Video Salim at Tamimi, Stimulus Baru Proyek Perang Lawan Terorisme di Indonesia

JAKARTA (Jurnalislam.com) – Video ancaman seorang anggota Islamic State (IS) kepada TNI, Densus 88, dan Banser Barisan Ansor Serba Guna (Banser) dinilai akan menjadi stimulus baru bagi proyek perang melawan terorisme dalam bentuk regulasi dan penindakannya di Indonesia. Pandangan ini disampaikan oleh pengamat kontra-terorisme Harits Abu Ulya dalam rilisnya kepada Jurniscom, Sabtu (27/12/2014).

Menurut Harits, sisi lain di Indonesia ada situasi psikologis politik keamanan untuk segera menetapkan IS sebagai ancaman serius diluar al Qaidah dan mempidanakan pendukungnya.

“Dan tindakan Salim Penceng seperti "berkah" yang bisa diolah menjadi stimulus kepentingan proyek kontra-terorisme di Indonesia mendapat legitimasi kuat dimanesfestasikan dalam bentuk regulasi dan penindakan,” kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) itu.

“Video Salim membuat isu IS mendapatkan momentumnya kembali,” tegasnya.

Namun, Harits menghimbau pemerintah dengan aparat TNI dan Polrinya tidak perlu paranoid lalu kemudian bercerita demikian besarnya ancaman ISIS bagi keamanan dan kedaulatan Indonesia hanya berdasarkan statemen pribadi seorang Salim Penceng.

Bagi Harits, video tersebut tidak lebih adalah narsisme seorang Salim dengan sebuah impian untuk Indonesia. “Statemen salim belum tentu representasi dari Islamic State,” ujarnya.

Karenanya, pemerintah tidak perlu inferiority hingga membuat sikap tidak proporsional atas langkah beberapa individu seperti Salim Penceng. “Kalau kucing tidak perlu dianggap harimau,” tegasnya.

Aparat intelijen Indonesia yang berserak di BIN, BAIS, Kepolisian dll dinilainya telah gagal jika tidak bisa membaca peta kekuatan sesungguhnya dan menakar secara akurat potensi ancaman yang ditebar lewat Youtube tersebut semisal statemen Salim Penceng.

“Kecuali semua potensi ancaman itu sebatas dimonitoring dan dibiarkan kemudian dikelola menjadi sebuah isu sedemikian rupa untuk melegitimasi sebuah proyek keamanan dengan judul war on terrorism in Indonesia,” tambahnya.

Pernyataan Salim Penceng, kata Harits, berhadapan dengan realitas keindonesiaan yang kompleks. “Bukan hal sederhana seperti membalik tangan untuk membuktikan apa yang ia ucapkan,” pungkasnya.

Salim Mubarok at Tamimi alias Abu Jandal al Yamani al Indonesi atau yang lebih dikenal dengan Salim Penceng adalah pria keturunan Arab Yaman fam Tamimi kelahiran Pasuruan Jawa Timur. 

Ally | Jursniscom

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.