PALESTINA (Jurnalislam.com) – Penjajah Israel dan Palestina akhirnya sepakati penyaluran air bersih kepada masyarakat Palestina yang menderita kekeringan, sebuah hal yang jarang terjadi saat kunjungan terakhir utusan Timur Tengah AS ke wilayah tersebut, lansir Aljazeera Kamis (13/7/2017).
Kesepakatan yang diumumkan oleh Jason Greenblatt, perwakilan Timur Tengah AS, di Yerusalem pada hari Rabu (12/7/2017) akan memberi sekitar seperempat dari kebutuhan air tahunan wilayah Palestina dengan harga yang lebih rendah.
Menteri Kerjasama Regional Zionis Tzachi Hanegbi dan Mazin Ghunaim, kepala Otoritas Air Palestina, juga hadir saat kesepakatan tersebut diumumkan.
Greenblatt mengatakan bahwa dengan kesepakatan tersebut, Israel akan menyediakan 32 juta meter kubik atau 32,9 miliar liter air per tahun dalam waktu dekat untuk dijual di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Proyek pipa senilai $ 900 juta diharapkan selesai dalam waktu hampir lima tahun. Ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar, yang mencakup Yordania, untuk mengirim air melalui jalur pipa dari Laut Merah ke Laut Mati.
“Air adalah isu yang sangat politis antara pejabat Israel dan Palestina,” Harry Fawcett dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Jerusalem Barat, mengatakan.
“Palestina memperjelas bahwa walaupun mereka menyambut baik kesepakatan khusus ini, hal itu tidak mempengaruhi status negosiasi dalam hal penyelesaian akhir antara Israel dan Palestina.”
Negosiator AS, Israel dan Palestina berharap kesepakatan tersebut juga dapat membuka jalan bagi kembalinya negosiasi antara kedua belah pihak, setelah perundingan hancur pada 2014.
Warga Palestina menderita kekurangan air dan mengatakan bahwa distribusi sumber air yang tidak setara menguntungkan Israel.
Ghunaim mengatakan 22 juta meter kubik akan menuju Tepi Barat yang diduduki, sementara 10 juta meter kubik lainnya akan mengalir ke Gaza.
“Ini akan mengurangi penderitaan rakyat Palestina dan krisis yang mereka hadapi yang meningkat musim panas ini,” katanya.
Pada tahun 2013, Israel, Yordania dan Palestina menandatangani sebuah nota kesepahaman mengenai proyek air yang mencakup rencana untuk membangun pabrik desalinasi di Laut Merah.
Hanegbi mengatakan bahwa kesepakatan yang lebih luas adalah yang “paling ambisius” dalam sejarah kawasan ini.
“Ini akan memasok sejumlah besar air ke Yordania, Israel dan Palestina,” kata Hanegbi.
“Kita semua di ruangan ini membuktikan bahwa air dapat berfungsi sebagai sarana untuk rekonsiliasi, untuk kemakmuran, untuk kerja sama, dan bukan menjadi penyebab ketegangan dan perselisihan.”
Sejak menjajah Palestina di Tepi Barat pada tahun 1967, Zionis menguasai sumber air Palestina melalui kesepakatan pembagian air yang mencegah orang-orang Palestina untuk memelihara atau mengembangkan infrastruktur air mereka melalui rezim perencanaan dan perizinannya.
Akibatnya, ribuan orang Palestina tidak dapat mengakses pasokan air yang cukup dan menjadi bergantung pada penjajah Israel dalam masalah air.