ANKARA (Jurnalislam.com) – Penarikan pasukan AS dari Suriah harus direncanakan dengan hati-hati dan dilakukan dalam kerjasama dengan mitra yang tepat untuk melindungi kepentingan NATO, masyarakat internasional dan rakyat Suriah, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Senin (7/1/2019).
“Turki, yang memiliki pasukan tetap NATO kedua terbesar, adalah satu-satunya negara dengan kekuatan dan komitmen untuk melakukan tugas itu,” kata Erdogan dalam sebuah artikel yang ditulis untuk The New York Times.
Erdogan menekankan bahwa Turki berkomitmen untuk mengalahkan IS dan kelompok-kelompok teror lainnya di Suriah (mengacu pada PYD/PKK).
“Sudah waktunya bagi semua pemangku kepentingan untuk bergabung dengan pasukan Turki guna mengakhiri teror yang dilepaskan oleh kelompok Islamic State, musuh Islam dan kaum Muslim di seluruh dunia, dan untuk melestarikan integritas wilayah Suriah,” katanya.
Baca juga:
-
Hampir 295.000 Warga Suriah Sudah Kembali dari Turki
-
Lebih dari 40.000 Warga Suriah di Turki Kembali ke Kampung Halamannya
-
Turki dan Integritas Teritorial Suriah
-
Meski Tidak Setujui Semua, Begini Kompromi Rusia dan Turki Mengenai Konflik Suriah
“Turki secara sukarela memikul beban berat ini pada masa kritis dalam sejarah,” kata Erdogan dan mendesak masyarakat internasional untuk berdiri bersama Turki.
Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump membuat keputusan tak terduga untuk menarik 2.000 tentara AS dari Suriah, memicu kecaman dari banyak sekutu dan pembantu keamanan, termasuk Kabinetnya sendiri.
Turki telah berulang kali mengecam dukungan AS untuk pasukan PYD/YPG, cabang Suriah dari organisasi teror PKK, sebagai “sekutu yang dapat diandalkan” di Suriah, termasuk memasok senjata dan peralatan tempur.