Masjid Prancis Dilaporkan Mulai Dapat Ancaman

Masjid Prancis Dilaporkan Mulai Dapat Ancaman

PRANCIS(Jurnalislam.com)–Pengurus masjid di Distrik Vernon, Prancis Utara, melaporkan mereka menerima surat ancaman, Selasa (27/10). Hal ini buntut dari pernyataan rasial Presiden Emmanuel Macron yang mengembuskan kembali nuansa islamofobia.

Dilansir di Anadolu Agency, Selasa (27/10), teror itu ditinggalkan di kotak surat masjid yang berisi ancaman pembunuhan dan pesan penghinaan terhadap orang Turki, Arab, dan komunitas yang datang ke masjid secara teratur. “Perang telah dimulai. Kami akan mengantarmu ke luar negeri. Anda akan memberi pertanggungjawaban atas kematian Samuel,” bunyi teror dalam surat tersebut.

Samuel yang dimaksud adalah Samuel Paty adalah seorang guru di Bois-d’Aulne College di Conflans-Sainte-Honorine yang dipenggal pada (16/10) oleh Abdullakh Anzorov, seorang remaja 18 tahun asal Chechnya, sebagai pembalasan karena memperlihatkan kartun kontroversial yang menggambarkan Nabi Muslim Muhammad kepada murid-muridnya.

Paty melakukan itu dengan dalih kebebasan berekspresi. Namun, kebebasan berekspresi Paty berisi pemberitahuan dan komentar buruk yang ditujukan kepada wanita Muslim berjilbab.

Adapun buntut lainnya dari pernyataan Macron adalah penutupan masjid Agung Pantin, di luar Paris, baru-baru ini. Masjid ini ditutup selama enam bulan setelah membagikan video di halaman Facebook-nya sebelum pembunuh Paty mengkritiknya. Awal bulan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Muslim Prancis sebagai gerakan separatisme dan menggambarkan Islam sebagai agama yang mengalami krisis di seluruh dunia.

Ketegangan semakin meningkat setelah pembunuhan Paty. Macron memberikan penghormatan kepadanya dan mengatakan Prancis tidak akan melepaskan karikatur tersebut sebagai bentuk berekspresi. Karikatut menghina oleh Charlie Hebdo, majalah mingguan satir Prancis, juga diproyeksikan pada gedung-gedung di beberapa kota.

Beberapa negara Arab, Turki, Iran, dan Pakistan mengecam sikap Macron terhadap Muslim dan Islam. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pemimpin Prancis itu membutuhkan perawatan mental. Sementara seruan memboikot produk Prancis beredar secara online di banyak negara, Erdogan telah mendesak orang Turki tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya.

Sumber: ihram.co.id

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.