Beginilah Seharusnya Pengikut Syaikh Abu Mus’ab Az Zarqawi

Jurnalislam.com – Berikut adalah kutipan yang diambil dari dialog antara Abu Mus'ab az-Zarqawi rahimahullah dalam kuesioner yang dirilis oleh al-Furqan Foundation mengenai bekerjasama dengan kelompok bid'ah dalam jihad fie sabilillah.

Semoga Allah membukakan mata & telinga kita semua yang mengikuti manhaj Syaikh Az Zarqawi. Berikut petikan dialognya:

Tanya  : Ada juga orang yang menyalahkan Anda karena Anda berkompromi dalam hal bid’ah.

Jawab  (Abu Mus'ab az-Zarqawi) :  Kami akan bersama dengan setiap tandzim atau kelompok yang menganggap diri mereka sebagai  Islam, yang memuja Allah dengan berjihad di jalan-Nya dan melawan musuh-musuh agama Allah dari kalangan Tentara Salib dan orang-orang murtad.

Selama mereka adalah Muslim maka kita membantu mereka, bersekutu dengan mereka dan tidak memisahkan diri dari mereka, bahkan jika mereka memanjakan diri dalam beberapa bidah, namun kita membebaskan diri kita dari bid’ah mereka.

Tanya : Siapa yang lebih baik, seorang Muslim yang terlibat dalam bid'ah namun berjuang atau Muslim yang memiliki aqidah murni tetapi tidak berjihad?

Jawab (Abu Mus'ab az-Zarqawi)   : Adapun orang yang mengatakan dia Muslim yang beraqidah murni  tetapi meninggalkan jihad maka dia seorang yang Fasiq.

Dan untuk Muslim yang berjuang di jalan Allah maka dia lebih baik daripada yang tidak jihad, bahkan jika dia terlibat dalam bid'ah, dan aku akan membuat masalah ini lebih jelas untuk Anda: Ada Taliban misalnya , apa yang dikenal dari mereka adalah bahwa mereka Maturidis yang lulusan dari sekolah Deoband dan juga diketahui bahwa mereka tidak menerima kecuali untuk memerintah dengan hukum Allah, mereka berjuang di jalan Allah dan berdiri dalam menghadapi tirani Amerika.

Mereka memiliki beberapa kesalahan dan kami tahu ini, tetapi mereka lebih baik bagi saya daripada mereka yang "paham aqidah dengan benar" seperti (para ulama dari Jazirah Arab) yang setia pada thaghut  Abdul'Azeez bin Abdullah. Bukan yang "benar aqidahnya" saja tapi apa yang telah mereka lakukan dan siapa yang lebih baik di sisi Allah? Mullah Muhammad Umar atau mereka? Sebaliknya Mullah Muhammad Umar lebih baik dibandingkan seluruh bumi penuh dengan orang-orang seperti mereka.

Bagaimana teori aqidah yang kita miliki bisa memberi manfaat? Dan apa gunanya memiliki aqidah Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim dan Muhammad ibn' Abdul Wahhab sementara aqidah tersebut hanya berkumpul di pikiran mereka dan dikurung di dada mereka, tidak terlihat di tempat terbuka dan tidak terlihat efeknya pada para tawaghit.

Sebaliknya mereka menghalangi jalan Allah dengan  berjanji untuk thaghut, meniadakan jihad, memberi label pertempuran mujahidin sebagai "partai sesat", jadi apa guna "aqidah" yang mereka bawa jika tidak diikuti dengan tindakan dan tidak berbuah: [Katakanlah: "yang terburuk memang adalah apa yang iman anda perintahkan pada anda jika anda percaya: Al-Baqarah, 93.]

Taliban adalah seratus kali lebih baik daripada mereka, bahkan tidak bisa dibandingkan atau tidak ada kesamaan di antara mereka.

Contoh lain adalah Syeikh Abdullah al-Janabi, dan dia seorang sufi, kita tidak setuju dengan dia dan meskipun Syeikh Abu Anas ash-Shami akan mencium kepalanya, kita mengharapkan yang baik dari dia dan berharap untuk menarik dia ke jalan Salaf dan Syeikh Abu Anas memberi dia salah satu buku dari Shaykhul Islam ibn Taimiyah.

Apalagi yang kita inginkan dari seorang pria ketika ia mengangkat panji jihad dan pergi menuju pertempuran bersama kaum muslimin? Demi Allah dia lebih baik dalam pandangan kami daripada mereka yang mencegah dan mundur dari jihad.

Meskipun demikian kita tidak akan berkompromi, kita tidak akan berdiskusi dengan dia, tetapi dalam waktu perang dan pertempuran kita akan menarik senjata kita bersamanya melawan musuh melampaui batas Perang Salib.

Jadi saudaraku , bawalah saya ke sufi yang membawa bid’ah tapi bertempur di jalan Allah, saya akan mencium kakinya dan ia lebih baik di mataku daripada orang yang menahan diri dari jihad, bahkan jika ia mengaku membawa aqidah yang benar. Bagi saya selama dia seorang Muslim dan mujahid, dia adalah yang baik dan lebih baik dari apapun yang mundur dari jihad. Jihadnya tidak mencegah saya memutuskan hubungan diri karena bid’ahnya dan juga tidak menyebabkan saya untuk tidak membantu dia.

Juga telah diketahui bahwa para ulama berjuang bersama Yazeed yang Khariji ketika ia berjuang melawan para Fatimiyah, meskipun ia berasal dari sekte yang disebut "anjing-anjing neraka".

Ya, saya berjuang bersama para pelaku bid’ah. Saya tidak melawan dia atau berada di bawah benderanya, tapi saya memberinya dakwah dengan kebaikan dan berharap agar ia (kembali ke) Islam dan memberi bimbingan ke jalan Sunnah. Pada saat yang sama saya tidak akan mengusung pedang melawan dia, selama kita melawan musuh yang sama.

Adapun pelaku bid’ah ini, maka kita harus bersabar dengan dia, kami mengajak dia (untuk yang baik), berjuang bersama dia, kami tidak setuju dengan kesalahannya atau melakukan kompromi mengenai hal itu, dan kami terus mengajak dia sampai ia kembali ke Sunnah.

Ini adalah agama Allah: Kami harus bersabar dengan dia, mengajak dia dengan kebaikan dan kami membantunya karena dia adalah Islam. Kami tidak mengatakan kepadanya: "Anda boleh dengan bid’ah ini dan tidak ada salahnya dengan bid’ah ini,"…  Tapi kami mengatakan langsung tentang bahaya (bid’ah), dengan kebaikan dan kelembutan dan mengingatkan dia tentang hak-hak persaudaraan Islam yang membawa kita pada kebersamaan.

Dan meskipun telah diriwayatkan dari beberapa salaf bahwa mereka akan mengusir para pelaku bid’ah dari kelompok, maka itu adalah selama hari-hari sudah tegaknya Islam, sedangkan untuk hari ini kita menghadapi keinginan musuh yang melampaui batas setelah pemberantasan Islam dan membasmi agama Islam secara keseluruhan. Karena itu kita wajib untuk berjuang bersama dengan setiap Muslim, tanpa menetapkan penyangkalan dari bid’ahnya, dan ini adalah apa yang Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah lakukan ketika ia berjuang di Tartar, karena ia berjuang bersama kaum sufi, Ash'aris dan di bawah panji-panji Mameluke, yang terdiri dari aqidah Sufi, Ash'aris dan sangat mengikuti sekolah pemikiran.

Kenyataannya adalah bahwa tidak ada generasi atau tentara setelah para Sahabat dan Tabi'in yang benar-benar "murni".

Dan kami mengkonfirmasi bahwa ada kesalahan, ada di antara mujahidin yang memiliki beberapa bid’ah, namun hal ini tidak mencegah kita dari berjuang bersamanya melawan musuh yang melampaui batas.

Adapun dengan tandzim kami sendiri, maka kami menetapkan mengikuti Sunnah, meninggalkan bid’ah, berpantang dari dosa besar, ini adalah apa yang kami tetapkan atas diri kita dan yang mengikuti kita. Adapun orang yang yang tidak mampu memenuhi itu, maka tidak bergabung dengan kami tidak berarti akan melawan dia atau mengabaikan hak dia atas kita melainkan tetap membantu dia dengan pedang dalam pertempuran dan dengan lidah menasehatkan kepadanya.

[Sumber, diambil dari: "Sebuah dialog dengan Syeikh Abu Mus'ab az-Zarqawi, 1427 H" oleh al-Furqan Foundation, Hal. 23-24]

Penterjemah : ded412

 

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.