalamnya sama sekali tidak memuat motif dan tujuan.

“Mohon maaf ini, saya seperti berjuang sendirian di sini. Perlu dicatat, aparat tidak memiliki kewenangan apapun kecuali atas dasar hukum,” tandas politisi Gerindra ini.

Terkait hal itu, sebenarnya sejumlah pihak telah memberikan masukan dan bahan kajian kepada pemerintah terhadap RUU Terorisme ini. Direktur An-Nasr Institute Munarman mengungkapkan pihaknya telah memberikan masukan secara kritis terhadap draft RUU Terorisme yang tengah digarap oleh Pansus di DPR.

Munarman menegaskan sebaiknya perdebatan definisi terorisme dalam RUU tersebut seyogyanya harus dituntaskan. Namun, umat Islam harus memahami akar persoalan dalam wacana terorisme yang sedang berkembang.

“Perang melawan terorisme itu sebenarnya perang terhadap jihad. Kalau memang terorisme itu didefinisikan kepada semua yang menggunakan kekerasan, seharusnyakasus Bom Alam Sutera juga disebut sebagai aksi terorisme karena sama-sama menggunakan bom,” sebut mantan aktivis YLBHI ini

Ia juga menyebut sejumlah dokumen yang diulas lembaga think tank RAND Corporation yang menguak agenda Barat dalam memusuhi Islam dan kaum muslimin.

Terakhir ia juga menyinggung cuitan Wapres Amerika Serikat Mike Pence yang telah berkunjung ke Indonesia dan menyatakan ungkapan terima kasihnya kepada salahsatu ormas Islam atas perannya memperjuangkan kebebasan beragama dan melawan jihad.

“Ini adalah bukti yang sangat jelas dari agenda polisi global,” ungkapnya.

Reporter: Gio

Polemik RUU Terorisme, Abu Rusydan: Peraturan Apapun Takkan Mampu Mengatasi Takdir Allah

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Desakan agar Rancangan Undang-undang (RUU) Terorisme segera dirampungkan mulai nyaring terdengar pasca terjadinya penyanderaan petugas di Mako Brimob dan letusan bom Surabaya. DPR dan pemerintah saling tuding. Sejumlah tokoh publik juga berpolemik terkait urgensi RUU Terorisme.

Kendati demikian, pengamat gerakan Islam, Ustadz Abu Rusydan punya pandangan berbeda. Mantan tertuduh kasus terorisme ini telah bersafari ke sejumlah aktivis Islam yang pernah menjadi mantan narapidana terkait dengan kasus terorisme. Dari sejumlah orang, baik yang memang pelaku maupun hanya tertuduh tindak terorisme ada pandangan yang beragam soal perlunya revisi RUU Terorisme.

“Tanggapan para teman-teman (eks napi terorisme) tidaklah seragam. Pandangannya bertingkat-tingkat,” kata dai asal Kota Kudus ini dalam diskusi bertajuk “Terorisme Politik dan Sekuritisasi Kebijakan” yang digelar Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (Pushami) pada Selasa (22/5)/2018) sore di Jakarta.

Ia melanjutkan, meski begitu setidaknya ada 2 hal yang disepakati sejumlah mantan napi terorisme. Pertama, peraturan apapun yang dibuat untuk menghukumi pikiran, perasaan, perilaku aktivis Islam tidak akan mampu mengatasi takdir Allah SWT.

Kedua, peraturan apapun, baik itu bentuknya Perppu, Undang-undang ataupun KUHAP, dalam realita di lapangan tidak berlaku dalam kasus terorisme.

Dalam kasus ini, banyak sekali kasus-kasus penindakan terorisme yang dilakukan aparatus keamanan menyalahi aturan yang dibuatnya sendiri. Seperti prosedur pendampingan kuasa hukum, hak untuk menghubungi keluarga, lamanya masa penahanan, penangkapan, dan semcamnya.

“Aturan itu semua tidak akan berlaku jika kasusnya terorisme,” ujar mantan terpidana kasus terorisme ini.

Ia juga menekankan, jika memang dikehendaki adanya revisi dalam Undang-undang Terorisme seharusnya harus ke arah yang lebih positif. Utamanya dalam persoalan adanya sistem pengawasan terhadap aparat penegak hukum, serta adanya sanksi terhadap aparat yang terbukti menyalahi aturan perundang-undangan dan melampau kewenangannya.

Reporter: Gio

LPAI: Anak-anak dalam Kasus Peledakan Bom Bukan Pelaku Tapi Korban

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Reza Indragiri Amreil menilai, kasus peledakan bom yang melibatkan anak-anak perlu diberikan perhatian khusus oleh negara.

“Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) akan meminta pertanggungjawaban negara supaya dapat memberikan perlindungan khusus kepada anak-anak yang terlibat dalam jaringan terorisme,” kata Reza dalam Serial Diskusi Keamanan dan Kebijakan Publik yang digelar Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (Pushami) di Hotel Gren Alia Cikini, Selasa (22/5/2018).

Dalam kasus peledakan bom di Surabaya, LPAI mengkritisi perspektif aparat keamanan yang selalu menyebut anak-anak yang terlibat dalam jaringan terorisme sebagai pelaku.

“LPAI menganggap mereka sebenarnya adalah korban,” tambah pakar psikologi forensik ini.

Reza menyebutkan, sejumlah ketentuan yang menjadi dasar argumentasi bahwa anak-anak berposisi sebagai korban, bukannya pelaku.

Pertama, dalam Pasal 15 UU Perlindungan Anak disebutkan bahwa salah satu hak anak adalah bebas dari situasi kekerasan. Sehingga anak-anak yang dilibatkan dalam kejadian peledakan bom sejatinya adalah anak yang haknya sedang dirampas.

Selanjutnya, dalam Pasal 76 UU Perlindungan Anak, juga dinyatakan dengan tegas bahwa sipapun dilarang menempatkan anak dalam situasi kekerasan bisa dikenai sanksi pidana. Juga ditambah dengan ayat yang melarang siapapun untuk melibatkan anak dalam kegiatan militerisme dan semacamnya.

“Oleh karena itu sungguh tepat jika seorang anak diposisikan sebagai korban dalam kasus bom ini,” pungkas Reza.

Reporter: Gio

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas Terserang Pneumonia

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas menderita radang paru-paru tetapi kondisinya membaik, menurut pejabat yang mengunjunginya di rumah sakit.

Ahmad Tibi, seorang anggota Arab dari Knesset, mengatakan pada hari Senin (21/5/2018) bahwa dia mengunjungi pemimpin berusia 82 tahun tersebut di sebuah rumah sakit di Ramallah di Tepi Barat yang djajah Israel, lansir Aljazeera.

“Dia menderita radang paru-paru dan diobati dengan antibiotik,” Tibi, yang juga seorang dokter, menulis di Twitter.

Memperhatikan bahwa kondisi Abbas telah “meningkat secara nyata”, Tibi menambahkan: “Dia akan dirawat beberapa hari lagi di rumah sakit. Kami membahas beberapa masalah politik.”

Presiden Palestina Mendadak Dilarikan ke Rumah Sakit

Abbas dirawat di rumah sakit untuk ketiga kalinya dalam sepekan pada hari Ahad akibat demam tinggi.

Rumah Sakit Istishari Arab
Rumah Sakit Istishari Arab

Muncul di media resmi, Saed Sarahna, kepala Rumah Sakit Istishari Arab, mengatakan Abbas mengalami “infeksi di paru-paru kanannya.”

“Dia diberi perawatan yang diperlukan dan sekarang sedang memulihkan diri,” kata Sarahna.

Foto-foto Abbas yang berjalan di sekitar bangsal dan membaca koran juga diterbitkan, untuk menenangkan spekulasi bahwa kondisinya kritis.

Media resmi mengatakan dia telah berbicara dengan sejumlah politisi daerah untuk meyakinkan mereka tentang kesehatannya.

Pejabat senior Palestina, Saeb Erekat, menghabiskan beberapa jam bersama Abbas pada hari Senin dan mengatakan dia dalam kondisi “kesehatan yang sangat baik.”

“Dia sedang memulihkan diri dan dokter memperkirakan dia akan meninggalkan rumah sakit dalam dua hari mendatang,” kata Erekat.

Abbas menjalani operasi telinga kecil pada hari Selasa lalu dan keluar beberapa jam kemudian. Dia kembali dirawat di rumah sakit pada hari Jumat, kata kantor berita resmi Palestina WAFA.

Abbas memiliki sejarah panjang masalah kesehatan, mulai dari masalah jantung hingga serangan kanker prostat satu dekade lalu.

Dia belum menunjuk seorang pengganti, dan Palestina tidak mengadakan pemilihan presiden sejak 2005.

Rezim Suriah Tetapkan Kendali Penuh atas Yarmouk

YARMOUK (Jurnalislam.com) – Rezim Suriah sepenuhnya menguasai Damaskus pada hari Senin (21/5/2018) setelah milisi Islmaic State (IS) – dan beberapa warga sipil – dievakuasi dari kamp pengungsi Yarmouk sebagai bagian dari kesepakatan antara rezim dan kelompok IS.

Menurut seorang koresponden Anadolu Agency yang berbasis di kawasan itu, para milisi IS dievakuasi ke distrik Badia di provinsi Homs, sementara sejumlah warga sipil diizinkan untuk pergi ke wilayah provinsi Idlib yang dikuasai oposisi.

Sisa-sisa Milisi IS Tinggalkan Kamp Pengungsi Yarmouk Kemarin

Dengan evakuasi terakhir, rezim Nushairiyah Suriah telah menguasai semua wilayah Damaskus – termasuk pinggiran kota – untuk pertama kalinya sejak konflik meletus pada 2011.

Terletak delapan kilometer di selatan Damaskus dan dihuni oleh sebagian besar pengungsi Palestina, kamp Yarmouk membentang seluas 16 kilometer persegi.

Selama lima tahun terakhir, kamp itu masih dikepung oleh rezim Syiah Assad dan kelompok-kelompok milisi Syiah yang didukung Iran.

Sinergi Foundation Hadirkan Kebahagiaan Ramadhan di Pelosok Papua

PAPUA (Jurnalislam.com)– Sinergi Foundation menebar manfaat dari Aceh hingga Papua melalui program Desa Ramadhan.

Salah satu daerah yang dikunjungi adalah pelosok Desa Wailen dan Desa Sakabu yang berada di Kabupaten Raja Ampat Papua Barat. Dua lokasi tersebut merupakan wilayah terpencil, terisolir, dan terluar.

“Dua lokasi itu berhadapan dengan negara lain, yaitu negara Filipina,” kata Ustadz Maftuh, tim relawan Sinergi Foundation yang bertolak menuju Papua dalam rilis yang diterima Jurnalislam.com.
Menurut Ustadz Maftuh, lokasi-lokasi tersebut sudah tersentuh Islam, namun belum banyak dakwah yang dilakukan di sana sehingga pengetahuan tentang Islam pun masih minim.
Akan tetapi, masyarakat sendiri sudah mulai menyadari ajaran-ajaran Islam.
“Ada wanita yang memakai jilbab, karena mereka sadar dengan menutup aurat, mereka bilang ‘Kami disini muslim bukan kristen’,” kata Ustadz Maftuh.
Maka, kehadiran Sinergi Foundation pun disambut antusias.
Ia mengatakan, mereka merasa bahagia dengan adanya perhatian dari saudara sesama muslim, hingga mereka yang berada di wilayah terpencil pun tak merasa sendiri.
“Ternyata masih ada yang peduli dengan kami. Kami sungguh bahagia tiada tara, memberi semangat baru bagi kami yang tinggal di Papua, apalagi ditambah ada siraman rohani dari Ustadz,” kata warga Desa Wailen.
Ustadz Maftuh melanjutkan, “Di sana, Sinergi Foundation mengadakan majelis taklim, mendukung warga muslim Papua agar istiqamah dalam agama Islam,”
Dengan kampanye #Givingiscool, di Papua, Sinergi Foundation sendiri menggelar sejumlah kegiatan di dua wilayah tersebut.
Di antaranya buka puasa bersama atau ifthar jama’i, penyaluran paket, dan pemberian paket perlengkapan sekolah.
Selain itu, Ustadz Maftuh juga mengedukasi masyarakat tentang pendidikan, dan memfasilitasi mereka yang berkeinginan melanjutkan sekolah.
Ada 20 wilayah yang masuk dalam Desa Ramadhan, di antaranya Kabupaten Bandung, Bandung Barat.
Garut, Subang, Tasiklmalaya, Aceh, Lombok, Padang, Klaten, Alor, Lampung Selatan, Raja Ampat, hingga Sorong Papua.
Masyarakat dapat berpartisipasi dalam program #DesaRamadhan melalui aplikasi Zakat App, yang bisa diunduh melalui Playstore dengan sejumlah fitur antara lain
: program sinergi Foundation (SF), kalkulator zakat, rekening zakat, klik donasi, dan info penyaluran donasi. Juga, donasi melalui website www.sinergifoundation.org.

Erdogan: Turki Tidak akan Menyerah dalam Memperjuangkan Yerusalem

ANKARA (Jurnalislam.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Senin (21/05/2018) menyatakan tekad Turki untuk tidak akan menyerah untuk membela Yerusalem.

“Kami bertekad untuk tidak menyerah memperjuangkan hak-hak kami di Yerusalem. Kami tidak akan pernah meninggalkan kiblat pertama kami dengan meminta belas kasihan negara yang memakan darah, air mata dan menindas rakyat Palestina selama beberapa dekade,” kata Erdogan selama jamuan buka puasa dan makan malam dengan para duta besar di ibukota Ankara.

“Kami akan melanjutkan perjuangan kami sampai Yerusalem menjadi rumah kedamaian, ketenangan dan martabat untuk ketiga agama monoteistik,” katanya.

Peresmian Dubes AS di Yerusalem Akan Berlangsung Hari Ini, Dunia Arab Bungkam

Tentang langkah AS untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, presiden mengatakan bahwa tangan AS “berlumuran darah anak-anak Palestina.”

Presiden AS Donald Trump memicu kecaman internasional Desember lalu ketika dia secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan bersumpah untuk merelokasi kedutaan besar Washington ke kota tersebut.

Kedutaan resmi direlokasi Senin lalu, mendorong ribuan warga Palestina melakukan demonstrasi di dekat pagar yang memisahkan Gaza dari Israel.

Inilah Pesan Syeikh Ayman Setelah AS Pindahkan Kedubesnya ke Yerusalem

Puluhan warga Palestina terbunuh – dan ratusan lainnya terluka – ketika pasukan penjajah Israel menanggapi demonstrasi dengan tembakan besar.

“Pemerintah Amerika tidak lagi memiliki hak untuk berbicara tentang hak asasi manusia, demokrasi dan perdamaian,” tambahnya.

Mengacu pada ketegangan regional saat ini, Erdogan menunjukkan diplomasi sebagai cara memecahkan krisis telah mengikis.

Tentang energi nuklir, Erdogan mengatakan Turki berpendapat bahwa energi nuklir harus digunakan untuk tujuan damai.

“Ancaman utama terhadap negara dan wilayah kami adalah senjata nuklir,” katanya.

Dia menyerukan untuk membersihkan senjata nuklir dari seluruh dunia.

“Mereka yang memiliki sedikitnya 15.000 hulu ledak nuklir sekarang mengancam dunia,” tambahnya.

Berbicara pada acara yang sama, Perdana Menteri Binali Yildirim bersumpah akan melanjutkan dukungan Turki kepada orang-orang yang membutuhkan di seluruh dunia.

“Sudah waktunya untuk bertindak bersama melawan masalah global seperti terorisme, kebencian, ketidakadilan, migrasi, diskriminasi dan kelaparan; Turki telah mengadvokasi ini untuk waktu yang lama,” katanya.

Darurat Al Aqsha: Al Quds Dikepung Puluhan Ribu Warga Zionis Yahudi

Mengenai serangan Israel di Gaza, Yildirim mengatakan “pembantaian terhadap orang-orang yang tidak berdaya dan tidak bersenjata adalah kekerasan yang kejam dan brutal”.

“Keputusan pemerintah Amerika untuk memindahkan kedutaan ke Jerusalem adalah kesalahan besar dan itu memiliki andil besar dalam peningkatan ketegangan dari peristiwa-peristiwa ini [di Gaza],” tambahnya.

Di depan duta besar beberapa negara yang berbeda, Yildirim mengatakan sudah waktunya untuk mengambil sikap atas situasi saat ini di wilayah tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, kepresidenan mengatakan para duta besar dari semua negara, kecuali Israel, diundang dalam jamuan buka puasa di markas Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa.

Duta Besar Israel di Ankara Eitan Naeh meninggalkan Turki pada hari Rabu atas permintaan Turki setelah tentara Israel melakukan kekerasan dan pembunuhan tanpa pandang bulu di sepanjang pagar Gaza-Israel.

Senin lalu, sedikitnya 65 orang Palestina telah gugur oleh tembakan pasukan zionis selama protes di Gaza timur. Ribuan lainnya terluka.

OKI Gelar Pertemuan Darurat Hari Ini, Bahas Pembantaian di Gaza