Berita Terkini

Qatar Sepakati Pembelian Pesawat Tempur F-15 AS

Doha (Jurnalislam.com) – Doha menandatangani sebuah kesepakatan pada hari Rabu dengan Washington untuk membeli jet F-15 senilai $ 12 miliar, menurut kementerian pertahanan Qatar, Aljazeera melaporkan Kamis (15/6/2017).

Menteri Pertahanan Khalid Al Attiyah dan rekannya dari AS, James Mattis menandatangani kesepakatan di Washington, kata Kantor Berita Qatar.

Pentagon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kesepakatan tersebut “akan memberi Qatar kemampuan lebih dan meningkatkan kerjasama keamanan dan interoperabilitas antara Amerika Serikat dan Qatar.”

Kongres AS tahun lalu menyetujui penjualan jet tempur ke Qatar sementara kesepakatan terakhir terjadi setelah krisis Teluk baru-baru ini dimulai antara beberapa negara Arab dan Qatar.

Dua kapal perang AS tiba di Qatar Hamad Port pada hari Rabu untuk melakukan latihan militer gabungan namun rinciannya belum diinformasikan, Qatar News Agency dikutip.

Pekan lalu, lima negara Arab – Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Yaman – memutuskan hubungan dengan Qatar, menuduh Doha mendukung terorisme.

Qatar telah membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa langkah untuk mengisolasinya secara diplomatis tersebut “tidak dapat dibenarkan”.

Turki mengatakan bahwa mereka berdiri bersama negara Teluk kecil tersebut untuk menjatuhkan sanksi dan mendesak Riyadh memimpin dalam mencari solusi atas krisis itu.

Erdogan Cekal Langkah AS Keluarkan Surat Penangkapan Pengawal Pribadinya

ANKARA (Jurnalislam.com) – Presiden Recep Tayyip Erdogan mengkritik langkah AS yang mengeluarkan surat perintah penangkapan saat 12 pengawalnya diduga terkait dengan perkelahian di luar kedutaan besar Turki di Washington beberapa waktu lalu.

Beberapa orang terluka saat sebuah tawuran pecah di luar kedutaan besar Kedubes AS di Turki saat kunjungan Erdogan ke AS pada bulan Mei. Polisi Washington DC dilaporkan mendapatkan surat perintah penangkapan untuk pengawal presiden Turki pada hari Kamis (15/6/2017), lansir Anadolu Agency.

Berbicara di sebuah acara buka puasa di ibukota Ankara pada hari Kamis, Erdogan mengatakan: “Mereka telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 12 pengawal saya. Aturan apa ini?

“Jika pengawal saya tidak boleh melindungi saya, mengapa saya membawa mereka ke Amerika?”

Bom Mobil Al Shabaab Hantam Klub Malam di Mogadishu

SOMALIA (Jurnalislam.com) – Sebuah bom mobil meledak di sebuah klub malam di ibukota Somalia, Mogadishu, menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai beberapa lainnya, kata polisi, lansir Aljazeera, Rabu (14/6/2017).

Tembakan senjata berat menyusul serangan yang diklaim kelompok bersenjata al-Shabab tersebut. Saksi mata mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa seluruh distrik ditutup oleh polisi.

Petugas polisi Mohamed Hussein mengatakan ada kebingungan mengenai apakah orang-orang bersenjata tersebut berjuang untuk masuk ke dalam setelah ledakan atau apakah situasi penyanderaan sedang berlangsung.

“Sejauh ini, kita bisa memastikan sembilan orang tewas,” kata Hussein Said. “Bom mobil martir tersebut menargetkan jalan masuknya. Ada tembakan di dalam … tapi saya tidak yakin apakah kelompok bersenjata tersebut berada di dalam,” tambahnya.

Al-Shabab, yang telah melakukan operasi pemboman martir untuk menggulingkan pemerintah korup Somalia yang didukung AS, mengaku bertanggung jawab.

“Seorang mujahid dengan bom mobil, meledekan mobilnya setelah dia menabrak Posh Hotel, yang merupakan sebuah kelab malam. Operasi berlanjut,” Abdiasis Abu Musab, juru bicara militer kelompok tersebut, mengatakan kepada Reuters.

Al Shabaab sering kali melancarkan serangan dan operasi mematikan di Mogadishu dan wilayah lain yang dikendalikan oleh pemerintah federal.

Presiden Perancis Kunjungi Marako Bahas Krisis Qatar

PARIS (Jurnalislam.com) – Presiden Prancis Emmanuel Macron telah melakukan perjalanan kunjungan 24 jam ke Maroko untuk melakukan pembicaraan mengenai konflik Libya dan perselisihan Qatar dengan tetangga-tetangganya di Teluk.

Menjelang kunjungan hari Rabu (14/6/2017), kepresidenan Prancis mengatakan Macron akan berdiskusi dengan Mohammed VI mengenai perselisihan antara Qatar dan beberapa negara, karena Paris dan Rabat sangat antusias untuk menengahi solusi atas krisis tersebut, lansir Aljazeera.

“Presiden Macron telah berbicara dengan semua kepala negara di wilayah tersebut dan menyerukan sesi penenangan. Upaya ini sejalan dengan mediasi yang ingin dilakukan Maroko,” katanya.

Sebuah sumber diplomatik Prancis mengatakan “prioritasnya adalah untuk membantu menyelesaikan krisis”.

Istana Elysee mengatakan setelah Macron mendarat di Rabat bahwa presiden Prancis akan bertemu secara terpisah di Paris bersama Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan putra mahkota UEA, Sheikh Mohammad bin Zayed al-Nahyan.

Pertemuan tersebut dijadwalkan berlangsung pada pekan terakhir bulan Juni dan bertujuan untuk meredakan perselisihan di Teluk.

UEA memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni, bersama dengan Arab Saudi, Bahrain, Mesir dan negara-negara lain, setelah menuduh Doha mendukung “ekstremisme”. Qatar dengan keras membantah tudingan mereka.

Ini adalah krisis terburuk yang mencengkeram Teluk selama bertahun-tahun.

Keempat negara Arab tersebut telah menutup wilayah udara mereka bagi Qatar yang sangat bergantung pada impor makanan dan air, selain produk lainnya.

Langkah tersebut telah mengganggu impor makanan dan bahan lainnya dan menyebabkan beberapa bank asing memertimbangkan kembali usaha mereka.

Akhirnya Doha bekerja sama dengan Turki untuk mengamankan makanan dan minuman.

PBB: Serangan Udara AS Bunuh 300 Lebih Warga Sipil di Raqqah

JENEWA (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 300 warga sipil telah terbunuh, dan 160.000 orang mengungsi di tengah serangan udara yang intensif oleh koalisi anti-IS pimpinan AS di kota Raqqah di utara Suriah, sebuah komisi PBB mengatakan pada hari Rabu (14/6/2017), lansir Anadolu Agency.

“Kami mencatat secara khusus bahwa intensifikasi serangan udara, yang telah membuka jalan bagi Pasukan Demokratik SDF – Suriah – yang bergerak maju di Raqqah, secara mengejutkan telah mengakibatkan tidak hanya hilangnya nyawa warga sipil, namun juga menyebabkan 160.000 warga sipil melarikan diri dari rumah mereka dan menjadi pengungsi internal,” ketua Komisi Penyelidik Internasional Independen PBB di Suriah, Paulo Sergio Pinheiro mengatakan.

Berbicara pada Sesi ke-35 Dewan HAM PBB di Jenewa, Pinheiro mengatakan bahwa lebih dari 600.000 orang masih terjebak di wilayah yang terkepung di Suriah.

“Penolakan bantuan kemanusiaan yang terus berlanjut dan terus-menerus menyebabkan kekurangan makanan dan kebutuhan dasar,” katanya.

Baca juga:

Ketua juga menambahkan bahwa zona de-eskalasi yang disepakati oleh penjamin Rusia, Iran dan Turki pada putaran keempat perundingan Astana pada tanggal 4 Mei telah menghasilkan “pengurangan tingkat kekerasan yang jelas di zona sekitar Idlib dan Aleppo barat”.

Setelah sidang tentang Suriah di Dewan, Komisaris Karen Koning AbuZayd mengatakan kepada wartawan bahwa serangan udara Raqqah telah menyebabkan sekitar 300 warga sipil tewas, dan 200 di antaranya terbunuh di desa al-Mansoura.

Jumat lalu, SDF yang didukung AS, yang berisi banyak pasukan terkait dengan kelompok teroris PKK / PYD, meminta militan IS di Raqqah untuk menyerah pada akhir Juni.

Sejak saat itu, serangan udara dan artileri di kota – oleh koalisi yang dipimpin AS dan SDF – semakin meningkat, mengakibatkan sejumlah korban sipil.

Jet Tempur Rezim Syiah Assad Serang Penampungan Warga Sipil, 12 Tewas

DARAA (Jurnalislam.com) – Dua belas orang termasuk satu anak tewas pada hari Rabu (14/6/2017) dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan rezim Suriah di kota Daraa di barat daya Suriah, kata seorang pejabat pertahanan sipil.

Amer Abu Zaid mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa pasukan rezim Assad telah melakukan 10 serangan udara di Daraa tengah dan empat di distrik Tafas.

Semua korban dilaporkan tewas di Tafas saat jet-jet rezim Syiah Nushairiyah menargetkan sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan warga sipil, kata Zaid, menambahkan 13 orang juga terluka dalam serangan yang menjatuhkan 24 bom barel tersebut.

Penjamin Turki untuk oposisi, Rusia dan Iran untuk rezim Assad telah sepakat pada tanggal 4 Mei di ibukota Kazakhstan, Astana, untuk mendirikan “zona de-eskalasi” di Suriah yang dilanda perang.

Zona tersebut akan mencakup kota Idlib dan beberapa bagian Latakia, Homs, Aleppo dan Hama serta Damaskus, Ghouta Timur, Daraa dan Quneitra.

Suriah telah dikepung dalam perang global sejak Maret 2011. Menurut utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, sekitar 400.000 orang tewas dalam konflik tersebut sementara separuh penduduk terusir dari rumah mereka.

Untuk ke-114 Kali Penjajah Israel Hancurkan Desa Arab Badui di Negev, Palestina

PALESTINA (Jurnalislam.com) – Penjajah Israel menghancurkan sebuah desa Arab Badui di padang pasir Negev untuk ke-114 kalinya pada Rabu pagi (14/6/2017), kata penduduk, lansir World Bulletin.

Aziz Al-Touri, anggota Komite Lokal untuk Pertahanan Al-Araqib, mengatakan bahwa polisi tiba pagi-pagi datang dan menghancurkan rumah-rumah tersebut.

“Bayangkan, tentara yang dipersenjatai dengan senjata dan peralatan datang untuk menghancurkan rumah Anda dan meninggalkan keluarga Anda, termasuk anak-anak dan perempuan, di tempat terbuka,” katanya.

Rumah-rumah sederhana yang dibangun di desa Al-Araqib telah berulang kali dihancurkan sejak 2010 oleh pihak penjajah Israel, yang tidak mengakui desa tersebut.

Penduduknya adalah warga Arab Israel. Menurut kelompok hak legal Adalah, mereka mengungsi pada tahun 1951 sesaat sebelum daerah tersebut dinyatakan sebagai “tanah negara” oleh penjajah Israel.

Ini Sebabnya AS Kesulitan Klasifikasikan Ikhwanul Muslimin sebagai Kelompok Teror

WASHINGTON (Jurnalislam.com) – Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan bahwa mengklasifikasikan Ikhwanul Muslimin secara keseluruhan sebagai kelompok “teror” akan mempersulit keamanan dan politik Timur Tengah.

Kesaksiannya pada hari Rabu (14/6/2017) di depan Dewan Komite Hubungan Luar Negeri hadir di tengah meningkatnya ketegangan di Teluk, yang sebagiannya berpusat pada dukungan Qatar untuk Ikhwanul Muslimin, lansir Aljazeera.

Tillerson mengatakan bahwa akan bermasalah jika menempatkan seluruh organisasi dalam sebuah “daftar teror” karena anggota Ikhwanul Muslimin berjumlah lebih dari lima juta orang, dan beberapa di antaranya menduduki posisi di pemerintahan di seluruh wilayah teluk.

“Ada anggota Ikhwanul Muslimin yang telah menjadi bagian pemerintahan,” katanya, menunjuk parlemen di Bahrain dan Turki sebagai contohnya.

“Mereka menjadi bagian dalam pemerintahan dengan meninggalkan kekerasan dan terorisme,” katanya.

“Jadi, untuk menunjuk Ikhwan dalam keseluruhannya sebagai organisasi teroris … saya pikir Anda harus menghargai kompleksitas yang ada dalam hubungan kita dengan [pemerintah di wilayah ini].”

Diplomat tertinggi AS mengatakan Washington telah menunjuk anggota kelompok yang berkomitmen terhadap kekerasan sebagai “teroris”, namun klasifikasi keseluruhan kelompok yang luas akan menimbulkan komplikasi.

Arab Saudi, Bahrain, UEA, Mesir dan beberapa negara lain memutuskan hubungan dengan Qatar awal bulan ini atas dugaan dukungan untuk kelompok “ekstremis”, termasuk Ikhwanul Muslimin. Namun Doha membantah semua tuduhan.

Ikhwanul Muslimin adalah kelompok pergerakan Islamis tertua di dunia Arab. Meskipun secara resmi dilarang di beberapa negara, di banyak negara lainnya, cabang-cabangnya memainkan peran penting dalam politik domestik dan sering bertugas sebagai pejabat pemerintah.

Sampai saat ini, negara-negara yang memberi label Ikhwanul Muslimin sebagai “organisasi teroris” adalah: Bahrain, Mesir, Rusia, Arab Saudi, Suriah, dan Uni Emirat Arab.

Pada tahun 2013, penguasa Saudi melemparkan beban mereka di balik tindakan brutal militer Mesir terhadap pendukung Ikhwanul Muslimin. Pada bulan Maret 2014, kerajaan tersebut menunjuk kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai “teroris”.

Analis menyimpulkan bahwa sebuah kelompok Islamisme Sunni yang menyerukan partisipasi politik dan legitimasi elektoral, dimana Ikhwanul Muslimin kemungkinan adalah contoh terbaik, dipandang sebagai ancaman nyata, karena ia menawarkan model politik Islam yang berbeda dengan Negara Saudi.

Pertempuran Pasukan Filipina dan IS di Marawi Memasuki Pekan Keempat

FILIPINA (Jurnalislam.com) – Pertempuran di Kota Marawi di Filipina selatan telah memasuki pekan keempat, dengan pejabat militer mengakui bahwa tentara sedang berjuang untuk melonggarkan cengkeraman pasukan yang terkait Kelompok Islmic State (IS) di daerah pusat kota meski ada pemboman tanpa henti.

Juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan bahwa medan perkotaan menghambat kemajuan tentara karena para milisi bersembunyi di lingkungan permukiman, banyak di antara mereka berbaur dengan warga sipil yang mereka anggap sebagai tameng manusia, lansir Aljazeera, Selasa (13/6/2017).

Ketika ditanya kapan pertempuran akan berakhir, Padilla berkata: “Saya tidak dapat memberikan perkiraan karena perkembangan majemuk yang dihadapi oleh komandan di darat.”

Ratusan warga sipil lainnya masih terjebak di reruntuhan kota dan – menghadapi penangkapan, kelaparan atau pemboman dari atas – beberapa menerjang tembakan penembak jitu untuk melintasi jembatan menuju keselamatan. Beberapa ditembak mati, beberapa berhasil bertahan saat pertempuran berlanjut pada hari Selasa .

Hampir seluruh penduduk berjumlah sekitar 200.000 orang melarikan diri setelah pasukan terkait IS tersebut mencoba menyerbu, namun militer yakin bahwa di luar pos pemeriksaan yang berpagar di jalan utama masih ada sekitar 300-600 warga sipil yang terjebak atau disandera.

Militer telah menetapkan hari Senin, Hari Kemerdekaan Filipina, sebagai waktu untuk mengusir para milisi, baik lokal maupun asing.

Presiden Rodrigo Duterte, yang mengumumkan darurat militer di pulau Mindanao pada 23 Mei, yaitu beberapa jam setelah beberapa ratus pasukan menyergap bagian Kota Marawi dan mencoba menutupnya, tidak tampak pada perayaan hari kemerdekaan manapun.

Duterte terkenal karena perang brutalnya terhadap narkoba sejak dia menjabat setahun yang lalu.

Beberapa laporan media menyoroti tidak adanya presiden pada saat konflik serius, namun seorang juru bicara mengatakan dia lelah dan perlu istirahat.

Pada hari Selasa, jumlah pasukan filipina dan warga sipil yang telah tewas dalam peperangan Marawi secara resmi masing-masing berada di posisi 58 dan 26. Jumlah korban tewas pasukan militan ditetapkan sebesar 202.

Milisi Syiah di Irak Culik 7.000 Warga Sipil

IRAK (Jurnalislam.com) – Badr al-Fahl, anggota Parlemen Irak untuk gubernur Salah El Din, mengungkapkan bahwa ada empat penjara milik Milisi Syiah Mobilisasi Populer yang menampung lebih dari 7 ribu orang yang diculik dari penduduk Salahuddin dan provinsi lainnya, Al Arabiya melaporkan, Selasa (13/6/2017).

Amnesty International melaporkan Milisi Mobilisasi Populer menculik sekitar 650 warga Irak selama operasi untuk memulihkan Fallujah tahun lalu.

Organisasi tersebut meluncurkan kampanye “Where are they” untuk mengetahui predestinasi orang-orang yang diculik.

Dalam konteks lain, agen Tasnim Iran menerbitkan foto anak-anak Irak saat berlatih senjata dan saat di kamp-kamp Milisi Mobilisasi Populer di Irak.

Agensi menulis di foto bahwa sekumpulan orang melatih anak-anak untuk membawa senjata, yang kemungkinan akan mereka tingkatkan suatu hari demi mengikuti jalan orang tua mereka. Menurut agensi tersebut, ada semacam kebanggaan mengenai merekrut anak-anak dan melatih mereka dengan senjata berbahaya.