Menhan AS: Amerika akan Lanjutkan Operasi Militer Jika Assad

Menhan AS: Amerika akan Lanjutkan Operasi Militer Jika Assad

WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Menteri Pertahanan Jim Mattis mengatakan pada hari Jumat bahwa AS siap melakukan operasi militer lanjutan terhadap Suriah jika Bashar al-Assad mengabaikan pesan dari serangan rudal jelajah sekutu pekan lalu.

“Dia keliru jika mengabaikan pernyataan masyarakat internasional, dan kami siap untuk menangani apa pun di masa depan,” kata Mattis kepada wartawan, menambahkan dia telah melihat dukungan universal untuk aksi yang disebut “serangan yang disesali namun perlu” terhadap lokasi yang diduga sebagai situs senjata kimia Assad, lansir Anadolu Agency Sabtu (21/4/2018).

Ucapan terbaru Mattis muncul saat pertemuan dengan mitranya dari Jepang, Hisunori Onodera di Pentagon.

Rezim Syiah Assad menyerang sasaran di distrik Douma di pinggiran Ghouta Timur awal bulan ini menggunakan gas beracun yang menyebabkan sedikitnya 78 warga sipil tewas, menurut the Syrian Civil Defense, yang juga dikenal sebagai the White Helmets.

Penyelidikan Senjata Kimia di Douma Tertunda, Menteri Pertahanan AS Berang

Merespon serangan itu, AS, Inggris, dan Prancis bersama-sama meluncurkan serangan balasan Jumat lalu yang menargetkan kemampuan senjata kimia rezim Assad.

Serangan itu menargetkan pusat senjata kimia dekat Damaskus, juga gudang senjata kimia dan pusat komando yang terkait dengan senjata kimia yang terletak di barat Homs, kata Kepala Staf Gabungan Kepala Urusan AS, Joseph Dunford.

Pinggiran Damaskus di Ghouta Timur telah dikepung selama lima tahun terakhir. Akses kemanusiaan ke daerah itu, yang merupakan rumah bagi 400.000 orang, benar-benar telah terputus.

Pasukan rezim Syiah Nushairiyah Assad telah mengintensifkan pengepungan mereka, sehingga makanan atau obat-obatan hampir tidak mungkin masuk ke distrik sehingga ribuan warga sipil yang membutuhkan semakin menderita.

Begini Tanggapan Analis Terkait Terhambatnya Penyelidikan Serangan Senjata Kimia

Menteri Pertahanan Onodera juga mencatat bahwa serangan bersama menunjukkan ketetapan komunitas internasional dalam menangani senjata pemusnah massal.

“Saya pikir ini memberi pesan tertentu terhadap Korea Utara juga,” tambahnya, mencatat bahwa Washington dan Tokyo harus bekerja “sinergis” bersama dengan komunitas internasional untuk membuat Korea Utara meninggalkan semua senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya secara lengkap, dapat diverifikasi dan tidak dapat diubah lagi.

“Bersama-sama, kami dengan hati-hati meninjau kemungkinan jalan baru menuju perdamaian, dan pada saat yang sama, kami tetap waspada,” katanya, mengacu pada Korea Utara.

Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, diperkirakan akan mengadakan pembicaraan tentang program nuklir Pyongyang pada akhir Mei atau awal Juni. Lokasi KTT belum diungkapkan.

Bagikan