Kisah KH Ahmad Azhar Basyir, Ketua Muhammadiyah yang Berikan Kuliah Tauhid di Akademi Katolik

Kisah KH Ahmad Azhar Basyir, Ketua Muhammadiyah yang Berikan Kuliah Tauhid di Akademi Katolik

JAKARTA(Jurnalislam.com)– Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.Si mengajak umat beragama saling bertasamuh (toleransi) dan saling memahami  sikap teologis internal umat Islam, wabil khusus kasus ceramah Ustad Abdul Somad (UAS).

Ia meminta masyarakat melihat pelajaran dari sejarah di masa lalu, ketika umat Islam menegaskan ajarannya.

KH Faturrahman mengisahkan peristiwa  pada era Ketua PP Muhammadiyah Periode 1990-1995, KH Ahmad Azhar Basyir, MA.

Ketika itu, tahun 1969, Kiai Azhar Basyir,  menyampaikan kuliah tentang Muhammadiyah di Akademi Kateketik Katolik Yogyakarta.

Secara tulus Kiai Azhar Basyir menyampaikan ucapan terima kasih, bahkan merasa mendapat kehormatan dengan undangan dari Institusi Katolik tersebut.

Dalam ceramah berjudul “Mengapa Muhammadijah berjuang menegakkan tauhid jang murni?”, Kiai Azhar menyampaikan; “Karena Muhammadijah yakin benar-benar, dan ini adalah keyakinan seluruh umat Islam, bahwa tauhid jang murni adalah ajaran Allah sendiri.

Segala ajaran jang bertendensi menanamkan kepercayaan “Tuhan berbilang” bertentangan dengan ajaran Allah.

Dan oleh karena keyakinan “Tuhan berbilang” itu menyinggung keesaan Tuhan jang mutlak, maka keyakinan “Tuhan berbilang” itu benar-benar dimurkai Allah. Tauhid murni mengajarkan keesaan Tuhan secara mutlak.

Kepercayaan bahwa sesuatu atau seseorang selain Allah mempunjai sifat ke-Tuhanan, disebut “syirik”. Syirik adalah perbuatan dosa terbesar jang tidak diampuni Allah.”

Meski disampaikan di depan umat Katolik,  pidato Kiai Azhar Basyir tidak dianggap menista ajaran Katolik.

“Sebab pidato tersebut tidak dapat dipisahkan dari konteks; baik konteks peristiwa atau lingkungan di mana beliau diminta untuk memberi kuliah tentang Muhammadiyah, konteks internal pembicara yang tak dapat dipisahkan dari suasana batin maupun keyakinan agamanya (tauhid murni). Sebab beliau tak hendak tampil dengan wajah ganda. Beliau menerangkan tauhid yang autentik, dan tak bermaksud menista keyakinan saudara-saudara kita yang beragama Katolik,” tambah Faturahman Kamal.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.