Kondisi Kamp Pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh Semakin Memburuk

Kondisi Kamp Pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh Semakin Memburuk

BANGLADESH (Jurnalislam.com) – Kondisi kemanusiaan di kamp-kamp yang menampung pengungsi Rohingya di Bangladesh akan semakin memburuk dalam beberapa bulan ke depan, kata seorang penyelidik hak asasi manusia kepada Al Jazeera, Ahad (21/1/2018), sekaligus juga mengemukakan kekhawatirannya tentang sebuah rencana untuk mengembalikan minoritas yang melarikan diri tersebut ke Myanmar.

Dalam sebuah wawancara dari kamp pengungsi Balukhali di Cox’s Bazar, Yanghee Lee, seorang pelapor khusus PBB yang dilarang mengunjungi Myanmar oleh pemerintah Aung San Suu Kyi, mengatakan bahwa dengan mendekatnya musim hujan di Bangladesh, kamp-kamp penuh sesak “akan menderita tanah longsor dan kita dapat melihat sejumlah besar korban jiwa.”

Lee juga memperingatkan kemungkinan “wabah penyakit” yang akan menyebar karena curah hujan yang deras.

Utusan PBB tersebut akan mengunjungi Myanmar pada bulan Januari untuk menilai keadaan hak asasi manusia di seluruh negeri, termasuk di negara bagian Rakhine, di mana sebuah tindakan militer brutal telah mengirim lebih dari 650.000 minoritas Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.

Orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan tersebut menceritakan sebuah operasi militer sistematis pembunuhan massal, pemerkosaan, mutilasi, penyiksaan dan pembakaran. PBB menggambarkan situasinya sebagai “contoh nyata pembersihan etnis.”

Ungkap Kekerasan Etnis di Rohingya saat Pidato, Politisi Budha Myanmar Ini Ditangkap

Lee mengambil peran pemantauan hak pada tahun 2014, dan diharuskan mengunjungi Myanmar dua kali setahun untuk melapor ke Dewan Hak Asasi Manusia dan Majelis Umum PBB.

Dia bulan lalu dilarang melakukan penyelidikan.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Lee mendesak masyarakat internasional untuk membantu memecahkan masalah kamp-kamp yang penuh sesak di Bangladesh.

“Kamp konsentrasi pengungsi itu… sangat tidak manusiawi.”

Sebagai bagian dari kesepakatan repatriasi yang ditandatangani oleh dua negara tetangga Asia tersebut pada bulan November tahun lalu, pejabat Bangladesh dan Myanmar pekan lalu sepakat mengenai rencana untuk memfasilitasi kembalinya mereka yang mengungsi dalam dua tahun ke depan.

Sebanyak 1.550 pengungsi akan dikirim kembali setiap pekan, yang akan bertambah menjadi sekitar 156.000 selama periode dua tahun.

Pengungsi Rohingya: Kami Tidak Berharap untuk Kembali

Namun Lee mengatakan situasi di Myanmar tidak kondusif bagi pengungsi Muslim Rohingya untuk kembali.

“Pertama-tama, ke mana mereka akan kembali? Mereka telah kehilangan mata pencaharian mereka, mereka telah kehilangan hasil panen mereka, mereka telah kehilangan ladang mereka,” katanya kepada Al Jazeera.

“Semua beras sekarang dilaporkan dijual ke tempat lain ke negara lain. Mereka telah kehilangan rumah mereka, jadi proses pembangunan kembali akan menjadi besar, dan masyarakat ini tidak boleh hidup dalam situasi seperti kamp lainnya.”

Dia juga mendesak agar pengungsi kembali ke rumah mereka sepenuhnya dengan sukarela, dengan menekankan bahwa perlu ada “informed consent … sehingga mereka akan tahu persis apa yang akan mereka jalani kembali.”

Kirim Bantuan Langsung, PM Turki Ajak Negeri-negeri Muslim Peduli Pengungsi Rohingya

Krisis Rohingya dimulai pada bulan Agustus, ketika tentara Budha Myanmar melancarkan tindakan keras berdarah kepada warga sipil dalam menanggapi serangan balasan terhadap pos-pos perbatasan oleh kelompok bersenjata Arakan Rohingya Salvation Army.

Sebagian besar minoritas Muslim, yang tinggal terutama di Negara Bagian Rakhine, tidak diakui sebagai kelompok etnis di Myanmar, meskipun telah tinggal di sana selama beberapa generasi. Kewarganegaraan mereka ditolak dan mereka dianggap tidak memiliki kewarganegaraan.

Bagikan