Militer Turki Masuk ke Dalam Idlib Tanpa Koordinasi, Ini Kata Erdogan

Militer Turki Masuk ke Dalam Idlib Tanpa Koordinasi, Ini Kata Erdogan

ANKARA (Jurnalislam.com) – Ankara mengambil “tindakan sendiri” di provinsi Idlib di Suriah tanpa koordinasi dengan Aliansi bersenjata Hayat Tahrir al Sham (HTS) yang mengendalikan provinsi Idlib karena perbatasan Idlib berbatasan dengan Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Jumat (13/10/2017).

“Turki berbagi perbatasan dengan Idlib. Jadi, kita harus mengambil tindakan sendiri, “Erdogan mengatakan pada sebuah pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di ibukota Turki, Anadolu Agency melaporkan.

“Kami memiliki garis perbatasan panjang sepanjang 911 kilometer dengan Suriah. Kamilah yang terus-menerus berada dalam ancaman,” tambahnya.

Presiden tersebut menyatakan bahwa Turki adalah sasaran serangan dan plot harian.

“Beberapa serangan tersebut dilakukan untuk mengalihkan perhatian dan energi kami dari perkembangan kritis di wilayah kami,” katanya.

“Mereka yang mendukung kelompok teror seperti, Kelompok Islamic State (IS), Organisasi Teroris Fetullah [FETO] dan PKK (YPG) gagal menyudutkan Turki [dan] sekarang mengambil tindakan langsung,” tambahnya.

Berbicara tentang masa-masa sulit yang dihadapi Turki, termasuk usaha kudeta 15 Juli tahun lalu, Erdogan mengatakan bahwa negara tersebut tidak akan melupakan orang-orang yang mendukungnya di masa-masa sulit atau orang-orang yang “berdiri dengan cara Turki”.

“Tentu kita tahu bahwa hubungan antar negara tidak bisa diatur sesuai asas pertemanan mutlak dan permusuhan mutlak,” tambahnya.

Hayyat Tahrir al Sham Rilis Pertempuran dengan IS di Provinsi Hama

Erdogan juga mengatakan bahwa Turki “sangat tidak nyaman” dengan apa yang dia sebut “standar ganda” yang ditunjukkan oleh beberapa negara terhadap Turki.

“Setiap hari Turki menghadapi pertandingan baru melawan mereka yang tidak bisa membuat kita berlutut di bidang politik, diplomatik, militer atau ekonomi,” kata Erdogan.

“Kami tidak dibatasi hanya dengan perlawanan atau pertahanan. Kami menerapkan rencana permainan kami sendiri, selangkah demi selangkah,” tambahnya.

Pernyataan Erdogan muncul setelah militer Turki mengumumkan pembuatan pos pengamatan di Idlib di bawah kesepakatan Mei antara Turki, yang mendukung kelompok-kelompok bersenjata penentang rezim Suriah Bashar al-Assad, pemimpin Suriah, dan Rusia dan Iran, yang mendukung rezim Syiah Assad.

Kesepakatan tersebut bertujuan untuk memastikan kelanjutan gencatan senjata yang disepakati Desember lalu antara ketiga negara penjamin.

Menurut pernyataan militer, zona de-eskalasi ini diciptakan untuk “meningkatkan keefektifan gencatan senjata, mengakhiri konflik, membawa bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan [dan] menetapkan kondisi yang diperlukan untuk kembalinya orang-orang yang mengungsi”.

Operasi militer terbaru Turki mengikuti Operasi Euphrates Shield, dimana Tentara Pembebasan Suriah (FSA), yang didukung oleh pasukan Turki, menyingkirkan kelompok Islamic State dari wilayah di Suriah utara antara Agustus 2016 dan Maret 2017.

Bagikan