India Hadang Pengungsi Muslim Myanmar dengan Kekuatan Militer

India Hadang Pengungsi Muslim Myanmar dengan Kekuatan Militer

NEW DELHI (Jurnalislam.com) – India menutup batas maritim mereka setelah menerima informasi intelijen bahwa Muslim Rohingya akan mencoba memasuki India dengan menggunakan rute laut, menurut laporan media India pada hari Rabu (20/9/2017).

“Pesawat pengintai maritim, termasuk kapal Dornier, hovercraft dan patroli pasukan penjaga perbatasan telah diaktifkan di seluruh wilayah untuk mencegah masuknya muslim Rohingya, yang dipandang sebagai ancaman utama bagi keamanan nasional,” seorang pejabat senior pemerintah seperti dikutip oleh India Today.

Langkah tersebut dilakukan setelah pemerintah India pada hari Senin menginformasikan kepada Mahkamah Agung dalam pernyataan tertulisnya bahwa mereka percaya Muslim Rohingya menimbulkan ancaman keamanan serius bagi India, dengan mengatakan bahwa banyak pengungsi yang melarikan diri dari penganiayaan oleh militer Myanmar diduga memiliki hubungan dengan organisasi teroris dan Intelijen Antar Dinas Angkatan Darat Pakistan, yang juga dikenal sebagai ISI (Inter-Services Intelligence).

Dalam pernyataan resminya tersebut, pemerintah yang dipimpin oleh Partai Bharatiya Janata sayap kanan juga mengatakan bahwa mereka khawatir akan kekerasan terhadap umat Buddha yang tinggal di India oleh Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.

Aung San Suu Kyi Pidato pada Dunia, Muslim Rohingya: Suu Kyi Pengkhianat!

Namun, Prashant Bhushan, seorang pengacara senior yang mewakili Muslim Rohingya, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa klaim pemerintah India itu tidak didasarkan pada bukti.

“Pemerintah belum menemukan bukti apapun tentang orang-orang ini. Tidak ada satu pun First Information Report [laporan polisi] yang diajukan ke kantor polisi tentang orang-orang ini,” kata Bhushan.

Pemerintah mengatakan akan menempatkan semua masukan intelijen ke dalam amplop tertutup sebelum pengadilan puncak pada 3 Oktober untuk membuktikan klaimnya bahwa Rohingya adalah ancaman keamanan.

Surat pernyataan tersebut diajukan ke Mahkamah Agung sebagai tanggapan atas petisi yang diajukan oleh dua pengungsi Rohingya yang tinggal di India.

Dalam petisi tersebut, Mohammad Shaqir dan Mohammad Salimullah mengemukakan bahwa mendeportasi mereka sama saja melanggar konstitusi India.

Muslim Rohingya tidak diterima sebagai warga negara Myanmar atau tetangganya di Bangladesh dan sekarang juga hidup dalam ketakutan terus-menerus setelah rencana pemerintah India untuk mendeportasi 40.000 pengungsi Muslim Rohingya.

Di India, mereka kebanyakan menetap di negara bagian Andhra Pradesh, Manipur, Rajasthan, Uttar Pradesh, Delhi, Maharashtra, Rajasthan dan Haryana.

Ketenangan yang tidak nyaman terasa di daerah-daerah seperti Shaheen Bagh dan Mandapur Khadar di New Delhi, di mana sekitar 1.000 Muslim Rohingya tinggal di kamp-kamp.

“Kami hanya ingin tinggal di sini karena kami banyak menderita di Myanmar. Tidak ada apa-apa di sini kecuali perdamaian,” Faizullah, yang meninggalkan Myanmar pada tahun 2012, mengatakan.

Muslim Rohingya di India berharap Mahkamah Agung akan memutuskan untuk mendukung mereka.

“India telah banyak membantu kami. Kami harap kami tidak akan dideportasi dari sini. Kami adalah orang-orang yang mencintai perdamaian dan tidak terlibat dalam kegiatan dengan kelompok teroris,” Abdul Rahim, yang mengelola sebuah toko kecil di wilayah tersebut, mengatakan.

Bulan lalu, Menteri Negara Bagian Kiren Rijiju mengatakan kepada parlemen bahwa pemerintah pusat telah meminta negara-negara India untuk mengidentifikasi Muslim Rohingya yang hidup secara ilegal dan memulai proses deportasi.

Sejak 25 Agustus, lebih dari 421.000 warga Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Myanmar di Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB.

Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi militer baru di mana pasukan Budha dan gerombolan Buddha membantau pria, wanita dan anak-anak, serta menjarah rumah dan membakar desa Rohingya. Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dalam tindakan keras tersebut.

Bangladesh Desak PBB dan Dunia untuk Kembalikan Pengungsi Rohingya ke Myanmar

Turki telah berada di garis terdepan untuk memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya dan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengemukakan masalah tersebut dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada hari Selasa.

Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi militer baru di mana pasukan militer Budha Myanmar dan gerombolan preman Buddha membantai pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya. Menurut pemerintah Bangladesh, sedikitnya 3.000 orang Rohingya tewas dalam tindakan keras tersebut.

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai salah satu kelompok masyarakat paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan militer Budha Myanmar sejak ribuan orang Muslim dibantai dalam kekerasan komunal pada tahun 2012..

Bagikan