Inggris Pulihkan Hubungan Diplomatik dengan Suriah, Janjikan Bantuan Rp2,1 Triliun

Inggris Pulihkan Hubungan Diplomatik dengan Suriah, Janjikan Bantuan Rp2,1 Triliun

DAMASKUS (jurnalislam.com)— Pemerintah Inggris resmi mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik dengan Suriah setelah lebih dari satu dekade hubungan membeku akibat perang yang melanda negara tersebut. Pengumuman ini disampaikan bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, ke Damaskus, Sabtu (5/7/2025).

Dalam kunjungan bersejarah tersebut yang menjadi kunjungan pertama oleh seorang menteri luar negeri Inggris dalam 14 tahun terakhir Lammy mengumumkan komitmen bantuan senilai 94,5 juta pound sterling atau setara Rp2,1 triliun untuk mendukung pemulihan Suriah.

“Ada harapan baru bagi rakyat Suriah,” ujar Lammy dalam pernyataan resminya.

“Adalah kepentingan kami untuk mendukung pemerintah baru dalam memenuhi komitmen mereka membangun masa depan yang stabil, lebih aman, dan sejahtera bagi seluruh warga Suriah.” Imbuhnya.

Paket bantuan tersebut akan difokuskan untuk bantuan kemanusiaan mendesak serta pengembangan jangka panjang di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Inggris menilai bahwa stabilitas Suriah akan berdampak langsung pada pengurangan migrasi tidak teratur, penghancuran senjata kimia, dan penanganan ancaman terorisme global.

Dalam kunjungannya, Lammy juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Suriah Asaad Hassan al-Shaibani serta Presiden Ahmed al-Sharaa. Dalam pertemuan tersebut, Lammy menegaskan pentingnya proses transisi politik yang inklusif dan representatif di Suriah serta menyampaikan dukungan berkelanjutan dari Inggris.

Langkah ini menyusul keputusan Amerika Serikat beberapa hari sebelumnya, di mana Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mengakhiri program sanksi terhadap Suriah, sekaligus membuka kembali akses negara itu ke sistem keuangan internasional.

Sebagai bagian dari normalisasi, Inggris juga telah melonggarkan sanksinya terhadap Suriah sejak April lalu, termasuk mencairkan aset Bank Sentral Suriah dan 23 entitas lainnya seperti bank dan perusahaan minyak, guna mendorong arus investasi asing. Namun, Inggris tetap mempertahankan sanksi yang ditujukan kepada anggota rezim sebelumnya. (Bahry).

Sumber: Alarabiya

Bagikan