GAZA (jurnalislam.com) – Militer Israel terus menghancurkan bangunan permukiman di Gaza utara dan selatan di tengah invasi darat yang semakin intensif. Serangan tanpa henti ini menyebabkan jumlah korban jiwa terus meningkat di seluruh wilayah tersebut.
Saksi mata melaporkan, pasukan Israel meledakkan sejumlah robot bermuatan bahan peledak di gedung-gedung dan fasilitas di wilayah Al-Mukhabarat, barat laut Kota Gaza, serta permukiman Tal al-Hawa di bagian selatan kota. Penggunaan robot penghancur ini disebut telah menjadi metode rutin Israel dalam meratakan bangunan.
Selama berhari-hari, wilayah Sheikh Radwan dan Tal al-Hawa digempur serangan artileri. Beberapa pekan sebelumnya, permukiman Al-Zeitoun juga dibombardir secara masif, yang dianggap sebagai persiapan untuk penyerbuan besar-besaran ke Kota Gaza. Awal pekan ini, tank-tank Israel bahkan telah terlihat memasuki pusat kota.
Diperkirakan hampir satu juta warga sipil masih bertahan di Kota Gaza, meski invasi besar segera terjadi. Banyak dari mereka menolak atau tidak mampu meninggalkan rumah mereka, meski Israel berulang kali memerintahkan evakuasi. Ratusan ribu lainnya telah terpaksa mengungsi ke selatan Jalur Gaza.
Israel secara terbuka menyatakan keinginannya untuk menduduki Kota Gaza dan wilayah lain yang masih berada di luar kendalinya. Langkah ini menuai kecaman global, dengan banyak pihak mendesak gencatan senjata segera. Namun, sekutu utama Israel, Amerika Serikat, pada Kamis (18/9) kembali memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk keenam kalinya, yang menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza.
Sementara itu, Hamas memperingatkan bahwa agresi Israel membahayakan nyawa para tawanan yang masih ditahan di Gaza. Israel sendiri menyebut sekitar 50 tawanan dari serangan 7 Oktober 2023 masih berada di Gaza, dengan 20 orang diyakini masih hidup. Sejumlah tawanan dilaporkan tewas akibat serangan Israel sendiri.
Di Jalur Gaza bagian tengah, sumber medis melaporkan seorang warga Palestina tewas dan beberapa lainnya luka-luka akibat serangan di Deir al-Balah, sementara seorang lagi tewas dalam penembakan yang menargetkan kamp pengungsi Nuseirat.
Di selatan Gaza, dua bersaudara Palestina gugur dalam penembakan yang menyasar sebuah tenda pengungsi di Al-Mawasi, barat Khan Younis. Padahal, Israel mengklaim Al-Mawasi sebagai “zona kemanusiaan” bagi ratusan ribu pengungsi dari utara. Meski demikian, wilayah tersebut kerap dibom dan telah menewaskan ratusan warga.
Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 65.000 warga Palestina gugur, mayoritas perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi karena ribuan korban masih terkubur di bawah reruntuhan.
Di tengah situasi yang memburuk, Perusahaan Telekomunikasi Palestina mengumumkan pada Kamis bahwa layanan internet tetap dan telepon rumah di Gaza utara berhasil dipulihkan setelah pemadaman berhari-hari. Pemulihan dilakukan meski kru lapangan menghadapi ancaman serius dari gempuran udara dan operasi darat Israel. (Bahry)
Sumber: TNA