IRAN (jurnalislam.com)- Bom penghancur bunker milik Amerika Serikat menjadi satu-satunya senjata konvensional yang mampu menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang tersembunyi jauh di bawah tanah. Senjata ini disebut-sebut sebagai pilihan utama Presiden Donald Trump jika ia memutuskan untuk secara militer mendukung Israel menghadapi Iran.
Bom tersebut adalah GBU-57 atau Massive Ordnance Penetrator (MOP) โ hulu ledak seberat 30.000 pon (sekitar 13.600 kilogram) yang mampu menembus hingga 200 kaki (61 meter) ke dalam tanah sebelum meledak. Meskipun dirancang untuk menghancurkan target strategis seperti fasilitas nuklir, bom ini tidak tersedia dalam gudang senjata Israel.
๐ ๐ฒ๐ป๐ด๐ฎ๐ฝ๐ฎ ๐๐ผ๐บ ๐๐ป๐ถ ๐ฆ๐ฎ๐ป๐ด๐ฎ๐ ๐ฃ๐ฒ๐ป๐๐ถ๐ป๐ด?
Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel telah melakukan serangkaian serangan yang menewaskan sejumlah komandan militer Iran dan merusak berbagai instalasi di permukaan. Namun, serangan tersebut justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
โStok rudal, peluncur, pangkalan militer, fasilitas produksi, ilmuwan nuklir, serta sistem komando dan kendali militer Iran telah mengalami kerusakan serius,โ ujar Behnam Ben Taleblu, Direktur Program Iran di lembaga kajian Foundation for Defense of Democracies (FDD) yang berbasis di Washington.
Meski begitu, lanjut Taleblu, masih menjadi tanda tanya besar apakah serangan Israel benar-benar mampu menarget jantung program nuklir Iran.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan bahwa fasilitas pengayaan uranium Fordow, yang terletak di selatan Teheran, tidak mengalami kerusakan. Berbeda dengan situs Natanz dan Isfahan yang lebih mudah diakses, Fordow dibangun jauh di bawah tanah, dan diyakini berada 300 kaki di bawah permukaan batuan keras, membuatnya di luar jangkauan bom konvensional Israel.
โSemua mata tertuju pada Fordow,โ kata Taleblu sebagaimana dilansir dari The New Arab (18/6).
๐๐ฎ๐ป๐๐ฎ ๐๐ฆ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ฃ๐๐ป๐๐ฎ ๐๐ฒ๐บ๐ฎ๐บ๐ฝ๐๐ฎ๐ป ๐ง๐ฒ๐ธ๐ป๐ถ๐
Mantan Letnan Jenderal Angkatan Darat AS sekaligus peneliti di Rand Corporation, Mark Schwartz, menegaskan bahwa hanya Amerika Serikat yang memiliki kapasitas konvensional untuk menghancurkan situs semacam itu โ yang dimaksud adalah bom GBU-57.
Militer AS menyatakan bahwa bom ini dirancang khusus untuk menembus struktur bawah tanah yang sangat dalam. Tidak seperti bom pada umumnya yang meledak setelah benturan, GBU-57 memiliki selongsong baja khusus yang diperkeras, serta sekering tahan tekanan tinggi agar mampu menembus batuan dan beton sebelum meledak di dalam tanah.
Pengembangan bom ini dimulai pada awal 2000-an dan kontrak produksi sebanyak 20 unit diberikan kepada Boeing pada 2009.
๐๐ฎ๐ด๐ฎ๐ถ๐บ๐ฎ๐ป๐ฎ ๐๐ผ๐บ ๐๐ป๐ถ ๐๐ถ๐ธ๐ถ๐ฟ๐ถ๐บ๐ธ๐ฎ๐ป?
Satu-satunya pesawat yang mampu membawa dan menjatuhkan GBU-57 adalah pesawat pengebom siluman B-2 milik AS. Beberapa unit B-2 sempat terlihat dikerahkan ke pangkalan militer AS-Inggris di Diego Garcia, Samudra Hindia, pada awal Mei lalu. Namun, berdasarkan analisis citra satelit dari Planet Labs yang dikutip AFP, pesawat-pesawat ini tak lagi tampak pada pertengahan Juni.
Dengan jangkauan penerbangan yang sangat jauh, B-2 mampu terbang langsung dari AS menuju Timur Tengah untuk melakukan misi pengeboman โ sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, menurut peneliti pertahanan CSIS, Masao Dahlgren.
Setiap B-2 mampu membawa dua bom GBU-57, dan menurut Schwartz, satu kali serangan tidak cukup.
โMereka tidak akan cukup hanya dengan satu bom, kemungkinan besar perlu beberapa bom untuk mencapai efektivitas maksimal,โ ujar Schwartz. Ia juga menambahkan bahwa dominasi udara Israel atas wilayah Iran saat ini dapat mengurangi risiko misi pengeboman jika dilakukan oleh AS.
๐๐ฝ๐ฎ ๐๐ฎ๐บ๐ฝ๐ฎ๐ธ๐ป๐๐ฎ?
Taleblu menekankan bahwa intervensi militer AS seperti ini akan membawa beban politik besar, mengingat dampaknya terhadap kawasan dan dunia internasional. Ia juga menegaskan bahwa GBU-57 bukan satu-satunya cara untuk menangani program nuklir Iran.
Tanpa bom GBU-57 dan tanpa adanya solusi diplomatik, Israel kemungkinan akan memilih cara alternatif, seperti menyerang pintu masuk fasilitas bawah tanah, menghancurkan jalur listrik dan sistem pendukung lainnya, sebagaimana yang pernah dilakukan terhadap situs Natanz. (Bahry)
Sumber: TNA