Ekstrimis Sayap Kanan Jerman Tolak Kehadiran Pengungsi Suriah

JERMAN (Jurnalislam.com) – Kepala intelijen domestik Jerman pada hari Ahad (27/09/2015) memperingatkan meningkatnya radikalisasi kelompok sayap kanan di tengah masuknya gelombang imigran, termasuk pengungsi. Demonstrasi xenophobia dan bentrokan mengguncang beberapa kota pada akhir pekan, Aljazeera melaporkan.

"Mobilisasi di jalan yang dilakukan oleh ekstrimis sayap kanan berhubungan dengan krisis pengungsi, tetapi kita juga melihat beberapa ekstrimis sayap kiri yang menentang mereka,” kata Hans-Georg Maassen di radio publik Deutschlandfunk.

Maassen berbicara setelah Jerman bersiap menerima hingga satu juta imigran tahun ini, dan setelah muncul protes terhadap rumah pengungsi dan bentrokan dengan polisi kembali mengguncang beberapa kota di akhir pekan, terutama di bekas daerah komunis Jerman Timur.

Polisi dan tentara menjaga dua bus yang membawa sekitar 100 pengungsi pada Sabtu malam menuju tempat penampungan di kota Niederau, di negara bagian Saxony timur, setelah pemrotes sayap kanan melancarkan protes di lokasi yang merupakan bekas sebuah supermarket, sejak Jumat.

Lebih dari 1.000 orang juga berdemonstrasi menentang pengungsi di beberapa kota di negara bagian timur Mecklenburg-Vorpommern, Jumat, termasuk di pesisir Stralsund di mana tiga orang terluka dalam bentrokan dengan kontra-demonstran.

Di kota timur Leipzig, pawai kelompok sayap kanan "Serangan untuk Jerman", yang diselenggarakan oleh aktivis anti-Islam lokal dengan sekitar 400 demonstran, memicu protes lebih besar dari  kelompok sayap kiri yang menurut polisi menarik lebih dari 1.000 aktivis.

Dalam bentrokan di jalan lainnya, kedua kelompok saling melemparkan batu dan kembang api.

Di kota barat Bremen, sekelompok orang tak dikenal mencoba membakar tenda yang disediakan untuk rumah pengungsi bulan Oktober.

Tahun ini saja telah terjadi 22 serangan pembakaran terhadap tempat yang akan menjadi atau telah menjadi lokasi penampungan pengungsi, kata Maassen, yang layanannya disebut Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi (the Federal Office for the Protection of the Constitution).

Pada hari Jumat, juru bicara kementerian dalam negeri Jerman mengklaim bahwa banyak pencari suaka di Jerman memalsukan identitas untuk mengaku berasal dari Suriah.

"Tiga puluh persen dari para pencari suaka yang mengaku berasal dari Suriah tidaklah berasal dari Suriah menurut perkiraan ini," kata Tobias Plat pada konferensi pers pemerintah.

Pada akhir Agustus, Kanselir Jerman Angela Merkel mengumumkan bahwa pengungsi Suriah bisa tinggal di negara itu dan dapat mengajukan permohonan suaka agar tidak dideportasi.

Pengumuman itu menandai suspensi Jerman terhadao Peraturan Dublin, yang menetapkan bahwa pengungsi harus tinggal di negara mereka pertama kali masuk.

Deddy | Aljazeera | Jurniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.