Demonstrasi Manila: Tolak Trump Teroris Nomor 1

Demonstrasi Manila: Tolak Trump Teroris Nomor 1

MANILA (Jurnalislam.com) – Polisi anti huru hara menggunakan meriam air dan alarm sonik untuk mengusir ratusan pemrotes yang meneriakkan slogan anti-Donald Trump di sela-sela sebuah pertemuan puncak di Manila pada hari Senin (13/11/2017), lansir Aljazeera.

Patung warna-warni presiden AS, termasuk satu patung dengan empat lengan berbentuk swastika Nazi, dibawa melalui jalan-jalan ibukota Filipina.

Gambar yang mirip Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengintip dari balik sosok tersebut, saat kedua pemimpin tersebut bersiap untuk duduk dalam perundingan formal kurang dari tiga kilometer jauhnya.

Pengunjuk rasa membawa plakat bertuliskan “Trump Go Home” dan “ Ban Trump #1 terrorist (Tolak Trump teroris no. 1)”.

Polisi mengatakan ada hampir 2.000 orang di demonstrasi tersebut.

Mereka berhadapan dengan polisi anti huru hara – beberapa mengenakan jaket pelampung dan membawa senapan – yang menembakkan meriam air dan terdengar teriakan.

Sedikitnya enam petugas polisi terluka dalam huru-hara tersebut, seorang wartawan AFP di lokasi kejadian mengatakan.

“Mereka memukul kami dengan tongkat kayu, salah satu rekan saya dipukul mukanya dengan batu,” kata petugas polisi Ramon Dumagat, tangannya diliputi bekas luka kemerahan.

Kelompok hak asasi manusia meminta Trump untuk berbicara mengenai perang narkoba Duterte, dimana polisi dan orang-orang yang dicurigai membunuh ribuan orang selama Dutertevberkuasa 16 bulan.

Satur Ocampo, mantan pemimpin pemberontak Komunis dan mantan anggota kongres yang berada di antara para demonstran, mengatakan kepada AFP bahwa dia memiliki sedikit harapan bahwa Trump akan mendukung perang narkoba yang menurut para kritikus bisa berubah menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan.

“Mereka berpikir sama,” katanya kepada AFP.

“Dia membiarkan Trump duduk di sampingnya pada perjamuan hari Minggu malam, memberinya tempat kehormatan.”

Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (The Association of Southeast Asian Nations-ASEAN) menyelenggarakan dua acara terpisah pada hari Senin dan Selasa di Manila.

Mereka juga mengajak China, Jepang, Rusia, Korea Selatan, India, Kanada, Australia dan Selandia Baru, serta Amerika Serikat.

Meningkatnya isu ancaman kelompok Islamic State (IS) di seluruh Asia Tenggara, dan upaya untuk menekan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk meninggalkan ambisi nuklirnya, adalah agenda utama.

Baca juga: Filipina: Ini Laporan Resmi Berakhirnya Operasi Militer di Marawi

Bagikan