JAKARTA (Jurnalislam.com) – Harits Abu Ulya angkat bicara soal tindakan refresif aparat kepolisian yagn menyerang mahasiswa di mushola RRI Pekanbaru tanggal 25 November lalu yang mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas mushola serta melukai sejumlah mahasiswa. Selain over acting dan tak bertetika, ia menduga tindakan itu dibawah restu atasan.
“Tindakan overacting dan melampui etika beragama yang ditampilkan polisi dilapangan menurut saya adalah cerminan kualitas aparat yang tidak profesional dan rendah etiketnya,” kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) itu dalam rilisnya kepada Jurnalislam.com pagi ini, Selasa (2/12/2014).
Menurutnya, tindakan liar seperti itu bisa jadi juga atas restu komandan yang ada di lapangan, atau bahkan karena adanya tekanan berlebihan dari para petingginya yang takut dicopot jabatannya jika tidak bisa membungkam demo kenaikan BBM.
“Bahkan bisa jadi sebaliknya para petinggi ingin cari muka untuk kepentingan opurtunisnya,” pungkasnya.
Lebih lanjut Harits Abu Ulya menyatakan keprihatinannya atas hilangnya fungsi aparat sebagai pengayom dan pelayan rakyat dan cenderung menjadi alat untuk kepentingan kekuasaan.
“Tentu sangat memprihatinkan jika negara dikelola dengan pendekatan ego kekuasaan,” imbuhnya.