PALESTINA (jurnalislam.com)- Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert berkomentar bahwa tujuan perang di Gaza untuk menghancurkan gerakan Hamas tidak akan tercapai, ia menekankan bahwa janji Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam hal ini adalah bentuk keangkuhan dan ia berperang untuk kepentingan pribadinya.
Pernyataan ini dimuat dalam sebuah artikel oleh Olmert di surat kabar Haaretz Israel pada hari Jumat (22/12).
Olmert menulis: “Gaza sedang terpuruk, ribuan warganya menderita dan mempertaruhkan nyawanya, ribuan pejuang Hamas dengan senang hati terbunuh, namun kehancuran Hamas tidak akan tercapai. Kalaupun Yahya Sinwar ditemukan sedang menikmati kehidupan singkatnya dalam persembunyian sampai dia, Mohammed Deif dan rekan-rekan mereka dalam kepemimpinan Hamas disingkirkan, Kalauoun Hamas akan menjadi kekuatan yang melemah, babak belur, dan berdarah-darah. Namun kelompok ini akan terus ada di pinggir Gaza.”
“Tapi ini adalah situasi yang sebenarnya, kita harus bersiap untuk perubahan arah. Saya tahu ini mungkin tidak populer. Dalam suasana hasutan, keberanian dan arogansi yang menjadi ciri perilaku pemerintah dan pemimpinnya, kita tidak boleh segan-segan mengatakan hal-hal yang tidak jelas namun perlu, demi rasa tanggung jawab nasional,” tambahnya.
Olmert juga menyampaikan: “Israel kini menghadapi pilihan antara gencatan senjata sebagai bagian dari kesepakatan yang dapat memulangkan para sandera dengan harapan sebagian besar dari mereka masih hidup, dan gencatan senjata tanpa kesepakatan, tanpa sandera, tidak ada pencapaian yang jelas, dengan hilangnya sisa-sisa dukungan publik internasional terhadap hak Negara Israel untuk hidup tanpa ancaman teror dari organisasi pembunuh.”
Menurut statistik Israel, Hamas menangkap sekitar 239 orang selama serangannya di Israel selatan pada 7 Oktober. Mereka menukar puluhan tahanan tersebut dengan Israel selama gencatan senjata kemanusiaan yang berlangsung tujuh hari hingga 1 Desember, sementara Israel saat ini masih memenjarakan 7.800 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak.
Olmert mencatat: “Penghentian permusuhan ini akan dipaksakan kepada kita oleh sekutu terdekat kita, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman. Mereka tidak akan lagi mampu menanggung akibat yang harus mereka tanggung dalam opini publik mengingat kesenjangan antara tidak adanya resolusi militer dan berlanjutnya pertempuran yang menimbulkan kerugian kemanusiaan, yang akibatnya tidak akan sanggup mereka tanggung.”
Sumber: middleeastmonitor
Reporter: Samsul