Al Qaeda Mali Serang Markas Militer, 14 Pasukan Tewas dan 18 Terluka

Al Qaeda Mali Serang Markas Militer, 14 Pasukan Tewas dan 18 Terluka

MALI (Jurnalislam.com) – Sedikitnya 14 tentara Malia telah tewas dan 18 lainnya luka-luka dalam sebuah serangan pejuang al-Qaeda di mana pejuang mengambil alih sebuah kamp militer di utara negara Afrika tersebut, kata militer.

“Pasukan bersenjata Malia diserang pagi ini, sekitar pukul 4 pagi waktu setempat, di Soumpi (wilayah Timbuktu). Kami telah mencatat 14 korban tewas, 18 luka-luka dan kerusakan material,” kata sebuah pernyataan dari militer yang diposkan di media sosial, Sabtu (27/1/2018), lansir Aljazeera.

Serangan mematikan tersebut memaksa Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita untuk membatalkan kunjungan ke KTT Uni Afrika yang akan diadakan di Addis Ababa, ibu kota Ethiopia.

Pada pertempuran dini hari itu tentara kehilangan kendali atas pangkalan tersebut, namun merebutnya kembali dari para pejuang pada siang hari, sebuah sumber militer Mali yang tiba di lokasi mengatakan kepada kantor berita AFP.

“Pasukan Malian kembali menguasai kamp. Dua penyerang terbunuh,” kata sumber tersebut.

Pasukan PBB di Mali Utara Dihantam Ranjau Darat, 3 Tewas

Insiden Soumpi terjadi dua hari setelah 26 warga sipil termasuk ibu-ibu dan anak mereka terbunuh saat kendaraan mereka melewati ranjau darat di Boni, Mali tengah, menurut laporan korban tewas PBB.

Pemerintah Malian semakin kehilangan cengkeramannya di daerah pedesaan di tengah meningkatnya serangan al-Qaeda terhadap pasukan pemerintah dan asing.

Pejuang Al-Qaeda dalam koalisi dengan gerakan Azawad menguasai padang pasir yang luas di Mali utara sejak awal tahun 2012, namun mulai didorong mundur dalam operasi militer pimpinan Perancis yang diluncurkan pada Januari 2013.

Pada bulan Juni 2015, pemerintah Mali menandatangani sebuah perjanjian damai dengan koalisi oposisi yang tidak berafiliasi dengan al-Qaeda. Tapi pejuang tetap aktif, dan traktat (wilayah) besar di negara ini tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah.

Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu (24/1/2018) dengan suara bulat mengadopsi sebuah pernyataan rancangan Prancis yang memberi kesepakatan perdamaian 2015 bagi para pihak yang bertikai sampai akhir Maret tahun ini untuk menunjukkan kemajuan atau mendapatkan sanksi.

Serangan Terkoordinasi Al Shabaab Tewaskan 23 Pasukan Uni Afrika dan Somalia

Dewan tersebut mengatakan bahwa ada “kebutuhan mendesak untuk menyampaikan keuntungan perdamaian yang nyata dan terlihat kepada penduduk di utara dan bagian Mali lainnya” menjelang pemilihan yang dijadwalkan tahun ini.

Mali adalah satu dari negara di wilayah Sahel Afrika yang telah dilanda perang yang sedang berlangsung yang mendahului kebangkitan al-Qaeda.

Negara ini telah bergabung dengan apa yang disebut “kekuatan Sahel G5” dengan Mauritania, Niger, Chad dan Burkina Faso, yang menggabungkan militer mereka untuk berperang.

Mali telah menghadapi medan perang intensitas rendah yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Meskipun merupakan penghasil emas terbesar ketiga di benua Afrika, separuh dari populasinya hidup dengan kurang dari $ 1 per hari, yang berada di bawah garis kemiskinan internasional.

Bagikan