Investigasi Internasional: Rudal Rusia yang Jatuhkan Pesawat Malaysia MH17, 2014

Investigasi Internasional: Rudal Rusia yang Jatuhkan Pesawat Malaysia MH17, 2014

DEN HAAG (Jurnalislam.com) – Sebuah badan investigasi kriminal internasional telah menyimpulkan bahwa rudal Rusia menjatuhkan pesawat Malaysia Airlines MH17 di timur Ukraina pada tahun 2014.

Dalam laporan yang dirilis di Den Haag pada hari Kamis (24/5/2018), para penyelidik mengatakan mereka memiliki “bukti yang meyakinkan” untuk mendukung laporan mereka, menambahkan bahwa Brigade 53 Rusia memiliki rudal itu.

Pesawat Boeing 777 diledakkan saat terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, menewaskan seluruh 298 penumpang, termasuk 193 warga Belanda.

Data dari perekam penerbangan yang berhasil dipulihkan menunjukkan pesawat itu tertusuk berkali-kali oleh pecahan peluru, yang mengakibatkan ledakan hilangnya tekanan, menurut penyelidik Ukraina pada saat itu.

Laporan: Tentara Rusia yang Menembak Jatuh Pesawat Malaysia, MH17

Dalam laporan sementara pada tahun 2016, para penyelidik mengatakan pesawat itu dijatuhkan oleh rudal surface-to-air yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia.

Pada saat itu, pasukan yang didukung Rusia bertempur untuk menguasai Ukraina timur.

Moskow dan kelompok separatis anti-pemerintah Ukraina yang didukungnya sebelumnya membantah terlibat dalam insiden itu.

Pada 2015, Rusia memveto resolusi PBB yang berusaha menciptakan pengadilan internasional untuk mengadili mereka yang menembak jatuh pesawat.

Rory Challands dari Al Jazeera, melaporkan dari St Petersburg di Rusia, mengatakan temuan baru tim investigasi telah diketahui selama berbulan-bulan melalui laporan oleh warganet.

“Penyelidikan itu tidak secara khusus menyebutkan nama, tetapi hari ini telah jelas dari apa yang mereka katakan bahwa mereka menunjuk kesalahan dilakukan oleh militer Rusia sendiri,” kata wartawan kami.

Selama bertahun-tahun, Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan Rusia harus bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat.

Selama peringatan ketiga tahun tragedi itu, Poroshenko menggambarkannya sebagai “kejahatan tidak tahu malu.”

Pada saat kejadian, pasukan Rusia dan Ukraina sedang bertempur setelah Moskow mencaplok Krimea.

Hampir 10.000 orang tewas dalam pertempuran yang pecah antara pasukan pro-Rusia dan pejuang pemerintah Ukraina.

Bagikan