INGGRIS (jurnalislam.com)- Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengonfirmasi bahwa pemerintah Inggris telah melakukan “kontak diplomatik” dengan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok oposisi utama Suriah yang berhasil menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad.
Pernyataan tersebut disampaikan Lammy pada Ahad (15/12/2024), bersamaan dengan pengumuman bantuan kemanusiaan senilai £50 juta atau sekitar Rp1 triliun untuk warga Suriah dan pengungsi. Bantuan ini akan disalurkan melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah LSM.
HTS, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Inggris sejak 2017, dianggap memiliki keterkaitan dengan al-Qaeda, kelompok yang bertanggung jawab atas serangan World Trade Center di New York pada 2001.
“Kami memiliki kontak diplomatik dengan HTS, seperti yang Anda harapkan,” ujar Lammy dalam wawancara dengan BBC.
Pemerintah Inggris menjelaskan bahwa keterlibatan dengan kelompok yang masuk daftar terlarang diperbolehkan dalam situasi tertentu. Hal ini mencakup “pertemuan yang bertujuan mendorong kelompok tertentu untuk berpartisipasi dalam proses perdamaian atau untuk memfasilitasi distribusi bantuan kemanusiaan.”
Menurut Lammy, prioritas Inggris saat ini adalah memastikan stabilitas di Suriah dan mendorong adanya pemerintahan yang inklusif serta representatif.
“Kami ingin melihat senjata kimia diamankan dan tidak digunakan, serta mencegah kekerasan yang berkelanjutan di Suriah,” tegas Lammy.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa Inggris akan menilai HTS berdasarkan “tindakan mereka di lapangan, bukan hanya kata-kata.”
Meski demikian, langkah Inggris terhadap HTS tampaknya masih bergantung pada kebijakan Amerika Serikat. Pemerintahan Biden dikabarkan tengah mempertimbangkan sikap terkait HTS, dengan Presiden AS menyatakan akan “menilai tindakan mereka, bukan hanya retorika semata.”
Sementara itu, analis memperkirakan bahwa Inggris tidak akan menghapus HTS dari daftar organisasi teroris kecuali AS terlebih dahulu mengambil langkah tersebut.
Bantuan yang disalurkan melalui PBB dan LSM diharapkan dapat meringankan krisis kemanusiaan yang dialami warga Suriah, terutama pasca runtuhnya rezim Bashar al-Assad.
Sumber: Middle East Eye
Reporter: Bahri