GAZA (jurnalislam.com)– Israel terus memperketat blokade bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, termasuk makanan dan obat-obatan, sambil melancarkan serangan udara intensif yang menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina dalam semalam dan Kamis dini hari (24/4/2025). Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
Koresponden Al Jazeera melaporkan, tiga anak tewas saat serangan menghantam tenda pengungsi di dekat Nuseirat, Gaza tengah. Sementara itu, satu wanita dan empat anak lainnya tewas saat rumah mereka di Kota Gaza dihantam rudal.
Dalam serangan terpisah, seorang jurnalis lokal, Saeed Abu Hassanein, turut menjadi korban. Kematian Hassanein menambah daftar jurnalis yang tewas selama konflik menjadi sedikitnya 232 orang, menjadikan perang ini sebagai salah satu yang paling mematikan bagi pekerja media.
Krisis Kemanusiaan Makin Parah
Tareq Abu Azzoum, reporter Al Jazeera yang melaporkan langsung dari Deir el-Balah, menyebut Gaza tengah saat ini mengalami peningkatan eskalasi militer. Ia menyoroti kondisi sulit tim penyelamat yang kekurangan peralatan dan harus berjuang menjangkau korban yang terperangkap di bawah reruntuhan bangunan.
“Peralatan evakuasi banyak yang rusak atau hancur. Setiap detik sangat berharga, namun kami terhambat dari segala sisi,” kata Tareq.
Pusat komunikasi Otoritas Palestina yang berpusat di Tepi Barat menyampaikan kecaman keras terhadap agresi Israel. Dalam pernyataan resminya, mereka menyebut bahwa tidak ada jeda, tidak ada belas kasihan, dan tidak ada sisi kemanusiaan dalam operasi militer Israel saat ini.
Pernyataan tersebut disertai video yang memperlihatkan tank-tank Israel melintasi puing-puing kamp pengungsi Shaboura di Gaza selatan.
“Di kamp pengungsi Shaboura, seperti di setiap sudut Gaza lainnya, kehancuran tidak pernah berakhir,” tulis pernyataan itu.
Delapan Pekan Tanpa Bantuan
Israel telah memblokir masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza selama delapan minggu terakhir. Langkah ini dikritik keras oleh badan-badan internasional termasuk PBB, yang menyebut situasi di Gaza sebagai “krisis kemanusiaan terburuk” sejak perang pecah Oktober lalu.
Sementara warga sipil terus berjatuhan, dunia internasional mendesak gencatan senjata segera dan akses penuh terhadap bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa mereka yang tersisa.
Reporter: Bahri
Sumber: Al Jazeera