GAZA (jurnalislam.com)- Di tengah reruntuhan Gaza yang porak-poranda dan malam yang menggigit sunyi, seorang ayah Palestina mengambil keputusan yang mungkin menjadi penentu antara hidup dan mati. Majid Abu Laban, seorang pria yang telah kehilangan lebih dari sekadar rasa aman, memeluk tekad yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang kelaparan.
“Saya terpaksa pergi ke pusat distribusi bantuan hanya karena anak-anak saya tidak makan selama tiga hari berturut-turut,” katanya lirih, suaranya serak saat berbicara kepada Al Jazeera pada Sabtu (5/7/2025).
Di rumah yang tak lagi memiliki dinding lengkap, Abu Laban dan istrinya telah mencoba segala cara untuk menenangkan perut kosong anak-anak mereka. Mereka menyusun kebohongan kecil yang menyakitkan demi menahan tangis, menipu waktu dengan harapan.
“Kami mencoba menipu anak-anak kami dengan segala cara, tetapi mereka kelaparan,” ungkapnya, mengisahkan kepedihan yang bahkan kata-kata pun sulit menampung.
Akhirnya, saat malam merayap dan Gaza terbungkus dalam kesenyapan penuh kecemasan, Abu Laban mengambil keputusan besar. “Jadi saya memutuskan untuk mempertaruhkan nyawa saya dan menuju [titik distribusi bantuan] di Netzarim,” katanya, menyebut nama koridor militer yang dibentuk oleh Israel di selatan Kota Gaza tempat di mana bantuan dan bahaya bertemu dalam garis yang kabur.
Ia berjalan dalam gelap, membawa harapan kecil dalam dada yang perih. Hanya ingin membawa pulang sebungkus makanan, hanya ingin melihat anak-anaknya makan dan tertidur tanpa rengekan lapar.
“Saya menempuh jalan pada tengah malam dengan harapan mendapatkan makanan. Saat orang banyak berbondong-bondong masuk, pasukan Israel menembakkan peluru artileri ke arah kami. Dalam kekacauan itu, semua orang hanya berusaha bertahan hidup.”
Di antara teriakan dan debu, tubuh Abu Laban terhempas. Ia terluka, tapi bukan itu yang paling menyakitkan. Yang lebih mengiris adalah kenyataan bahwa untuk mendapatkan sepotong roti, rakyat Gaza harus menukar nyawa.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat pada Sabtu (5/7), sedikitnya 743 warga Palestina tewas dan lebih dari 4.891 lainnya terluka saat mencari bantuan di lokasi distribusi Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). (Bahry)
Sumber: Al Jazeera